십 Serendipitous ⚜
💕행복한 독서💕
.
.
.
Padatnya kendaran di jam istirahat makan siang membuat Lily berulang kali menggigit bibir di balik kemudi. Hatinya diliputi perasaan cemas dan sejuta tanda tanya. Untuk kesekian kali, ekor matanya melirik ke spion kiri dengan gelisah, khawatir ada wartawan atau siapa pun dari pihak media yang berhasil membuntutinya.
Hiruk-pikuk dari luar membuat Lily mendesah. Biasanya ia akan bersandar santai di kursi penumpang kelas dua, memutar musik, dan tidur-tiduran dengan nyaman. Namun, peringatan Young Mi membuatnya bergegas, alih-alih menunggu Yohan dan Ara yang kesulitan mendapat akses keluar agensi karena banyak "paparazzi" yang siap mengikuti.
Untuk urusan berkendara sendiri, Lily sebenarnya cukup handal. Ia mengantongi izin mengemudi dan International Driving Permit. Akan tetapi, kemacetan lalu-lintas membuat kebas di kakinya mulai terasa. Udara sejuk dari penstabil suhu pun tak mampu mencengah keringat dingin turun mengalir di pelipisnya yang tertutup topi fedora.
Setelah hampir satu jam terjebak kemacetan lalu lintas, barulah Lily bisa bernapas lega. Ponselnya yang berdering sedari tadi kini menampilkan wajah Tae Yeon di layar. Beberapa saat sebelumnya Ha Neul juga menelpon.
Seulas simpul mengutas haru di wajah Lily. Dari semua kemungkinan, Lily tahu bila Kim bersaudara tersebut benar-benar mengkhawatirkannya. Namun berkebalikan dengan kehendak hatinya, Lily tidak mengindahkan panggilan tersebut.
Bukan Lily sengaja menghindar. Ia sungguh ingin bercerita dengan Tae Yeon, atau mungkin meminta nasehat dari Ha Neul yang dewasa dan bijak. Hanya saja, Lily tahu tidak boleh melibatkan teman-temannya dalam skandal ini. Tae Yeon sedang persiapan untuk konser solo dan Ha Neul masih dalam tahap syuting untuk sebuah drama baru. Lagipula, ia bisa mengatakan apa? Masa lalu keluarganya yang rumit? Tidak mungkin.
Tiiin ...!
Lily membunyikan klakson ketika mobil di depannya tiba-tiba berhenti. Beruntung tidak ada kendaraan dari arah belakang. Tidak lucu sekali bila tulang lehernya cedera di saat mendesak seperti ini.
"Aish, jinja!" Lily merutuk lalu memutar kemudi untuk mengambil haluan, tidak ingin memperpanjang perkara. Akan tetapi, pengemudi di depannya menahan dengan isyarat tangan yang dilambaikan lewat jendela. Sambil mendesis, Lily segera menurunkan topinya sekian derajat untuk menutupi wajah saat sosok pria berbadan tegap tampak mengambil ancang-ancang untuk keluar dari Ferrari merah metalik tersebut.
"Gawat! Kenapa pakai turun segala, sih!" ujar Lily panik. Tanpa menoleh pada laki-laki yang bersiap mengetuk jendelnya, Lily membanting setir sedemikian rupa lalu menancap gas. Membiarkan laki-laki tersebut mengetuk angin lalu.
Dari kejauhan, Lily menengok ke spion tengah dan pengemudi tadi rupanya sudah masuk kembali ke dalam mobil. Ya, siapapun dia. Lily memaafkannya. Sekarang ia dikejar waktu.
Mengikuti GPS di layar monitor, Lily kemudian memaju mobilnya menyusuri rute tercepat menuju Gangseo. Butuh waktu sekitar dua jam perjalanan untuk sampai ke daerah di sebelah barat Seoul tersebut. Setelah mengitari satu persimpangan, ia pun tiba di Royal Spring yang di alamatkan Young Mi, letaknya tak jauh dari Songjeong Park. Hotel dengan arsitektur bernuansa klasik tersebut terlihat seperti kuil-kuil di abad pertengahan.
Setelah mengatur ritme napas yang memburu, Lily meraih kaca mata hitam berbingkai tipis yang diambilnya asal dari display, memasang masker, lalu membenarkan posisi topinya. Sejenak diperhatikannya tiket kamar hotel yang dikirimkan Young Mi dalam ponselnya.
Royal Spring Hotel
Prisedential Suie Room VIP 7.07
"Baiklah! Mission impossible dimulai!"
🎬🎬🎬
🏛 Presidential Suite Room VIP 7.09
📍 Royal Spring Hotel, Gangseu-gu
Sehun baru saja melonggarkan kerah baju dan berbaring di springbed berukuran king size saat ponselnya berbunyi. Dengan gusar ia merogoh saku, mengambil posisi duduk sambil memijat bagian punggungnya yang mengalami tegang otot karena macet. Beruntung Royal Spring memiliki presidential suite dengan fasilitas lengkap dan pemandangan yang indah.
Ada apa lagi ini! batin Sehun merutuk begitu membuka layar panggilan. Lagi-lagi dari sekertaris ayahnya. Di perjalanan tadi pria tersebut memberi kabar bila rapat minggu depan akan dimajukan besok siang dan ia harus memperkenalkan "sang kekasih" di hadapan orang-orang, terutama untuk membantah kecaman pihak ibu tirinya dan Hyun Jin. Hal yang sangat mengejutkan Sehun sampai-sampai ia dengan refleks menginjak rem dan hampir membuat pengendara di belakangnya celaka.
Sehun menarik napas dalam-dalam lalu menjawab panggilan dari sekertaris tersebut. Kepanikan yang merambat dari pria yang menjadi orang kepercayaan ayahnya itu membuat Sehun yakin bila ia akan mendengar berita buruk beberapa detik lagi.
"Sekarang?" Sehun berdiri, menghadap pada jendela yang menampakkan pemandangan Songjeong Park dari atas. "Baiklah, aku akan menemuinya segera."
Sehun langsung memutus panggilan, menilik penampilannya di cermin barang beberapa saat baru kemudian terburu keluar kamar dan menuruni lift. Theodore Lim ada jadwal mendadak dan saat ini sedang beristirahat di kafe hotel sebelum penerbangannya kembali ke Paris.
Beberapa pelayan menyambut Sehun di lobi dengan membuka pintu dan membungkukkan badan. Sehun hanya mengangguk singkat lalu mempercepat langkah menuju kafe mini yang tersambung dengan hotel melalui koridor di atas basement parkir.
"Mobil itu?" Sehun menekuk dahi begitu mendapati Audi RS4 yang terparkir tak jauh dari mobilnya. Mobil berwarna hitam glossy tersebut adalah mobil yang nyaris mengalami angle crash karena ia berhenti mendadak di tengah jalan tadi.
Sehun menunda langkahnya untuk mengamati badan mobil tersebut. Hanya sedikit lecet di bagian bumper yang membuat ia berkesimpulan bila sang pengendara tidak mengalami cedera serius. Meski begitu, untuk ukuran mobil mahal, paling tidak pengendara tersebut menuntut ganti rugi, atau mungkin mengajukan protes dan semacamnya. Anehnya, sang pengendara justru kabur saat Sehun berniat bertanggungjawab.
Sehun mengangkat bahu. Menyadari waktunya yang berharga terbuang percuma, ia bergegas dan mempercepat langkah.
Ya, mungkin hanya sebuah kebetulan yang tak penting.
🎬🎬🎬
Ara sangat tahu bila Yohan tidak sepenuhnya merajuk pada Lily. Rambutnya yang kusut menjadi pertanda bila laki-laki itu begadang semalaman untuk memantau perkembangan media. Bahkan Ara curiga Yohan belum sempat mandi.
Ara pun demikian sebenarnya. Dibanding marah, mungkin perasaannya lebih tepat disebut kecewa. Kecewa lantaran Lily menyembunyikan rahasia besar dari mereka selama ini. Namun begitu, meski belum bisa menerima hubungan antara Lily dan Kim Jin Hyuk, sekerang Ara sangat-sangat mengkhawatirkan keadaan eonnie kesayangannya.
"Bagaimana pergerakan wartawan? Apa ada bukti baru?" Ara berbisik pada Yohan yang mengunci tatapan pada layar dengan kesepuluh jari bergerak lincah di atas keyboard. Rangkaian sintaks yang tampil di monitor membuat Ara menggeleng berulang kali. Keterampilan Yohan memang tidak diragukan. Padahal ketika pertama kali bertemu, Ara sempat meragukannya sebagai gamers yang tidak punya masa depan pasti.
Siapa sangka, di balik penampilan yang kelewat santai, Yohan adalah hacker jenius yang berhasil meretas situs-situs penting. Bahkan ia berhasil melakukan hacking elevator di apartemen Lily dari jarak jauh untuk menghambat pergerakan wartawan.
Yohan menggeleng dengan satu sudut bibir tertarik. Skandal Lily menjadi pencarian utama di berbagai web populer, bahkan dimuat dalam berita harian di telivisi. Saat ini kerumunan media sedang mengepung apartemen Lily yang untungnya sudah kabur duluan.
"Apa eonnie sudah sampai?" Ara menatap jam tangannya sambil berharap-harap cemas. Mereka benar-benar panik begitu mendapat kabar dari Young Mi bila wartawan akan mengepung apartemen Lily. Namun, bertindak ceroboh bisa semakin memperburuk keadaan. Ada banyak mata-mata yang mengintai di sekitar agensi sekarang. Pergerakan mereka bisa terbaca dengan mudah.
"Sebentar, aku cek lagi," sahut Yohan mengalihkan pointer ke saty panel yang menampilkan sebuah map. Ara ikut memicingkan mata dan mengintip. Tampak sebuah jalur berwarna kuning yang menjadi marka rute perjalanan Lily.
"Sudah sampai! Syukurlah!"
Ara menggenggam tangan Yohan yang spontan menempelkan telunjuk di bibirnya. Keduanya sama-sama membeku sampai Yohan berdeham dan menarik kembali jemarinya.
"Ja-jangan berisik! Nanti ketahuan!" Yohan memelankan suara. "Kita tidak bisa mempercayai siapapun saat ini!"
"Ma-maaf!" Ara mengangguk kikuk lalu melepas tangan Yohan dan melirik kanan-kiri. Skandal ini memang terbilang janggal, sebagai seorang aktris besar yang membawa nama perusahaan, agensi kurang tanggap, bahkan terkesan melimpahkan segalanya pada Lily. Apalagi informasi pribadi Lily termasuk nomor kamarnya berhasil sampai ke telinga jurnalis dan wartawan.
"Sebentar!" Yohan mengerutkan kening. "Ada beberapa media besar yang meninggalkan Gangnam menuju ...."
"Menuju?"
"Gangseo ...."
Yohan dan Ara saling pandang selama sekian detik.
"Aku akan berbicara dengan Young Mi noona!" Yohan bangkit. "Tunggulah di sini. Jaga laptopku, jangan sampai disentuh sembarangan orang!"
Ara melenggut cepat lalu memasang sikap defensif. Yohan sempat merasa geli melihat reaksi Ara, tetapi ia lekas memutar badan dan keluar dari studio dan mengambil haluan menuju lift. Yohan mempercepat langkah menuju ruangan direktur pengelola ketika tiba di lantai atas. Namun, sebuah suara gertakan membuatnya terkesiap di tempat.
"Noona?" Yohan yang sedang menempelkan ponselnya di telinga berjengit kaget. Ia merapatkan tubuh di tembok, berusaha mendengar percakapan di dalam.
"Sangmuisa-nim! Apa semua ini belum cukup? Anda bilang akan mengembalikan popularitas Lily setelah kasus ini!"
Yohan mengerjapkan mata berulang kali, berusaha mencerna perkataan Young Mi.
"Keadaan ini tidak diduga. Respon Fly's di luar kendali. Kita harus membuat bukti lain bila tidak ingin didesak Fly's. Kalian sendiri tahu bagaimana kekuatan fandom ini!"
"Lalu Anda membohongi saya dan menjebak Lily agar pergi ke hotel itu? Anda sudah kelewatan!"
Menjebak Lily noona? Mata Yohan membola. Ia berusaha mengintip lewat celah jendela kaca. Selain Young Mi dan direktur pengelola beserta asistennya, ada dua orang perempuan yang salah-satunya dikenali Yohan sebagai ibu dari Bit Na.
"Jangan terlalu naif, Young Mi. Bukankah pada awalnya kau juga setuju? Kami bahkan memberimu uang muka yang cukup besar untuk informasi pribadi Lily. Jangan khawatir, setelah berita baru ini terbit, kami akan memberi bayaran dua kali lipat untuk biaya pengobatan ayahmu."
Tidak mungkin ... Young Mi nuna .... Yohan hampir tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Young Mi yang selama ini sangat peduli pada Lily, yang setengah mati menjaganya dari rumor, justru menjadi dalang dari bocornya informasi pribadi Lily?
Hadiah untuk Young Mi eonnie juga ada!
Eonnie butuh kaca mata baru!
Aku sudah mengecek produk yang bagus sesuai selera eonnie!
Mata Yohan memanas mengingat betapa Lily sangat perhatian pada Young Mi. Terlepas dari hubungan antara Lily dan Kim Jin Hyuk, Yohan merasa bila di antara mereka, Young Mi-lah yang menjadi pengkhianat sesungguhnya. Sedikit-banyak, ia menyesal telah bersikap tidak bersahabat pada Lily kemarin.
Yohan mengepalkan tangan kuat-kuat saat melihat Young Mi hanya bisa terduduk pasrah sambil menutupi wajah dengan telapak tangan. Skenario yang direncanakan asisten direktur produksi kemudian membuatnya terbeliak. Dengan terburu ia berlari menuju lift dan menghubungi Lily.
"Noona! Tinggalkan hotel itu sekarang!"
🎬🎬🎬
"Sudah lama ya, Sehun?"
"Ya. Terakhir kita bertemu di acara fashion week awal tahun." Sehun melengkungkan bibir membalas senyuman Theodore Lim yang tampil eye catching dan berkelas, khas seorang desainer.
Theodore Lim meningat-ingat sebentar kemudian mengangguk, entah benar-benar ingat atau hanya membenarkan Sehun saja. Pria awal 40 tahun tersebut menyesap kopi hitam di cangkirnya. "Bagaimana kabar ayahmu?"
Sehun menatap Theodore Lim sebentar sebelum kembali mengulas senyum yang lebih tulus. Sehun selalu tersentuh bila orang-orang mengkhawatirkan ayahnya lebih dari sekadar relasi bisnis. "Ayah sudah mulai pulih, tetapi masih perlu beristirahat," balasnya seraya menghela napas.
"Ya, sebaiknya begitu." Thodore Lim berujar hati-hati. "Isu-isu negatif tidak baik untuk penyakit jantung."
Sehun mengangkat alisnya lalu terkekeh. Ia tahu Theodore Lim cukup sopan untuk tidak mengungkit rumor yang menerpanya secara langsung. "Ya, cukup banyak isu yang merepotkan akhir-akhir ini."
"Hal yang wajar sebenarnya. Aku sering bertemu dengan orang-orang yang seperti itu di luar negeri. Bahkan yang membuka identitas secara terang-terangan." Theodore Lim membuat isyarat tanda kutip dengan jari. "Tapi aku tahu kau tidak demikian."
"Aku menghargai itu," tutur Sehun tanpa bisa menyembunyikan perasaan lega.
"Media massa memang sangat mudah memainkan informasi. Belakangan ini banyak selebriti yang diterpa berita tidak menyenangkan. Seperti skandal Barbie Lily yang sekarang heboh."
"Barbie Lily?" Sehun tanpa sadar berujar. Tidak orang-orang di kantornya, Seung-Gi, Mark, bahkan sekarang Theodore Lim, semua membicarakan skandal aktris tersebut.
"Ya, aktris cantik itu. Kuharap beritanya tidak benar. Aku menyukainya."
Sehun yang tengah meneguk air mineral tersedak tiba-tiba. Sambil tersenyum tidak enak, ia menampik halus kotak tisu yang disodorkan Theodore Lim dan berusaha bersikap normal kembali.
"Barbie Lily sangat ceria dan semangat. Kami beberapa kali bekerja sama dengannya. Dia bintang besar, tapi toleran dan tidak pernah menyulitkan kru." Theodore Lim melanjutkan dengan nada pasrah. "Padahal ada rencana pengajuan proposal pada studionya untuk proyek baru."
Sehun mendengarkan saja, walau semakin lama alisnya semakin tertekuk saat Theodore Lim bercerita tentang seorang rekannya di Paris yang sangat mengagumi Barbie Lily meski baru pertama kali bertemu.
"Akhir tahun ada acara anniversary perusahaan. Kami berniat mengundang Anda sebagai salah satu bintang tamu." Sehun menyampaikan niatnya begitu Theodore Lim kembali menyinggung masalah kerja sama mereka.
"Dengan senang hati." Theodore Lim merentangkan tangan dengan senyum lebar. "Kalau kau yang mengundangku seperti ini, aku tidak punya alasan untuk menolak," kelakarnya.
Sehun ikut tertawa. Mereka kembali berbincang ringan sampai sopir pribadi Theodore Lim tiba. Sehun pun mengiringinya sampai ke lobi.
"Kebetulan sekali kita bertemu di sini." Theodore Lim memandang ke penjuru hotel lalu berbisik pada Sehun sebelum masuk ke dalam mobilnya. "Jangan-jangan kau sedang menjemput kekasihmu?"
Sehun meninggikan alis saat Theodore Lim menepuk-nepuk bahunya. Entah ingin mengujinya atau memang benar-benar ingin tahu, Sehun hanya terkekeh kecil sebagai jawaban. Ia melambaikan tangan saat mobil yang ditumpangi Thedore Lim mulai lepas landas meninggalkan lobi.
"Satu masalah selesai." Sehun berujar pada diri sendiri. Langit mulai gelap dan ia dilanda rasa lelah luar biasa. Ia akan beristirahat untuk malam ini dan kembali ke Seoul besok pagi. Kembali menghadapi realita yang sangat memusingkan kepala.
Sementara itu, Theodore Lim yang tertahan di gerbang hotel memandang keluar jendela pada jalan raya yang mendadak disesaki kendaraan.
"Beruntung kita keluar tepat waktu, Tuan."
Thedore Lim menoleh pada sopirnya yang baru saja berujar. "Kenapa?"
"Kabarnya Barbie Lily sedang bersembunyi di hotel ini untuk untuk siap-siap ke luar negeri. Para wartawan sedang menuju ke sini."
"Benarkah?" Theodore Lim mencuri pandang ke spion, pada sosok Sehun di depan lobi yang tampak merogoh saku.
Kehadiran Sehun yang tiba-tiba memang sangat mengundang tanda tanya, lalu sekarang Barbie Lily pun dikabarkan berada di hotel yang sama. Sepanjang perbincangan dengan Sehun tadi, Theodore Lim bisa menilai gelagat aneh yang ditunjukkannya saat menyebut nama Barbie Lily.
Apa jangan-jangan, Oh Sehun dan Barbie Lily ...?
🎬🎬🎬
"Oh, Tuhan! Apa-apaan ini!" Lily mengeluarkan barang-barang dari kopernya dengan frustrasi. Karena terburu-buru, ia asal menarik pakaian sehingga isi kopernya tak keruan. Bahkan setelan piyama yang ia bawa salah pasang. Atasan full slaves dengan cow pattern, sementara long pants pasangannya bermotif garis-garis zebra.
Terserahlah! Lily menarik sleep wear tersebut kemudian mengganti pakaian. Perasaannya sedikit membaik sehabis berendam di bathtub dengan aromerapi. Bukan hanya eksteriornya yang mengangumkan, fasilitas yang ditawarkan kamar eksklusif tersebut sangat lengkap dan memuaskan. Lily harus berterima kasih pada Young Mi setelah ini.
Sehabis berganti pakaian, Lily berjalan keluar menuju balkon. Pemandangan taman yang hijau membuat ia betah sampai angin dingin memaksanya masuk kembali. Sekilas pandangannya terarah pada kamar sebelah. Sebelum berbenah tadi, Lily sempat mendengar suara dari sana. Tampaknya baru dihuni juga.
Lily menghempaskan tubuhnya di sofa. Kini ia harus berurusan dengan pemilik brand yang menarik iklannya dan akan menuntut pinalti. Tentu, dengan ganti rugi yang cukup besar.
Setengah mendengkus, Lily meraih ponselnya yang menampilkan bilah notifikasi. Rupanya pesan dari.
<<Jung Ara>>
Eonnie sudah sampai? Bagaimana keadaan di sana?
Lily memperbaiki posisinya lalu membalas pesan Ara. Mereka saling mengirim balasan sampai panggilan Yohan menginterupsi.
"Bukannya Yohan bersama Ara? Lily bertanya pada diri sendiri lalu menjawab telpon. "Yohan?" panggilnya ragu-ragu.
"Noona! Tinggalkan hotel itu sekarang!"
"Apa?" Lily bangkit mendengar deru napas Yohan yang memburu. "Yohan, tenang dulu. Ada apa ini?"
"Ini semua jebakan, Noona!" Yohan menelan ludah sebentar. "Akan ada pria asing yang datang ke sana. Dia pria kaya yang akan mengaku punya hubungan khusus dengan Noona. Para wartawan sekarang membuntutinya!"
"Ti-tidak mungkin! Bagaimana bisa, Yohan? Ini adalah tempat yang aman!"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Tinggalkan hotel itu sekarang, jangan tinggalkan jejak sedikit pun!"
"Ya-ya! Aku ganti pakaian dulu."
"Tidak perlu! Mereka semakin dekat! Noona harus pergi secepatnya!"
Ya, Tuhan! Ada-ada saja masalah hari ini! Lily meringis, memandangi busananya yang sungguh kacau. Namun begitu, ia menuruti Yohan dan mengemasi semua barang yang ada, termasuk pouch make up yang baru digunakannnya sehabis mandi tadi.
Setelah memastikan lorong kamarnya sepi, Lily keluar sambil menarik koper. Ia harus bersikap normal dan tidak mencuri perhatian. Meski sulit untuk tidak terlihat mencolok dengan penampilannya sekarang. Baju dengan motif sapi Holstein, celana zebra, kaca mata hitam, dan topi fedora.
Belum juga Lily melangkah, ponselnya berdering lagi. "Ya, Yohan?"
"Noona! Para wartawan sudah tiba! Pria itu sekarang menuju lift!"
"Apa?!"
"Bersembunyilah dulu, Noona! Di mana pun tapi jangan masuk ke dalam kamar, dia punya kunci cadangan!"
Bersembunyi di mana! Lily melihat ke sekeliling dengan panik. Ia tidak bisa menampakkan diri di depan umum, tetapi berdiam diri di sana akan membuatnya tertangkap basah.
Lily berlari bolak-balik dari ujung lorong kembali ke depan kamarnya. Derap kakinya beradu dengan derik roda koper yang terseret ke sana kemari. Sementara itu, angka di panel evelavor semakin bergerak naik.
Tepat saat Lily hampir kehilangan harapan, matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di lantai. Lily memicing begitu mengenali benda tersebut sebagai key-card.
"Kartu milik siapa ini?" Lily menengok kanan-kiri baru kemudian berlutut dan meraih kartu tersebut. Kamar nomor 9! serunya.
Lily mengedarkan pandanganya pada masing-masing pintu dan berakhir pada kamar yang berada tepat di sebelahnya kamarnya tadi. Barangkali pemilik kamar tidak sengaja menjatuhkan kartunya.
Saat bunyi pintu elevator terdengar, mau tidak mau Lily menggunakan kartu tersebut sebagai akses untuk masuk ke kamar sebelah. Perlahan, ketika memastikan tidak ada orang di dalam, Lily menyelinap sembari berharap pemilik kamar tidak kembali sampai keadaan di luar aman.
Lily melepas kacamatanya untuk mengadaptasi penerangan yang remang di kamar tersebut. Wangi khas parfum pria yang menguar entah mengapa terasa familier baginya. Lily sudah akan mencari tahu lebih lanjut bila saja suara gagang pintu tidak membuat jantungnya meloncat kaget.
Gawat! Bagaimana ini?! Lily memejam erat. Dunia benar-benar tidak berkompromi untuk urusannya hari ini. Tidak punya pilihan, ia memilih menyembunyikan kopernya di belakang sofa dan buru-buru masuk ke dalam lemari. Tubuhnya yang ramping berhasil masuk tanpa kesusahan. Tidak sia-sia juga program diet yang selama ini ia keluhkan.
"Ya. Aku sudah berbicara dengannya. Semua lancar."
Lily mendengar suara berat laki-laki yang sepertinya berbincang lewat telpon. Dari balik kisi, ia bisa melihat sosok yang sedang membelakang tepat berada di depannya saat ini, hanya terhalang pintu lemari. Lily memejam dan menutup mulut dengan kedua tangan, berusaha tidak menimbulkan suara.
Hening beberapa saat sampai terdengar suara gemericik air yang membuat Lily akhirnya mengembuskan napas. Namun, suara ponsel membuatnya terkesiap dan segera mematikan panggilan dari Yohan sebelum ketahuan.
<<Kim Yohan>>
Noona di mana sekarang? Wartawan sudah menguasai hotel!
Lily menelan ludah lalu mematikan ponselnya segera saat mendengar pintu kamar mandi bergeser. Jantungnya yang sedari tadi berdebar kencang, kini terasa berhenti berdetak saat tiba-tiba pintu lemari dibuka dari luar.
Bola mata Lily melebar, terkunci dengan tatapan tak kalah terkejut dari laki-laki pemilik alis hitam, panjang, dan menukik tajam-satu-satunya di dunia.
"Oh-Oh Sehun ...." Lily berujar terpatah, hampir tidak terdengar. Pandangannya turun sekian derajat pada perut kotak-kotak Sehun yang terbentuk sempurna.
Mereka kembali bertatapan selama sepersekian detik sebelum sama-sama memekik histeris.
"AAAHHH!"
⚜⚜⚜
TBC
.
.
.
Barbie Lily
Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top