십칠 | Proposal ⚜
💕 행복한 독서💕
.
.
.
Oh Sehun Melindungi Barbie Lily Dari Serangan Wartawan, Begini Tanggapan Fly's
Oh Sehun dan Lily Siap Menggelar Konferensi Pers, Saham Kirei Clothing Co. meningkat pesat
Barbie Lily Tidak Ingin Memperpanjang Kontrak, Kim Entertainment Jadi Sorotan
Trending Tag
#barbielily
#ohsehun
#alishitamtebal
🎬🎬🎬
Sehun menggaruk alisnya yang mendadak terasa gatal. Bayangkan saja, semua orang sedang membicarakan alisnya sampai trending. Bahkan Sehun disebut-sebut sebagai trendsetter alis hitam di Korea. Sungguh, Sehun dibuat tidak mengerti dengan pola pikir netizen. Setelah 29 tahun bertaut tanpa mendapat atensi, alisnya kini menjadi sorotan orang-orang.
Akan tetapi, yang menjadi inti masalah saat ini bukan perkara alis Sehun yang mendadak jadi topik perbincangan di mana-mana. Melainkan hubungannya dengan Lily yang semakin mendekati titik kritis.
Sejak di apartemen, Sehun sudah mewanti-wanti rencana Lily untuk datang ke agensinya tanpa pengawalan. Sehun tidak meragukan Lily. Ia tahu bila di balik kebiasaan random dan tingkah-lakunya yang kadang di luar akal sehat manusia, Lily punya jam terbang tinggi dan bisa bersikap profesional. Namun, lingkaran hitam di bawah matanya jelas menunjukkan bila perempuan tersebut jauh dari keadaan baik-baik saja. Ditambah lagi ada oknum dalam Kim Entertainment yang sengaja ingin menjebaknya.
Berangkat dari rasa sangsi tersebut, Sehun memutuskan untuk membuntuti sampai di depan agensi. Kekhawatirannya terbukti ketika awak media menerobos masuk dan menyerang Lily. Saat itu, insting dan nalar Sehun sempat beradu, antara berlepas tangan atau melibatkan dirinya dalam masalah yang lebih jauh. Akan tetapi, ia tidak sampai hati melihat Lily berjuang sendirian. Sehun tidak paham dan tidak bisa memetakan perasaannya dengan jelas, tetapi ia merasa terganggu setiap kali melihat Lily mencibir sedih. Maka, Sehun memilih opsi kedua. Masa bodoh dengan pihak wartawan.
Sehun menengok ponselnya di atas meja yang berdering untuk kesekian kali. Napasnya dihela dengan kasar. Kemungkinan orang yang menerornya dengan puluhan-mungkin sudah ratusan-missed call itu hanya dua, Seung-Gi dan Mark. Sejak kemarin, para penggemar berat Lily itu tidak berhenti menghubunginya. Sehun tahu Seung-Gi dan Mark pasti akan mencecarnya habis-habisan setelah dimuat di berbagai media, tetapi ia tidak punya waktu untuk meladeni mereka. Untuk itu pula ia merahasiakan posisinya sekarang.
"Ayah?" Sehun bergumam sendiri begitu mendapati profil ayahnya di layar panggilan. Namun, suara ringan sang ayah ketika ia menjawab telepon berkebalikan dengan segala praduga dalam kepalanya.
"Sehun, putraku! Kau memang anak ayah yang hebat! Ayah sudah melihat beritanya! Kau benar-benar melindungi calon istrimu dengan baik." Ayah Sehun berujar semangat. Terdengar kebanggaan dalam nada suaranya. "Jadi di mana dia?" Di mana Lily? Di mana menantuku?"
"Calon istri dan menantu." Sehun membatin. Pelipisnya langsung berkedut. Ayahnya memang terlalu menggebu-gebu. Belum beberapa detik ia menyebut Lily sebagai calon istri putranya, sang ayah sudah menetapkan Lily sebagai menantu.
"Sehun? Kenapa kau tidak menjawab ayah?"
"Ah, ya. Lily sedang beristirahat, Ayah." Sehun menyugar rambut dengan sebelah tangan. Ia hanya mengarang sembarang alasan.
"Baiklah. Jangan membangunkannya. Dia pasti lelah. Ayah akan menemuinya nanti."
Sehun meluruskan punggung. "Ayah, jangan terlalu memaksakan diri. Ayah tidak boleh keluar dari rumah sakit."
"Ayah baik-baik saja Sehun. Kau tahu? Tekanan darah ayah sudah normal sekarang!"
"Sungguh?" tanya Sehun menyangsikan. Sebelum ini tekanan darah ayahnya tidak pernah turun, bahkan sempat mengalami kolaps dan berujung stroke.
"Sungguh. Kau bisa bicara dengan dokter nanti. Bukankah ayah sudah bilang kita dan Lily akan berkuda sama-sama?" Sehun mendengar ayahnya tertawa ringan. "Hubungi ayah bila kau perlu bantuan. Apa ayah perlu menuntut wartawan yang menyerang kalian?"
"Tidak perlu, Ayah. Aku sudah mengurus semua. Ayah istirahatlah, minum obat yang benar."
Sehun memutus sambungan teleponnya lalu menyandarkan kepala di sofa. Pandangannya terpaku pada langit-langit. Prognosis ayahnya benar-benar meningkat sejak kehadiran Lily. Pagi tadi, sekertaris Han melaporkan bila sang ayah ikut kelas fisioterapi, bahkan ingin menambah sesi agar bisa bergerak aktif lagi. Sehun tidak bisa memastikan apakah ayahnya bisa kembali seperti sedia kala, apalagi berkuda. Namun, ia berjanji akan memenuhi keinginan ayahnya selepas keluar dari rumah sakit nanti. Paling tidak berjalan-jalan ke gelanggang pacuan kuda.
Ya, semua ini berkat Lily. Perempuan yang bersembunyi dengan gemetar di lemari kamar hotel tempo hari itu berhasil membawa perubahan besar bagi hidupnya. Sehun menertawai diri begitu menyadari justru Lily yang berhasil menyelamatkan perusahaannya.
Sebuah ketukan di depan pintu membuat Sehun bangkit. Setelah memberi izin, sekertaris Han muncul dan memberi hormat.
"Tuan muda, ini luar biasa! Para investor kembali! Saham perusahaan melonjak drastis, orang-orang berlomba menanam modal!"
Sehun terkesiap sejenak sebelum mengangguk kikuk.
"Jadi, kapan Anda ingin menggelar konferensi pers? Kita tidak bisa menunda terlalu lama, ini kesempatan emas untuk memperbaiki fluktuasi devisa perusahaan."
"Secepatnya." Sehun berdeham. "Aku ingin memastikan sesuatu dulu."
"Apa ada yang perlu saya siapkan?"
"Ya. Aku akan memberitahukan padamu nanti."
Sekertaris Han mengangguk maklum. Ia percaya Sehun bisa diandalakan. "Tapi Tuan muda, apa yang akan Anda sampaikan dalam konferensi pers itu? Kami perlu membahas ini saat briefing nanti."
Sehun membalikkan badan, menatap panorama kota yang dipenuhi LED raksasa dan gedung pencakar langit. Seulas senyum tipis terlukis di wajahnya.
"Aku akan menyampaikan sesuatu yang menggemparkan seluruh kota."
🎬🎬🎬
Lily sedang menguyah tablet vitamin ketika Sehun masuk ke dalam ruangan. Pandangannya yang kosong menatap lurus ke arah layar telivisi. Lily terus menguyah, tidak menghiraukan Sehun yang celingak-celinguk di depan wajahnya.
Sehun ikut menoleh ke arah layar berukuran 75 inci yang menayangkan berita seputar kejadian di depan gedung Kim Entertainment siang tadi. Sehun membuang napas lalu meraih remot dan mematikan siaran tersebut. Padahal ia sudah menegaskan pada Lily untuk segera beristirahat, perempuan itu justru menambah beban pikirannya dengan menonton berita. Namun, belum sempat menegur, matanya sudah lebih dulu terbelalak melihat kemasan permen multivitamin yang berserakan di atas meja.
"Lily! Apa yang kau lakukan? "Ini vitamin, bukan camilan!" Sehun menghitung kemasan kosong di atas meja berikut bungkusan di tangan Lily. "Astaga, kau sudah menghabiskan lima bungkus?"
"Habis ini enak!" Lily menelan permennya dengan susah payah dan mencebik. "Bukankah karena ini vitamin, jadi lebih sehat?"
"Itu dosisnya sudah ditakar, hanya satu kali sehari!" Sehun merebut bungkusan di tangan Lily dan memasukkan permen terakhir ke dalam mulutnya. Memang enak. Sehun akan meminta sekertaris Han untuk mengganti tablet multivitamin yang rutin diminumnya mulai sekarang.
"Oh Sehun! Itu punyaku!"
"Ambil kalau bisa."
Sehun menjulurkan lidah, berniat menjahili Lily. Namun, Lily sungguh-sungguh memajukan badan ke arahnya. Sehun yang terkejut serta-merta menelan permen yang belum sempat dikunyah dengan baik sehingga nyaris tersedak.
"Kau mengincar permen yang sudah masuk ke mulut orang?"
"Siapa suruh menantangku!"
"Dasar bar-bar!" Sehun meneguk air di atas meja lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Ngomong-ngomong, di mana Yohan dan Ara?"
"Yohan sedang bertapa dan tidak bisa diganggu. Dia selalu seperti itu kalau sedang fokus mengerjakan sesuatu."
Sehun melenggut saja. Begitu kembali dari Kim Entertainment, Yohan tidak pernah tenang. Ia sibuk memantau media sosial sejak di dalam mobil.
"Kalau Ara sedang tidur. Dia kelelahan mengurusiku." Lily merendahkan suara.
"Lalu kau sendiri kenapa tidak istirahat?" Sehun menggeser duduknya. Telunjuknya menyapu kelopak mata Lily yang menghitam.
"Jangan khawatir." Lily asal berujar. "Itu hanya make up."
"Aku tidak bodoh, Barbie Lily."
"Tidak ada yang bilang kau bodoh, Oh Sehun."
"Aku tahu ini bukan make up. Kau kelelahan. Istirahatlah dengan benar." Sehun berdecak. Tidak ayahnya, tidak Lily, semua tidak bisa diberitahu hanya dengan sekali perintah.
"Aku tidak bisa tidur ...." Lily mengecap bibirnya berulang kali sebelum memandang Sehun dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Oh Sehun, maaf. Maaf membuatmu ikut terlibat dalam masalah ini."
"Kau tidak perlu meminta maaf. Aku yang sejak awal melibatkan diri. Itu artinya aku siap menghadapi masalah," tutur Sehun berusaha menenangkan Lily dengan menggenggam tangannya. "Sekarang posisi kita saling tumpang tindih."
"Tu-tumpang tindih?" Lily bergidik.
"Maksudku situasinya." Sehun meralat cepat. "Kita saling membutuhkan satu sama lain."
Lily membenarkan ucapan Sehun lewat anggukan kecil.
"Aku rasa kau bisa mengerti." Sehun berdeham. "Kau dan aku. Hubungan ini adalah simbiosis mutualisme."
"Seperti bunga dan kumbang?"
"Ya. Semacam itu."
"Aku bunga dan kau kumbangnya?"
"Sesukamu saja."
Lily berpikir sejenak. "Tapi aku tidak suka kumbang," gumamnya.
"Kau ingin menganggapku kumbang, lebah, atau serangga jenis apa pun itu, terserah!" Sehun menarik hidung Lily dengan gemas.
Lily mengaduh sebentar dan mengusap hidungnya. "Tapi sekarang situasinya semakin gawat. Apa yang harus kita katakan saat konferensi pers nanti? Bagaimana bila orang-orang tahu bila semua ini hanya pura-pura saja?"
"Aku sudah memikirkan itu." Sehun meraup udara sebanyak mungkin. "Aku punya rencana."
Lily membolakan matanya. "Rencana apa?"
"Kau akan tahu nanti. Tidak sekarang dan tidak di sini."
"Kenapa?"
"Karena ini bukan waktu dan tempat yang tepat." Sehun melipat bibir begitu melihat Lily menengok kanan-kiri. "Aku akan mengatur acara makan malam untuk itu."
"Acara makan malam?" Lily menunjuk dirinya. "Apa itu bagian dari rencana yang kau maksud?"
"Ya." Sehun bersedekap. "Kau harus mematuhiku karena sekarang aku manajernya. Kau sudah tidak punya agensi dan studio sekarang."
Lily mengerutkan hidung. Namun begitu, ia tetap membenarkan Sehun. "Tapi aku tidak punya pakaian yang cocok. Apa aku bisa kembali ke apartemen sekarang?"
"Tidak! Kau harus tetap di sini sampai situasinya aman! Jangan coba-coba pergi dariku, kau bisa membuatku gila!" Sehun yang spontan menahan tangan Lily terkejut dengan kata-katanya sendiri. Buru-buru ia mengklarifikasi tanpa diminta. "Aku sangat pusing dengan masalah di perusahaan! Kau tahu? Pola pasar berubah, investor berdatangan, dan masih banyak lagi! Kalau kau membuat masalah sedikit saja, aku pasti akan gila karena terlalu banyak berpikir."
"Baiklah, manajer Oh Sehun yang paling pusing sedunia. Aku tidak akan membuat masalah apapun lagi." Lily mendengkus melihat Sehun menjelaskan panjang-lebar. "Lalu bagaimana dengan pakaianku?"
Sehun mengatur napasnya yang tersengal lalu membuka tablet pc dan menyodorkannya pada Lily. "Kau bisa pilih pakaian di galeri ini sepuas hati."
Mata bulat Lily melengkung sempurna. Ia sudah menduga tawaran itu sebelumnya. Lily hanya menguji Sehun.
"Oh Sehun," panggil Lily. "Kau bilang terserah, kan?"
"Ya." Sehun memicingkan matanya dengan curiga. "Kenapa?"
"Aku mau yang ini." Lily menunjuk sebuah dress cut-out yang dihiasi juntaian mutiara.
"jangan bercanda, Lily! Kau ingin menambah rumor?" Sehun mendelik.
"Kau begitu yang ini!" Lily memilih rok berbahan kulit dengan ikat pinggang berlapis emas.
"Tidak bisa! Ini bukan pemotretan!" Sehun mengurut pelipis.
"Justru karena ini bukan pemotretan." Lily merendahkan suaranya. "Aku mau pakaian yang bagus."
"Kenapa?" Sehun mengerutkan dahi.
"Aku akan menjual semua koleksiku setelah ini." Satu sudut bibir Lily tertarik ke tepi. "Ya, masih ada urusan dengan pihak iklan yang menuntut pinalti. Aku juga harus memberi royalti pada Ara dan Yohan. Aku membuat mereka kehilangan pekerjaan."
Sehun menatap Lily dalam diam. Lily memang punya loyalitas yang tinggi. Pantas saja Ara dan Yohan begitu menyayanginya.
"Tapi tidak apa-apa!" Lily mengibaskan tangannya di udara dan berusaha tertawa. "Begitu semuanya berakhir, aku akan mengumpulkan semua koleksiku lagi!"
"Lily ...." Sehun menelan saliva. Meski Lily adalah aktris kelas A, Sehun bisa melihat dengan jelas bagaimana ia menyembunyikan perasaan sedihnya di balik senyuman.
"Ya?"
"Aku berubah pikiran."
"Maksudnya?" Lily memeringkan kepala.
"Pilih saja apa yang kau suka." Sehun menumpukan tangan di kedua lutut dan berdiri. "Aku akan meminta tim desainer untuk mencarikan gaun yang cocok untuk makan malam nanti."
"Lalu kenapaku harus memilih pakaian ini?" Lily menatap tablet pc dan Sehun bergantian.
"Karena ini perintah dariku sebagai maneger." Sehun mengedikkan bahu. "Kenapa? Kau tidak mau?"
"Mau!" Lily mengangguk semangat.
"Kalau begitu segera pilih sebelum aku berubah pikiran." Sehun menepuk pelan kepala Lily sebelum beranjak keluar dari ruangan.
"Manajer Oh Sehun," panggil Lily ketika Sehun tepat di ambang pintu.
Sehun menoleh dengan alis terangkat tinggi. Bila sudah berkata seperti itu, Sehun yakin Lily punya permintaan yang absurd. "Apa lagi?"
"Berjanjilah padaku satu hal."
"Apa itu?"
"Jangan menjualku." Lily menggembungkan pipi. "Jangan menjual berita apa pun tentangku."
"Tergantung. Kalau kau tidak mau mendengar perintah, itu akan jadi pertimbangan." Sehun menahan geli kemudian berbalik. Tentu saja ia tidak serius dengan perkataannya barusan. Bahkan bila seluruh sahamnya habis, Sehun tidak akan mempertaruhkan Lily sedikit pun.
🎬🎬🎬
Lily menyeret ballgown dengan anggun begitu keluar dari mobil yang mengantarkannya ke sebuah restoran mewah di pusat kota Seoul. Sehun telah mengatur acara makan malam dengannya untuk membahas "kontrak" kerjasama. Sesuai rencana, mereka sengaja berangkat terpisah. Meski selama perjalanan Sehun terus melakukan panggilan dan melarangnya mematikan ponsel. Sedikit merepotkan sebenarnya, tetapi Lily menurut saja.
Sejenak Lily terpaku pada bantulan bayangannya di kaca jendela. Gaun model kaskade dan korset kupu-kupu yang dihiasi krital berkilauan membingkai tubuhnya dengan pas. Dipadukan dengan pump heels dengan tali pita yang sangat manis. Sehun memang punya selera fashion yang bagus. Ara sendiri memuji paduan busana yang dipilih Sehun untuknya.
"Akan ada wartawan di sekitar hotel, mereka pasti akan mengambil foto. Jangan khawatir, mereka tidak bisa mendekat. Pengawal ayah berjaga di sana. Kau harus memasang wajah bahagia dan percaya diri, tetapi tetap terlihat buru-buru seperti menghindar dari media."
Lily mengulang kembali instruksi dari Sehun. Sejujurnya ia belum mengerti apa yang direncakan laki-laki itu. Sehun bilang akan menjelaskan padanya nanti.
Setelah menarik napas beberapa kali, Lily memasang senyum. Ini adalah pertama kali baginya tampil secara terang-terang setelah skandal age-gap tersebut beredar.
"Tidak masalah, Lily! Kau tinggal berjalan masuk ke dalam restoran. Hwaiting!"
Lily menyemangati diri dan mengangkat gaunnya yang mekar. Setelah merapikan poninya yang tertiup angin, Lily berjalan menuju pintu masuk. Kebingungan yang tersirat di wajahnya berganti menjadi senyum lega begitu melihat Sehun menunggu di lobi. Para wartawan yang mengintai dan mengambil gambar diam-diam sampai dibuat terkesima dengan potret Lily yang menyengir bahagia.
"Oh Sehun!"
Tanpa sadar Lily berseru. Gaunnya diangkat tinggi-tinggi begitu menapaki tangga. Sehun tidak tinggal diam. Ia berlari menyambut Lily dan meraih tangannya.
"Aku gugup sekali!" Lily bernapas pendek-pendek. Sejenak ia terkesima melihat penampilan Sehun yang mengenakan tuksedo hitam. "Sebenarnya apa yang kau rencanakan?" bisiknya.
Sehun merangkul Lily dengan mesra dan berjalan menuju lift. "Kau akan segera tahu."
Lily kembali dibuat heran dengan sikap Sehun. Laki-laki itu bilang gedung sudah direservasi dan tidak ada wartawan di sana, tetapi malah bersikap manis. Namun, yang paling mengejutkan bagi Lily adalah ruangan bernuansa lux begitu pintu lift terbuka. Suasana yang temaram terlihat begitu tenang.
Sehun berdeham kecil dan menuntun Lily ke sebuah meja di pojok ruangan yang menampilkan panorama kota Seoul dari atas. Sorot matanya menghangat melihat Lily menikmati menu dengan lahap.
"Jadi, kontrak kerja seperti apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Lily setelah menyantap puding almond sebagai hidangan penutup. Lily sudah penasaran setengah mati dengan rencana Sehun, tetapi ketika dihadapkan pada hidangan yang menggugah selera, rasa lapar membuat kuriositasnya tertunda.
Sehun menunggu Lily menghabiskan koktailnya baru kemudian berujar, "Kontrak yang sangat penting."
"Yaitu?" Lily menggeser kursinya lebih dekat.
"Aku ingin kita menikah."
"Menikah ...." Lily mencerna baik-baik perkataan sehun sebelum terbeliak kaget. Sekujur tubuhnya bergidik. "HAH? MENIKAH?"
"Tenang saja, ini pernikahan kontrak." Seperti sudah menduga reaksi Lily, Sehun bertutur dengan tenang dan menggenggam tangan perempuan tersebut. "Aku tahu pasti sulit bagimu, tapi hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan karir kita masing-masing."
Lily bungkam, masih terlalu terkejut untuk bersuara.
"Lily, dengarkan aku." Sehun mengelus lembut punggung tangan Lily. "Berita tentang kita sudah menjadi trending topic selama beberapa hari ini. Orang-orang yang tidak senang dengan itu mulai bermunculan dan menyebarkan isu bila hubungan ini hanya pengalihan dari skandal. Kita harus menunjukkan bukti yang kuat untuk menutup mulut mereka saat konferensi pers nanti."
"A-aku mengerti." Lily menenguk sekali. "Ta-tapi Oh Sehun ... itu ..."
"Aku paham kekhawatiranmu sebagai pihak wanita," terka Sehun sebelum Lily menyelesaikan kalimatnya. "Aku akan melakukan kewajibanku sebagai suami, tetapi tidak akan meminta hal darimu sebagai seorang istri."
Lily menyipitkan mata dengan curiga. Ia teringat rumor gay yang pernah menimpa Sehun sebelum ini. "Kenapa tidak?"
"Jadi kau mau?"
"Ti-tidak, bukan begitu! Sudahlah, lupakan saja!" Lily menutup wajahnya yang memerah karena malu.
Sehun mendengkus kemudian memandang Lily lekat-lekat. "Aku berjanji akan menjaga, melindungi, dan menjamin hidupmu. Aku akan merekomendasikan Ara dan Yohan untuk bekerja di perusahaan agar mereka tidak kehilangan karir. Mereka bisa tetap menjadi asistenmu."
Mata Lily berbinar. Sehun tidak hanya memikirkan keuntungan antara mereka berdua, tetapi juga peduli pada nasib Ara dan Yohan. "Sungguh? Kau benar-benar akan melakukan semua itu?"
"Ya. Aku bersungguh-sungguh. Semua akan dibahas lebih detail dalam kontrak pernikahan nanti." Sehun memejam sesaat. Padahal lamaranya sebatas kerja-sama belaka, tetapi ia mendadak merasa grogi. "Jadi, bagaimana? Apa kau menerima lamaran ini?"
Lily terdiam cukup lama. Ia pernah memimpikan lamaran yang romantis, tetapi situasi justru memaksanya melakukan pernikahan kontrak. Beruntung Sehun punya alis hitam yang tidak ada duanya di dunia sebagai nilai tambah. Lantas, ia pun mengangguk.
Perasaan Sehun melapang seketika. Lily bisa memahami dan menerima tawarannya untuk bekerja sama. Ia pun mengeluarkan sebuah kotak dari balik saku jasnya dan berlutut di hadapan Lily.
"Oh Sehun, apa yang-" Lily menutup mulut dengan kedua tangan begitu Sehun bersimpuh di hadapannya dan menyorkan sebuah cincin berlian dalam kotak berwarna merah. Tidak cukup dengan itu, lampu ruangan mendadak padam. Penerangan di ruangan tersebut beralih pada LED dari susunan abjad yang terangkai menjadi sebuah kalimat sederhana tetapi penuh makna.
"Oh Sehun, kau bilang ini hanya pernikahan kontrak." Lily menahan napas saking terkesima.
"Ya, ini hanya formalitas." Sehun tersenyum tipis. Ia tahu momen seperti ini akan sangat berarti bagi perempuan. Dirinya pun demikian. Meski hanya pernikahan kontrak, Sehun akan membuat lamaran ini berkesan bagi mereka. Setidaknya sebagai kenangan manis. "Tapi aku bukan orang yang melakukan sesuatu dengan setengah-setengah."
Lily berdiri, menyambut Sehun yang mengulurkan tangan dan memandangnya hangat.
"Will you marry me?"
Suara Sehun terdengar berat dan dalam, tetapi diucapkan sangat lembut.
Lily melenggut cepat, menahan air matanya agar tidak jatuh. Setelah Sehun memasangkan cincin di jarinya, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk laki-laki tersebut. Lily tidak tahu akan seperti apa jadinya bila ia tidak bertemu dengan Sehun.
"Terima kasih karena telah menyiapkan semua ini, Oh Sehun."
Sehun tersenyum tulus. Ia mengelus pundak Lily yang tersengguk dan ikut menenggelamkan wajahnya dalam pelukan
"Terima kasih juga karena telah menerima kerja sama ini."
⚜⚜⚜
TBC
Pamer cincin ceritanya 😁😄
Senang kontrak pernikahannya diterima (cuma kontrak padahal) 😁😄
.
.
.
Selamat berbuka puasa bagi yang menunaikan ibadah puasa. Berbuka dengan yang manis + ditemani dengan chapter yang manis. Siapa yang meleyot karena perlakuan manis Sehun ke Lily? 😭🥰❤️
Spoiler Nex Chapter di Karyakarsa
Yuk, yang mau lihat Lily-Sehun Go public langsung mampir ke Karyakarsa, ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top