육 Prestige ⚜

💕행복한 독서💕
.

.

.

Seumur hidupnya, Sehun belum pernah melakukan sesuatu yang sangat gila. Bisa dikata, kesehariannya selalu terencana dan penuh aturan. Setidaknya, sampai pada kejadian siang tadi di depan gedung Kirei Clothing Store.

Sehun mengacak rambutnya lalu menyangga pelipis. Semua terjadi begitu saja dan di luar kendali. Bahkan ia sendiri tidak menyangka akan melakukan reaksi spontan yang membawa implikasi besar tersebut. Seakan semesta membuka jalan untuk lolos dari satu masalah, tetapi di saat yang sama juga membuka celah untuk perkara baru.

Helaaan napas berat keluar dari bibir Sehun yang dibiarkan mengatup sedari tadi. Detik demi detik di sana masih terasa begitu nyata, bahkan jantungnya masih terus berdegup kencang mana kala kembali merekonstuksi momen "spesial" tersebut.

Semua bermula saat ia turun dari mobil dan mengambil haluan ke pintu masuk utama yang cukup ramai seusai jam makan siang. Sehun menoleh sebentar ke pelataran sebelum membalikkan badan dan merutuk dalam hati. Masa bodoh dengan si Orackle-atau apapun nama akun ramalan itu. Jangankan menyambut cinta, dari luar gedung saja Sehun bisa melihat Hyun Jin dan ibu tirinya berdiri di depan lift sambil berbisik dalam tawa. Seolah tak sabar melihatnya terpojok di ruang pertemuan.

Demi menjaga wibawanya, Sehun memilih memperlambat langkah. Hanya agar tidak berada satu lift dengan dua perempuan yang bisa membuat darahnya mendidih dan naik ke ubun-ubun. Lagipula, menghindari mereka secara terang-terangan justru bisa menambah bahan gunjingan untuk dirinya.

Sehun menarik sedikit lengan blazer-nya lalu melihat ke dalam arloji. Berlagak memantau waktu memang pengalihan terbaik. Sayang, perhatian yang berpindah fokus membuatnya tidak memperhatikan langkah ke depan. Sampai kemudian, tubrukan tersebut terjadi.

Sebelah bahu Sehun tersentak ke belakang, bersamaan dengan sesosok perempuan yang tiba-tiba menerjang ke arahnya. Arus waktu seakan melambat, membuat Sehun bisa melihat dengan jelas bagaimana kacamata hitam yang dikenakan perempuan tersebut perlahan terlepas, menampakkan side profil wajahnya yang sungguh estetik.

Dengan spontan lengan Sehun membelit, menahan pinggang ramping itu agar tidak jatuh dan membentur permukaan paving block. Segera setelahnya, Sehun mendorong pelan tubuh perempuan tersebut ke depan, setidaknya agar ia mendapat keseimbangannya sendiri.

Dalam keadaan normal, Sehun mungkin akan menganggap kejadian tersebut sebagai kecelakaan kecil yang dimaklumi, tetapi ketika perempuan di hadapannya mengangkat wajah, ia terpegun seketika. Netra yang membola saat menatapnya tersebut adalah mata lentik yang baru saja berkedip genit di layar billboard.

Barbie Lily? Sehun tidak ingin menilai terlalu cepat, tetapi ia yakin akan sosok yang berdiri di hadapannya sekarang, meski dengan penampilan yang sangat kontras. Antara terkejut dan tidak percaya, Sehun terpekur. Mendadak ia teringat saran tidak masuk akal dari Seung-Gi kemarin untuk membawa standee aktris tersebut ke ruang rapat dan mengaku sebagai Fly's sejati. Sekarang dirinya malah berhadapan dengan orang aslinya.

"Kau ...."

"Nona! Anda sudah terkepung!"

Baru saja otak Sehun berputar cepat untuk mengira-ngira alasan apa yang menyebabkan kemunculan aktris terkenal Seoul tersebut di hadapannya, seruan dari beberapa satuan keamanannya membuat ia mulai menarik hipotesis. Diperhatikannya Lily yang merapatkan poni dan meringis. Aktris ini sedang menyamar rupanya!

"Jangan lari! Mereka akan semakin curiga dan mengejarmu!"

Sehun menahan Lily yang menggeliat, ingin mengambil ancang-ancang untuk kabur. Sekilas ia melirik dan mendapati perempuan tersebut mengigit bibir lantaran panik. Tatapan Sehun turun sekian derajat, pada sebuah tote bag dengan brand perusahaannya yang dibawa Lily .

Entah karena terharu pada kesediaan aktris papan atas tersebut berbelanja di flagstore miliknya saat permintaan barang menurun drastis atau karena tatapan kaget dari Seo Yoon dan Hyun Jin yang ikut berhambur ke luar, Sehun menarik Lily yang gemetar ke dalam dekapannya. Sebelah tangan ia rentangkan ke depan, menahan para petugas yang mendekat.

"Berhenti mengejarnya. Dia bukan orang lain." Sehun melihat ke sekeliling. Rumor buruk dan gunjingan orang sekelebat terputar bagai adegan klise di bayangannya. Ia berusaha mencari alasan yang tepat, tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal. Dengan menghela napas, Sehun lalu berujar mantap. "Dia ... kekasihku."

"Aku memang sudah gila!" Sehun memejam erat dan mengusap wajah dengan kedua tangan begitu mengulang kembali kata-katanya sendiri. Namun, ada rasa puas dalam dirinya mengingat wajah syok yang ditunjukkan Seo Yoon dan Hyun Jin. Ya, mereka pasti tertampar dengan kata-katanya.

Saat itu, Lily sendiri pun tak kalah kaget. Sehun bisa melihat perempuan tersebut mendongak dengan pupil mata melebar, menatap ke dalam matanya penuh tanda tanya. Lalu, seorang sales promosi keluar dari gedung dan menjelaskan bahwa Lily adalah member VIP baru dan tidak ada transaksinya yang mencurigakan hingga para security kompak meminta maaf.

Sehun kembali melamun, mengingat kejadian setelah para security bubar.

"Eonnie!"

Seruan dari sebuah mobil hitam mengilap membuat Sehun menoleh. Tampaknya dari asisten sang aktris.

"Mobilmu?" tanya Sehun. Lengannya tetap dibiarkan terangkat agar wajah Lily tak dilihat orang.

Lily mengangguk cepat, masih dengan ekspresi kaku.

"Sepertinya kau seorang selebriti." Sehun berdeham, memilih pura-pura tidak tahu melihat gelagat Lily yang gugup. Ia lalu memutar badan hingga berada di belakang sang aktris. "Ayo, sebelum banyak yang melihat."

"Kau ... tidak mengenalku?" Lily berbisik lirih, antara ragu sekaligus terkejut. "Serius?"

"Entahlah. Sebenarnya tadi itu hanya tebakan. Rupanya benar." Sehun menyembunyikan senyuman mendengar pertanyaan Lily. Aktris terkenal itu mungkin menganggapnya manusia purba.

"Itu ... aku ... hanya pemeran figuran! Iya, figuran!" Lily menjentikkan jari. "Kau memang tidak mengenalku! Yakinlah pada dirimu sendiri!"

Sehun menahan geli mendengar Lily tiba-tiba mengubah suaranya. Perempuan tersebut terburu naik ke mobil saat pintunya bergeser. Sekilas Sehun melihat dua orang di dalam yang menatapnya dengan mata melotot. Ya, alasan Sehun berpura-pura tidak tahu adalah tidak ingin menambah urusan dengan pihak agensi yang mungkin akan menekannya untuk tutup mulut. Padahal bisa dibilang saat ini media massa adalah musuhnya juga.

Derap langkah dari luar membuat lamunan Sehun sirna. Pintu kaca ruangannya terbuka dan Mark masuk dengan wajah berseri seperti habis menang lotre.

"Hyung!" seru Mark sambil mesem-mesem. "Ini kacamata noona, security tadi yang menemukannya."

"Noona?" Sehun tersentak. Apa jangan-jangan Mark mengenali Lily?

"Ya. Kenapa?"

"Tidak! Kau salah, dia bukan noona-mu!"

Mark lantas tertawa. "Hyung, kau terlalu serius! Aku kan memang tidak punya kakak perempuan!" timpalnya menepuk meja "Maksudku, pacarmu tadi."

Sehun spontan menghela napas lega. Meski ia sendiri tidak mengerti rasa leganya ditujukan untuk apa.

"Jadi, bagaimana pertemuan tadi? Apa petinggi-petinggi itu masih menekanmu?" Mark menegok ke arah pintu terlebih dahulu kemudian bersorak. "Pasti ibu tirimu tidak bisa berkata apa-apa, kan? Hyung, kau benar-benar tahu timing yang tepat!"

Sehun memasang senyum hambar. Mark benar. Para petinggi perusahaan tidak lagi memojokkannya, meski belum sepenuhnya berkompromi. Beberapa pun masih menyangkal dan curiga, terutama dari pihak ibu tirinya dan ayah Hyun Jin. Menurut mereka, Sehun terlalu tiba-tiba mengumumkan kekasihnya. Beruntung pihak sekertaris yang mewakili ayahnya menampik dan justru menilai hal tersebut membawa keuntungan karena berhasil mempengaruhi opini orang-orang sebagai rantai penyebar informasi paling dasar.

Sekarang yang menjadi masalah adalah tindak lanjut untuk kejadian tadi. Sekertaris sang ayah memintanya untuk segera membuat klarifikasi sebelum rapat pemegang saham awal pekan depan. Sehun diminta menunjukkan kekasihnya pada media. Hal yang sangat tidak mungkin terjadi.

"Jadi ... kapan, Hyung?"

Pertanyaan Mark membuat Sehun mengangkat alis. "Apanya?"

Mark mengulum bibir. "Kau memperkenalkanku pada noona."

Belum sempat Sehun membuka mulut, dering ponselnya lantas menulikan telinga. Dari Seung Gi. Sehun mendesis sebentar sebelum menggeser tombol di layar.

"Yaaa! Oh Sehun! Kau punya kekasih?!" Sehun menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga saat suara Seung Gi menggelegar dari seberang. "Kau tidak benar-benar menarik sembarang perempuan yang lewat depan kantormu, kan!"

🎬🎬🎬

Berhenti mengejarnya. Dia bukan orang lain. Dia kekasihku.

Tak terhitung sudah kali keberapa kalimat tersebut berputar di kepala Lily. Malam telah larut, tetapi ia masih betah mondar-mandir di depan cermin. Memikirkan kejadian tak terduga siang tadi yang terasa seperti mimpi. Niat iseng yang hampir berujung petaka justru mempertemukannya dengan Oh Sehun, dan Lily bersumpah alisnya jauh lebih menawan bila dilihat langsung ketimbang di foto.

Oke, kesampingkan dulu masalah alis. Kembali ke persoalan utama, Sehun mengakuinya sebagai kekasih.

"Apa benar dia hanya iseng berkata begitu untuk membantuku?" Lily mengelus dagu kemudian meraih wig yang ia kenakan tadi dan mematut diri di cermin. "Tapi dia bahkan tidak mengenaliku!" desahnya frustrasi.

Bola mata Lily mengorbit sesaat sebelum ia kembali berspekulasi, "Kalaupun dia mengenaliku, mana mungkin dia ingin membantu begitu saja. Yang pasti, mustahil dia tidak terpesona. Kecuali bila rumor itu ...."

Lily menggeleng dan menepuk pipinya sendiri. "Tidak! Itu tidak mungkin terjadi! Dia bahkan mengakuiku sebagai kekasih!"

Setelah meringis beberapa saat, bohlam imajiner mendadak menyala di atas kepala Lily. Ada satu hipotesis alternatif yang tercipta di pikirannya. Ia kembali mengamati cermin lalu menyibak rambut dramatis. "Atau jangan-jangan pesonaku terlalu kuat sampai dia turn on kembali?"

Jawabannya jelas, tidak.

Lily bukan tidak percaya diri. Hanya saja, mengubah orientasi seksual seseorang tidak semudah itu. Kecuali bila Sehun memang laki-laki normal. Namun, laki-laki normal mana yang bisa dengan mudah mengakui seorang perempuan sebagai kekasih?

Lily menjatuhkan dirinya di tempat tidur dengan pasrah. Selalu saja spekulasinya kembali ke pertanyaan awal. Tujuan Oh Sehun yang sebenarnya.

Lelah berpikir sendiri, Lily menggapai ponselnya di atas nakas. Ara dan Yohan tidak tahu-menahu perihal percakapannya dengan Oh Sehun tadi. Lily memilih merahasiakan hal tersebut agar keduanya tidak berpikir macam-macam.

"Rambut palsu ini membuat penyamaranku gagal. Saat dikejar petugas, aku tidak sengaja bertabrakan dengan Oh Sehun. Beruntung dia tidak mengenaliku. Dia membantuku bebas setelah seorang sales menjelaskan bila semua transaksi telah selesai."

Begitulah kira-kira alasan Lily yang membuat Yohan dan Ara percaya, meski mereka terus saja bersungut membayangkan dirinya benar-benar tertangkap petugas. Terima kasih untuk kompetensi mengolah bahasa yang diajarkan di akademi dulu untuk memaknai naskah. Lagipula, Lily tidak berbohong. Memang seperti itulah kejadiaannya.

Akan tetapi, sekarang Lily mulai jenuh dan butuh pertimbangan. Yohan dan Ara benar, akan sangat buruk bila ia ditangkap petugas dan terpaksa membuka identitas. Agensi pasti akan memberi peringatan tegas padanya karena ketahuan kelayapan di luar sembarangan. Bukan tidak mungkin privasinya makin dibatasi.

Lily mulai mengetikkan sesuatu di grup chat.

<<Barbie Lily>>
Masih ada yang on adik-adik manisku?

<<Kim Yohan>>
Ada apa, Noona? Kau bermimpi buruk? Tolong berhentilah masuk ke dalam mimpi Noona @Jung Ara

<<Jung Ara>>
Kepalaku baru mendarat di bantal, Eonnie. Aku pusing memilih pakaian ㅋㅋㅋ

<<Jung Ara>>
@Kim Yohan Yaaa! Jugeullae?

Lily mengedip sebentar. Tidak secara langsung maupun lewat pesan, Yohan dan Ara selalu saja ribut.

<<Barbie Lily>>
Aku ingin meminta pendapat. Bagaimana tanggapan kalian bila ada seorang laki-laki yang dirumorkan gay tetapi mengakui perempuan yang baru ditemuinya sebagai kekasih?

<<Kim Yohan>>
Itu aneh sekali. Mungkin untuk membersihkan nama baiknya?

Ingin membersihkan namanya? Benar juga! Sudut bibir Lily mengembang penuh. Jika Sehun ingin membersihkan nama baiknya, itu berarti dia bukan seorang gay! Bravo!

<<Barbie Lily>>
Begitukah? terima kasih, Yohanie. Jal ja. Bersenang-senanglah di akhir pekan besok!

Lily menarik selimut setelah mengirim sticker dan ucapan selamat tidur untuk Ara dan Yohan. Sekarang ia bisa tidur nyenyak.

<<Kim Yohan>>
Sama-sama, Noona

<<Kim Yohan>>
Tunggu! Perasaanku saja atau ini memang terdengar tidak asing?

<<Jung Ara>>
Eonnie! Jangan bilang ini yang terjadi antara kau dan Oh Sehun tadi?!

<<Kim Yohan>>
Benar juga! Noona! Katakan apa yang sebenarnya terjadi!

<<Jung Ara>>
Eonnie, jawab!

<<Kim Yohan>>
Ponselnya dimatikan!

🎬🎬🎬

Kerumunan orang di ballroom membuat Ara memilih keluar ruangan saat mendapati panggilan tak terjawab dari Young Mi di ponselnya.

"Ya, Eonnie?" Ara menutup sebelah telinga untuk mengimbangi hingar-bingar suara sampai ia berhasil mencapai pintu keluar. "Lily eonnie ada di apartemen. Katanya ingin beristirahat saja hari ini."

Ara menutup panggilan setelah memberi laporan pada Young Mi. Pesan Lily di room chat semalam membuatnya penasaran setengah mati, tetapi Lily tidak bisa dihubungi. Panggilannya hanya dijawab oleh operator telpon. Barangkali Lily ketiduran setelah begadang semalaman. Setelah acara ini ia akan mampir sebentar ke Sinsa-dong dan mendesaknya untuk bicara.

Setelah menjejalkan kembali ponsel ke dalam tas mewahnya yang berhasil menyita perhatian banyak orang, Ara berjalan menuju toilet, mumpung sedang ada di luar ruangan. Menurut petunjuk arah, toilet terletak di dekat tangga yang tak jauh dari ballroom.

Sambil menenteng minaudiere dengan bangga, Ara melenggang santai. Akan tetapi, lorong menuju toilet yang remang-remang dan sepi membuatnya bergidik. Entah hanya firasatnya saja atau memang ada seseorang yang mengikuti langkahnya, Ara merasa dibuntuti.

Seperti ada yang mengawasiku! Ara melihat ke sekeliling dengan takut. Tas mewahnya didekap dengan erat. Yohan benar, membawa barang mahal bisa membuatnya diincar orang jahat.

Belum sempat Ara berteriak saat melihat bayangan bersembunyi di balik tembok, tiba-tiba saja tong sampah bergulir diiringi rintihan kesakitan dari seseorang yang jatuh terjungkal.

"Yohan?!" Ara terperanjat.

"Oh, hai!" balas Yohan yang segera berdiri dan membetulkan kembali letak tong sampah.

"Kau yang membuntutiku dari ujung lorong?" Ara menggeleng cepat. "Bukan! Ini jelas bukan kebetulan. Kau sengaja datang ke sini untuk mengikutiku, ya?!"

"Si-siapa yang mengikutimu! Aku bahkan baru tahu kau ada di sini!"

"Jangan berbohong!" pungkas Ara. "Lalu untuk apa kau kemari? Kau tidak mungkin berkencan karena kau tidak punya pacar selaian pacar virtual!"

Yohan merungus, berniat menyanggah Ara, tetapi dering notifikasi membuat tangannya bergerak membetulkan posisi earbuds.

"Apa yang terjadi?" tanya Ara heran saat Yohan tiba-tiba berjongkok dan mengeluarkan tablet pc dari dalam tas dengan tergesa-gesa. Ara tidak mengerti dengan pemrograman, tetapi Yohan melakukan sesuatu seperti ia saat ia memeriksa demografi Lily di jaringan cyberspace.

Mata Yohan membola begitu melihat banyak sekali kiriman baru yang tertaut pada akun Lily. Ia memilih salah-satu di antaranya hingga sebuah laman berita dari media paparazzi terbesar di Korea muncul di layar.

Ara membekap mulutnya lantaran tidak percaya. Sementara Yohan bergeming di tempat. Matanya menatap nanar pada jumlah notifikasi yang bertambah dengan kecepatan luar biasa di setiap detik.

"Ara, hubungi Lily noona sekarang juga! Jangan biarkan dia keluar dari apartemen!"

⚜⚜⚜
TBC

Kamus mini 📑
Jugeullae! : Cari mati, ya!
Jal jayo : Selamat tidur

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top