Bab 3 - Dinner

Yeyyyy bisa update lagi hehe..

Langsung aja deh Happy reading guys ;)

Jangan lupa vommentnya :)

************

Author POV

Nadia termenung menatap langit kamarnya, ia sedang memikirkan Aldric, orang yang ia suka sejak lama. Nadia mengeluarkan ponsel lalu membuka fitur galery, muncul wajah Aldric di layar ponselnya. Senyum simpul tercetak dibibirnya yang tipis. "Aldric.. hemm, kenapa sih gue mikirin lo terus," photo itu berhasil ia dapatkan secara diam-diam.

Tiba-tiba Nadia teringat nama Lili, yaa Nadia penasaran dengan orang yang bernama Lili itu karena setiap Aldric mendengar namanya pasti wajah Aldric terlihat sangat emosi. Nadia mengedikkan bahu, ia tidak peduli siapa Lili, itu hanya masa lalu. Sekarang hanya ada gue, masa bodo dengan si Lili itu, perempuan itu yang bodoh meninggalkan pria seperti Aldric, batinnya.

Yahh, menurutnya perempuan yang dicintai oleh Aldric adalah perempuan yang beruntung. Pasti sosok Lili adalah perempuan yang sangat cantik dan perfect. Oleh karena itu selama ini Nadia tampil seperfect mungkin di depan Aldric.

Ia melirik jam yang ada dikamarnya, sudah malam. Nadia menarik selimut dan memejamkan matanya.

Keesokan harinya Nadia sengaja bangun pagi karena hari ini ada jadwal rapat pukul delapan. Ia menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan Aldric. Nadia memang selalu berusaha yang terbaik agar tidak mengecewakan Aldric.

"Pagi Mr. Orlando," sapa Nadia sembari menundukkan kepala.

Aldric mengangguk "Pagi, materi rapat sudah kau siapkan?" Nadia menunduk "Bagus, setengah jam lagi kita keruang rapat," ucap Aldric.

"Baik Mr. kopi Anda sudah di meja seperti biasa,"

Aldric mengangguk dan berlalu masuk. Nadia mentap pintu yang sudah tertutup itu, ia tersenyum miris, sifat dingin Aldric tidak berubah padanya.

------

Aldric memimpin rapat dengan lancar, tatapan kagum dari orang-orang yang ada di ruangan ini begitu terlihat namun ia mengabaikannya. Nadia mencatat semua hasil rapat dengan cekatan.

Seseorang mengangkat tangan "Bagaimana jika kita mengambil alih perusahaan Gerald Corp yang ada di Jerman? Sepertinya prospek di sana sangat bagus, lagi pula cucu pemilik perusaaan itu tidak mampu menjalankan perusahaan itu,"

Aldric berpikir sebentar "Yah benar, saya juga sudah memikirkan itu sejak minggu lalu, besok mungkin saya akan ke Jerman untuk bertemu dengan Mr. Darren," ucap Aldric. Ia melupakan sesuatu yang penting, di negara sana ada seseorang yang telah lama ia tunggu.

Aldric menyudahi rapat, ia mengajak Nadia keruangannya untuk membicarakan hasil rapat dan rencana besok.

Mereka berdiskusi hingga siang, Aldric menyuruh Nadia untuk ikut ke Jerman besok dan Nadia tidak bisa menolak.

"Besok kita bertemu di bandara, sekarang kau bisa istirahat," ucap Aldric. Nadia mengangguk dan berjalan keluar sedangkan Aldric menelpon orang suruhannya untuk mengurus semua.

-----

Lili menceritakan semua pada Josh, ia beruntung memiliki sahabat yang pengertian dan bisa memberi solusi seperti Josh.

Josh menghela nafasnya "Sebaiknya jangan sampai kau pergi ketempat itu lagi, kasian dad Ares, dia pasti sangat khawatir padamu,"

Lili mengangguk setuju "Yah, aku tidak akan pergi kesana, semua ini krena pria itu, huhh aku kesal sekali padanya."

"Apa pria itu tampan?"

Lili mencibir kesal pada Josh, ia memukul kening Josh dengan sendok yang sedang ia pegang hingga Josh mengaduh kesakitan "Dasar, jika tampan memangnya kau mau dengannya?" tanya Lili. Josh tertawa, yahh Lili memang sudah biasa bercanda dengan Josh. "Ohh iya lusa kita dinner yaa, kau harus menjemputku jam tujuh tepat,"

"Okey.. lusa aku jemput, hey bukankah kau ingin keperpustakaan?"

Lili menepuk keningnya, "Ohh iya, yasudah bye Josh." Lili mengecup pipi Josh dan berlalu pergi. Josh menggelengkan kepala, ia bingung gadis sepintar Lili bisa memiliki daya ingat yang kurang. Ia tau ada yang tidak beres namun ia sama sekali tidak bertanya karena jika Lili memang percaya padanya pasti suatu saat nanti Lili akan bercerita.

------

Aldric membenarkan kacamatanya, ia sudah berada di Bandara sejak setengah jam lalu. Dari tadi ia memainkan ponselya untuk melepas penat.

Nadia datang dengan menyeret koper kecil. Ia terdiam melihat penampilan Aldric hari ini, penampilan casual hanya dengan t-shirt dan kaca mata saja bisa membuat Aldric nampak sangat tampan.

Aldric mengerutkan kening "Nadia? Kau tidak apa-apa?"

Nadia mengerjapkan mata "Oh.. emm yahh saya baik, maaf jika Anda sudah menunggu lama," ucap Nadia. Aldric hanya mengangguk dan berjalan melewati Nadia.

Mereka berangkat. Selama di pesawat Aldric sibuk dengan bukunya. Nadia memperhatikan wajah serius Aldric, ia tersenyum simpul. Setidaknya saat ini gue adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktu sama Aldric, batinnya.

Sesampainya di Jerman mereka telah disambut oleh orang-orang Aldric yang berada di negara ini sejak minggu lalu.

Aldric menyuruh Theo, orang kepercayaannya untuk langsung menuju hotel. Hotel ini sangat mewah, itu yang bisa ditangkap saat sampai di depannya.

Nadia memutar pandangannya, ia kagum dengan keindahan arsitektur hotel ini. Kekagumannya pecah ketika suara bariton Aldric yang memanggilnya.

"Kamarku ada di sebelah kamarku, ini kuncinya, istirahatlah, besok kita harus bertemu dengan Mr. Darren,"

Nadia mengambil kunci yang diulurkan Aldric padanya "Yaa Mr. selamat malam," ucap Nadia dengan sopan. Ia berlalu pergi kekamarnya.

Aldric memilih bicara dengan Theo. Mereka bicara hingga larut malam, "Anda harus istirahat Mr. ini sudah malam,"

Aldric tertawa, ia mengangguk. "Yah.. saya memang lelah, terimakasih Theo kau memang bisa kuandalkan, kau bisa pergi sekarang," ucap Aldric. Mereka memang sedang membicarakan proyek yang sudah direncanakan Aldric sejak lama.

------

Keesokan harinya Aldric dan Nadia pergi bertemu dengan Darren. Sesuai janji, mereka akan bertemu di kantor Darren pukul sepuluh pagi.

Darren menyambut Aldric dan Nadia dengan ramah. Mereka mulai perbincangan dengan serius, Aldric secara to the point menyampaikan maksudnya.

"Membeli perusahaan saya?" tanya Darren dengan mata menyipit.

"Ya.. saya dengar perusahaan Anda sedang mengalami penurunan, ini hanya tawaran, tapi Anda bisa pikirkan baik-baik, akan menjualnya atau akan mengalami kebangkrutan dalam waktu dekat," tegas Aldric.

Darren mendengus kesal. "Saya masih mampu membangun ini semua,"

"Benarkah? baiklah kalau begitu, saya tidak akan menawarkan ini dua kali, "

Darren berpikir keras "Emm tunggu Mr. Orlando beri saya waktu untuk berpikir," ujarnya. Aldric tersenyum puas. Ia mengangguk dan pamit pergi.

Sepanjang perjalanan menuju hotel, Aldric menunjukkan senyumnya. Ia senang misinya berhasil, ia akan bersungguh-sungguh dengan perusaahan itu. Yahh Aldric yakin Darren akan menjual perusahaan itu padanya.

"Nadia, besok kita akan dinner dengan Theo dan Endra untuk merayakan keberhasilan kita,"

Nadia mengangguk, ia tersenyum bukan karena ajakan dinner dari Aldric namun karena melihat senyum yang sedari tadi tidak hilang di wajah bosnya itu. Nadia memuji Aldric dalam hati, seandainya ia bisa menyentuh wajah itu. Ia menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran anehnya.

Aldric menaikkan alisnya karena heran melihat Nadia tapi ia tidak menanggapinya.

------

Lili sedang menunggu Josh, sedari tadi ia hanya melirik jam tangannya hingga Ares jengah melihat kelakuan putrinya ini.

"Sayang, tenanglah.. sebentar lagi Josh akan datang,"

Lili menoleh pada Ares, ia tersenyum dan mengusap tengkuknya salah tingkah. "Hehe, apa Lil terlihat begitu tidak sabar?"

"Ya.. sangat," ucap Ares sembari memberikan penekanan di kata sangat. Ia duduk di samping putrinya, Ares menjawil hidung mancung Lili "Ada rencana apa sampai kau mengajak Josh dinner? apa putri daddy ini menyukai sahabatnya?" tebak Ares.

Lili melebarkan matanya "Haha tentu saja tidak, ini hanya dinner  biasa daddy, lihat saja tas Lil, isinya buku dad, nanti Lil ingin diskusi tentang skripsi Lil dengannya,"

Ares mengerutkan kening "Kenapa tidak di rumah saja kalau begitu?"

Lili tersenyum sembari menaik turunkan alisnya "Emm rahasia dad, haha.."

Ares menggelengkan kepala, ia tidak bisa menahan senyumnya melihat kehidupan Lili saat ini yang penuh dengan tawanya.

Josh datang, ia menyalami Ares kemudian menghampiri Lili "Ayo.. kau sudah siapkan?"

"Tentu saja," ucap Lili. Ia melingkarkan lengannya di lengan Josh kemudian pamit pada daddynya. Sepanjang perjalanan Lili terus menggerutu kesal karena Josh yang terlambat datang.

Josh mengabaikan Lili, ia pura-pura tidak mendengar semua ocehan Lili padanya hingga Lili kesal dan mencubit pinggang Josh. "Auuu, sakit Lil, akukan hanya telat setengah jam,"

Lili mengerucutkan bibirnya, dalam hati ia tertawa puas karena telah menyubit Josh. Sebenarnya ia tidak marah pada Josh, gerutuannya tadi hanya ia gunakan untuk memancing Josh bicara karena Lili bisa melihat wajah muram Josh.

"Josh.." panggil Lili dengan lembut. Josh menoleh pada Lili karena perubahan suara Lili. "Heyy... jangan memalingkan matamu ketika sedang menyetir!!!" seru Lili. Josh melongo dan kemudian tertawa melihat wajah Lili yang ketakutan.

Josh kembali menghadap jalan "Habis kau memanggilku, ada apa flowers ?" itu panggilan yang dibuat Josh untuk Lili karena Lili adalah nama bunga.

"Kau sedang ada masalah ya? sepertinya wajahmu murung,"

Josh menghela nafas "Aku baru saja putus dengan Jerry," jelasnya dengan sedih. Lili terdiam, ia bingung harus sedih atau senang, di satu sisi ia tidak suka melihat wajah sedih Josh namun di sisi lain ia senang karena ini mungkin kesempatannya untuk membantu Josh menjadi normal.

"Emm.. sudah jangan sedih, ada aku dan Clara, kita akan mencarikan orang yang lebih baik dari Jerry,"

Wajah muram Josh berubah menjadi ceria "Benarkah? pria yang tampan yaa.." Lili hanya tersenyum dan mengangguk ragu, lebih tepatnya wanita yang baik dan cantik Josh, batin Lili.

Mereka sampai di restoran. Josh berjalan meninggalkan Lili. "Aisshh dasar," gerutu Lili di belakang Josh.

"Lil, terimakasih yaa kau mau mentraktirku makan di restoran mewah ini." Josh sudah duduk dengan tenang di hapadan Lili.

Lili tersenyum evil "Siapa bilang aku akan mentraktirmu? kita bayar sendir-sendiri," ucap Lili dengan cuek. Josh melebarkan matanya, mulutnya terbuka lebar.

"Kau ingin membuatku tidak makan selama seminggu?" tanya Josh dengan wajah syoknya. Lili berusaha menahan tawanya. Ia bohong, tentu saja ia akan mentraktir Josh.

Tangan Lili tiba-tiba mengelus pipi Josh. Wajah Lili berubah menjadi sangat serius, ia menatap Josh dengan lekat. "Kau lucu sekali Josh, kau tau? sebenarnya aku mencintaimu sejak lama," ucap Lili. Ia mendekatkan kepalanya pada Josh sembari memejamkan mata. Josh melebarkan matanya kaget.

Tanpa Lili sadari seseorang melihat kelakuan Lili dengan hati yang hancur, yaa hancur lebur sampai membuat tubuh seperti tidak bertulang.

********

Aaaaa Lili mau ngapain ituuuu..
Tunggu di part selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top