Bab 17 - Bagian 1

Hayyy readers.. maaf yaa kalau ngaret, soalnya part 17 ini kubuat jadi dua bagian POV Lily dan Aldric,

Langsung aja yaa.. happy reading ya guys jangan lupa vommentnya ;)

********

Lili POV

Kini aku hanya bisa menatap kepergiannya. Kakiku terasa lemas, berutung Josh paham dan tangannya melingkar di pinggangku. Jika tidak mungkin aku sudah terduduk dan menangis tersedu-sedu. Okey aku berlebihan tapi rasanya benar-benar sesak.

Punggung itu sudah hilang, tapi mataku masih menatap ke sana. Berharap ia berbalik dan mengucapkan aku tidak akan pergi jadi jangan berlebihan begitu dengan nada ketus khas Aldric. Ohh sial, belum apa-apa aku sudah merindukannya.

"Jangan menampakkan wajah seolah-olah Aldric meninggal begitu," ucap Josh.

Mungkin jika di komik aku sudah terjungkal kebelakang. Dasar perusak moment sedih saja. Kulirik ia dengan tatapan membunuh, berharap bisa melubangi kepalanya itu.

"Memangnya wajahku seperti apa?" tanyaku kesal.

"Depresi seperti ingin bunuh diri," jawabnya dengan wajah sepolos mungkin. Aku tau itu hanya topeng. Kucubit pinggangnya dengan keras, mengabaikan ringisan kesakitan darinya.

"Wajahku tidak begitu.." sungutku.

Ia tertawa geli dan merangkulku. "Sudahlah, ayo kita jalan-jalan. Kita beli ice cream yang kau suka,"

Biasanya ice cream selalu bisa menghapus rasa sedihku tapi kali ini sepertinya tidak. Aku kembali menoleh ke tempat Aldric menghilang. Huhh kenapa moment indah terasa begitu cepat berjalan.

Josh sepertinya sadar dengan perasaanku. Ia mengusap punggungku. "Nanti pasti kalian akan bertemu lagi," hiburnya. "Sekarang jangan sedih, ayoo Lil aku lapar," ia menarikku pergi.

Kami mampir ke salah satu restoran yag biasa aku, Josh dan Clara datangi. Josh makan dengan lahapnya sedangkan aku makan dengan malas. Sial, sekarang aku seperti gadis 16 tahun yang sedang patah hati.

Josh mengambil ayam dari piringku. "Heyy kenapa ayamku diambil?" tanyaku dengan kesal.

Ia memiringkan kepala. "Kau kan sedang patah hati, jadi tidak nafsu makan kan? aku membantumu.."

Aishh masalah begini saja pintar. "Kembalikan ayamku!!" dan mulailah perdebatan konyol kami. Memperebutkan ayam seolah itu benda paling malah di dunia.

Josh menang dalam perebutan ini. Ia tersenyum bangga dan aku tersungut kesal. Baru akan membentak Josh tapi matanya menatapku geli dan akupun juga begitu hingga akhirnya aku tertawa dengannya. Sulit sekali sedih di dekat Josh.

Saat ini kami sedang menghabiskan ice cream yang baru saja datang. Josh menyenggol bahuku. "Sepertinya ia memperhatikanmu.." ucap Josh. Aku mengikuti pandangannya dan mataku melebar.

"Darren!!! sini.." teriakku padanya. Ehh aku terlalu riang yaa. Mungkin pengaruh ice cream ini.

Pria bermata biru itu menghampiri kami. "Hay Lil.. tadi aku ingin menghampirimu tapi takut ini bukan kau," ucapnya.

"Memangnya wajahku sepasaran apa? sini bergabung dengan kami.." ajakku. Ia tersenyum dan duduk di sampingku. Aku memperkenalkan Josh pada Darren dan kami bertigapun mengobrol dengan seru.

"Aduh.. perutku sakit," keluh Josh.

Aku tersenyum mengejek. "Rasakan, itu karena aku tidak iklas ayamku kau makan," ucapku. Matanya melotot padaku dan aku menjulurkan lidah menantangnya. Ia langsung berlari ke toilet, oke sekarang tawaku pecah.

"Kau sedang ada masalah?" tanya Darren.

Aku segera menghentikan tawaku. "Ehh.. masalah? tidak kok," jawabku santai. Bagaimana ia bisa mengetahuinya. Bukankah sejak tadi aku tertawa riang dengan Josh.

Jarinya menunjuk mataku. "Sinar matamu redup, seperti sedang ada beban."

Keningku berkerut. "Mungkin karena aku kurang tidur," jawabku. Sinar mata redup bukan berarti ada masalah kan, lagi pula aku memang kurang tidur semalam. Darren tersenyum padaku, senyum yang entah apa artinya. Sepertinya ia tidak percaya padaku. Josh kembali dengan tampang masam, ia mengajakku pulang karena perutnya masih terasa sakit. Hey aku tadi hanya bercanda yaa, aku iklas tentang ayam itu. Mungkin ia begini karena terlalu banyak makan. Jadi itu bukan salahku kan.

Kami berpamitan pada Darren, namun sebelum kami melangkah pergi Darren mencegahku. "Boleh aku meminta nomer ponselmu?" tanyanya. Aku tersenyum dan mengangguk.

Setibanya dirumah aku langsung masuk ke kamarku. Merebahkan diri, rasanya lelah meskipun aktivitasku biasa saja. Atap berwarna putih dihadapanku ini terasa memutar kenangan singkat semalam. Mungkin ini tidak ada artinya untuk Aldric tapi ini berarti untukku. Sudahlah pikirkan yang lain saja.

Pikiranku kini teralih pada Darren, kenapa ia bisa mengetahui suasana hatiku. Dan tadi dia bilang sinar mataku redup, apa tanpa aku sadari ia tadi memperhatikan aku. Ehh otakku ini, mungkin saja ia tidak sengaja melihatnya.

"Sayang.."

Aku menoleh pada daddy, ia baru saja masuk ke kamarku. "Hay daddy.."

Ia tersenyum dan menghampiriku. "Sedang sedih?" tanya daddy tepat sasaran. Aku memeluk daddy dan ku curahkan semua perasaan yang aku rasa saat ini. Tangannya mengelus rambutku. "Kau akan tau apa yang sebenarnya kau rasakan pada waktunya nanti sayang, sekarang hapus wajah sedihmu itu,"

Bahkan daddy tidak ingin memberitau kenapa aku merasakan perasaan aneh setiap berdekatan dengan Aldric. Emm tapi daddy benar, aku harus mencaritau sendiri. "Oh iya.. kemarin saat dad akan pulang ke Indonesia Josh bilang uncle Smith menawarkan aku untuk menjadi salah satu artisnya, menurut daddy bagaimana?"

Daddy terdiam cukup lama, pasti ia juga kaget. "Apa itu tidak mengganggu aktivitasmu? bukankah kau ingin mengambil S2 ?"

"Yaa tapi kurasa tidak ada salahnya, sekaligus mencoba dunia baru.." ucapku.

Dad menghela nafasnya. "Jika itu bisa membuatmu senang, daddy setuju saja.. asal kau harus tanggung jawab atas pilihanmu," ucapan yang sudah kutebak. Dad akan mengabulkan setiap permintaanku, kemarin entah kenapa daddy begitu. Pasti karena tekanan dari semua yang ingin aku kembali. Aku mengucapkan terimakasih pada daddy, senangnya, yahh setidaknya aku memiliki kesibukan jadi tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang tidak penting.

Keesokan harinya aku dan Josh pergi menemui Uncle Smith dan perjanjian kontrak dimulai. Aku mulai bekerja sebagai model, penyanyi dan aktris film. Kesibukan ini membuatku senang, aku bisa melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pria bernama Aldric itu.

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa, seperti sebelum kedatangan Aldric. Menikmati hari dengan bermain dengan Clara dan Josh, kuliah S2, sesekali pergi dengan Darren, serta memenuhi jadwal-jadwal pekerjaanku.

--------

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah dua tahun lebih aku menjalani pekerjaan di dunia intertainment, dan dua tahun lebih pula Aldric pergi tanpa kabar. Aku masih sering berhubungan dengan para sahabatku dan keluargaku tapi tidak ada yang membahas Aldric di depanku dan akupun tidak menanyakannya.

Sekarang S2 ku telai usai. Syukurlah, rasanya bebanku berkurang sedikit. Mungkin setelah ini aku akan mundur secara teratur dari dunia yang membesarkan namaku ini. Lagi pula cita-citaku yang sebenarnya memang pengacara bukan aktris ataupun penyanyi. Saat ini aku sedang melakukan pemotretan, rasanya badan ini pegal sekali tapi seperti kata daddy dulu, aku harus bertanggung jawab akan pilihanku.

Huhh, akhirnya selesai juga. Aku duduk dan mengusap peluhku, seseorang menghampiriku untuk memberikan minum. Kuucapkan terimakasih dan ia langsung pamit pergi.

"Hay.. lelah yaa?" tanya seseorang yang tiba-tiba datang dengan serangkai bunga lily putih yang cantik.

Senyumku mengembang seperti senyum lebarnya. "Darren.. lama sekali sih.." ucapku dengan manja.

Siapa yang bisa menebak apa hubungan kami sekarang? berpacaran? tidak, belum sampai tahap itu meski beberapa kali ia meminta aku menjadi kekasihnya. Aku belum bisa melupakan masa lalu, jadi aku tidak ingin menjadikannya pelarian. Tapi, akhir-akhir ini jika ia tidak menelponku rasanya aku kesal sekali.

Yaa sejak dua tahun lalu saat ia meminta nomer ponselku kami menjadi dekat, setiap malam ia menelpon hingga aku tertidur. Aku merasa nyaman di dekatnya, dan rasanya bahagia sekali saat menatap mata biru itu selalu berbinar seolah aku adalah wanita paling istimewa dalam hidupnya. Ia bercerita tentang kekasihnya yang telah meninggal, dan tentang senyumku yang mengingatkannya dengan kekasihnya itu. Yaa itu pula yang menjadi alasanku untuk menolaknya, siapa tau ia suka padaku karena aku mirip almarhumah kekasihnya.

Darren mengecup keningku, membuyarkan semua lamunan tadi. "Maaf tadi di rumah sakit sedang banyak pasien,"

Alisku terangkat. "Pasien perempuan?" tanyaku.

"Yaa begitulah, memang kenapa?"

"Cantik?" tanyaku mengabaikan pertanyaannya.

Ia meyelipkan rambutku kebelakang telinga. Matanya kini menatapku dengan lembut. "Secantik apapun mereka, tidak ada hubungannya denganku. Masih cemburu?"

Pipiku memanas. Ehh apa iya aku cemburu pada Darren. Oke mungkin iya, sedikit. Ia selalu mengutamakan aku, dan aku tidak mau jika nanti diabaikan olehnya. Ohh iya, sebenarnya ada orang yang tidak suka sekali dengan hubunganku dan Darren, dia adalah Sakura saudara kembar Jasmin. Ia menganggap Darren adalah miliknya karena dulu Darren milik Jasmin. Dasar pemikiran yang bodoh. Buktinya Darren lebih memilihku daripada dia.

"Hey.. kenapa diam?"

Aku mengerjap untuk kembali pada dunia nyata. "Hehe tidak, Darren aku lapar.. ayo kita makan,"

Ia menggenggam tanganku. "Ayo.. pakai ini," ia memberikan aku topi dan kaca mata. Yaa aku tidak bisa pergi ke tempat umum tanpa menggunakan aksesoris ini. Bukan apa-apa, aku hanya ingin tenang menikmati waktu bukan di kerubungi orang hingga tidak bisa menikmati makananku.

Kami pergi ke restaurant yang biasa kami datangi. Rasa makanan disini enak dan aku menyukainya. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan semua makanan yang tersaji di meja ini karena aku memang sangat lapar. Perutku rasanya benar-benar kenyang. Setelah makan Darren segera mengantarku pulang.

Rumah nampak sepi, kak Bian memang sudah pindah ke Indonesia. Jadi di rumah ini hanya tinggal aku, daddy dan bi Novi yang sudah semakin tua. Aku langsung masuk ke kamarku. Membersihkan make up di wajahku ini, dan langsung mandi. Rasanya tidak sabar untuk berbaring di kasur.

Mandi membust rasa lelahku berkurang. Aku mengeringkan rambutku dengan handuk. Ku buka laptop untuk video call dengan Alex, aku merindukan keponakan kecilku itu. Yapp Alex telah menikah dengan Ana, dan aku tidak bisa menghadiri pesta itu. Mereka di karuniai anak perempuan yang sangat cantik, ohh rasanya ingin sekali menggendong keponakanku itu.

"Alex..." sapaku dengan riang saat wajahnya terlihat di layar laptopku.

"Hay Lil, wahh kau semakin sibuk saja.. kau tau? beritamu sampai ke Indonesia.." ucapnya.

Aku meringis, sudah pasti karena aku sedang naik daun saat ini. "Hemm memang agak sibuk, heyy bagaimana kabar princess ku? apa dia sudah tidur?"

"Nahh kebetulan sekali, ia sedang minum susu dengan Ana." Alex mendekatkan layar ponselya pada Ana. Hemm ternyata mereka sedang berkumpul di kamar. Melihat itu hatiku menghangat, binar bahagia nampak jelas di mata mereka. Untung aku dan Ana sudak akrab meski aku tak ingat masa SMA dengannya dulu.

"Hay Ana... astaga, aku kangen sekali dengan princess kita ini.. hayy princess.. ohh minum susu yaa.." ucapku pada gadis kecil yang menatap polos itu.

Terdengar tawa menggemaskan dari mulut kecilnya itu. "Mommy.. mommy.." ucapan mulut kecil itu membuatku tertawa.

"Yaa.. sayang, uhh mommy kangen..." Varisha, anak Alex memang memanggilku mommy. Hemm terasa seperti menjadi orang tua. Alex pernah berkunjung ke Jerman dengan Ana saat Varisha masih berumur satu setengah tahun. Rasanya senang sekali bertemu sahabatku kembali setelah bertahun-tahun tidak bertemu.

"Haha nanti kalau Alex libur, kita kesana Lil.. gimana kabar lo?"

"Alhamdulillah baik, benar ya? kutunggu. Rasanya tidak sabar untuk menggendong lagi princess cantik ini,"

"Benar dong mommy Lily.. nanti aku kesana.." ucap Ana menirukan suara Varisha. Aku kembali tertawa, nanti jika aku kembali ke Indonesia, akan kuculik baby ini setiap hari.

Karena kulihat Varisha sudah merengek akhirnya kusudahi obrolan kali ini. Yahh disana pasti sudah malam sekali, tidak enak mengganggu lama-lama. Siapa tau Alex dan Ana ingin membuat adik untuk Varisha. Membayangkan Ana mengurus dua anak tanpa bantuan Alex membuatku cekikikan.

"Kenapa tertawa begitu?" tanya daddy yang baru saja masuk ke kamarku. Melihat rambut daddy yang mulai memutih membuatku sadar, daddy pun sudah menua, ia pasti ingin pulang ke Indonesia dan berkumpul dengan keluarga besar kami.

"Haha tidak dad.. barusan aku melihat princess.. cucu daddy itu semakin cantik saja.." ucapku dengan riang.

Daddy tertawa, ia memang sangat suka saat Alex kemari dengan anaknya. Kata daddy, ia merasa telah memiliki cucu perempuan. "Sudah lama daddy tidak menggendongnya.."

"Daddy.. kalau dad ingin pulang ke Indonesia pulanglah.. pasti daddy ingin bermain dengan Angga kan?" tanyaku. Angga adalah anak kak Bian, seumuran dengan Varisha. "Lil baik-baik saja daddy,"

"Yahh daddy memang merindukannya, tapi bagaimana denganmu sugar?"

Aku menggenggam tangan daddy. "Sudah Lil bilang, Lil baik dad.. nanti setiap hari Lil akan menghubungi daddy.."

"Daddy tau sifatmu, pasti nanti jika kau sedang sakit kau akan bilang baik-baik saja. Sayang.. daddy akan tetap disini, menemanimu, tapi sepertinya dad harus menjenguk Angga,"

"Angga kenapa dad?" tanyaku cemas.

"Sedang sakit.. yahh kata kakakmu ia kangen pada opanya," ucap daddy. Oh aku jadi mesara bersalah.

"Yasudah, kapan daddy pergi? tolong salam pada semua terutama keponakan Lil yang tampan itu yaa dad, bilang bahwa aunty cantiknya kangen sekali.."

"Besok, haha yaa sugar nanti daddy sampaikan,"

"Emm besok Lil ada jadwal syuting, daddy tidak apa berangkat dengan supir?" tanyaku dengan ragu. Sebenarnya tidak enak, tapi jadwalku tidak bisa diubah secara mendadak. Daddy mengangguk, yah pasti ia mengerti. Aku terlihat egois ya, yaa aku akui itu benar.

Mataku berusaha untuk terpejam, mengistirahatkan tubuh agar besok aku terlihat segar. Bagaimanapun besok adalah hari yang melelahkan, aku harus syuting hingga malam, dan malamnya aku harus bernyanyi dalam acara launching produk ternama di Jerman. Ohh dan talk show pula setelah itu, astaga untung jarak antar kedua lokasi lumayan dekat. Huhh semoga besok berjalan dengan lancar.

Lily jadi model :)

*********

Nahh part 17 bagian 2 besok yaa :D

Pagi/ siang ditunggu :* :* :*




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top