Bab 10 - Perasaan Nadia
Hoy hoy readersku sayang.. hehe update cepet nihhh.. bayar yang kemarin-kemarin
Di mulmed ada gaunnya Nadia tu.. disini kalian akan tau karakter asli Nadia, nggak jadi POVnya Aldric karena ini udah panjang hehe, ntar POV ALdric di part selanjutnya aja yoo
Langsung aja deh, happy reading guys, don't forget, give your vomment ;)
*********
Nadia POV
Sejak pagi aku sibuk mencari gaun yang cocok untuk malam nanti. Menyebalkan, semua gaun yang kumiliki tidak kubawa. Masa aku harus pulang ke Bogor hanya untuk mengambil gaun. Yang ada bunda akan menyuruhku menginap.
Huhh sudahlah tampil apa adanya saja. Aku kembali ketempat tidurku yang nyaman lalu menyelinap di balik selimut. Sekarang masih pukul delapan, perutku juga belum lapar jadi lebih baik aku bersantai-santai ria.
Hangat selimut membuat mataku semakin berat hingga akupun tertidur.
"Heyy.... bangun lo!!" teriakan itu hanya kubalas dengan geraman. "Ehh bangun ini udah jam dua belas.. dasar pemalas!!"
Mataku terbuka sempurna. "Udah sesiang itu?" tanyaku kaget. Kruyukkk aww aku meringis, perutku melakukan konser.
Terdengar tawa geli yang pastinya milik Nayla sahabatku, yaa kami tinggal bersama di sini. Kemarin ia pergi menginap di rumah orang tuanya di Bogor sama dengan orang tuaku.
"Nohh gue bawa makanan," ucapnya. Mataku berbinar, sahabatku ini memang pengertian sekali.
Aku segera berlari keluar kamar. Kubuka plastik berlogo restoran yang lumayan terkenal di dekat sini. Aissh pasti dia habis gajian.
"Santai aja kali makannya, nafas..." ledek Nayla. Aku mengabaikan ledekan itu, sudah biasa.
"Huhhh kenyangnyaa... hehe thanks Nay.. lo emang ngerti banget,"
Kami berdua bersantai ria hingga sore hari. Kegiatan kami jika libur yaa seperti ini, nonto tv hingga bosan, terkadang kai pergi untuk belanjan kebutuhan bulanan atau sekedar refres otak karena penat.
"Ehh ntar lo jadi pergi sama bos lo?"
Aku mengangguk. "Paling nanti abis magrib gue berangkat, kenapa?"
"Lo ada gaun? kalau gue jadi lo sih gue bakal nyiapin gaun terbaik, gilaa Orlando gitu, di foto aja cakep banget apalagi aslinya,"
Aku menggelengkan kepala. "Gue nggak punya gaun, biar aja dehh gue pake dress yang biasa,"
Nayla memberika pelototan yang menyeramkan. "Lo tuh yaa!! nggak manfaatin kesempatan banget sih, ayoo pake gaun gue aja!"
Aku tertegun, sejak kapan Nayla memiliki gauh sebanyak ini. Gaun-gaun ini begitu indah, dan aku yakin ini sangat jarang disentuh. "Gila.. bagus yaa punya gaun diumpetin aja.." cibirku.
"Hehe bukan gitu.. lo kan nggak pernah nanya gue punya gaun atau nggak, lagian gue juga nggak pernah pake, jadi yah ni gaun cuma jadi penunggu lemari deh,"
Aku terkikik, yahh benar Nayla memang tidak suka datang ke party apapun. "Yaudah gue pinjem yaa.." aku sibuk memilih gaun yang cocok untuk nanti malam.
"Gue tau yang bagus buat lo!!" seru Nayla. Tangannya menarik satu gaun berwarna putih tanpa motif apapun.
Mulutku terbuka lebar. Gaun ini cantik tapi dengan gaun itu punggungku dapat terekpos, memang sih gaun ini masih dalam kategori sopan tapi tetap saja. "Emm yang lain aja deh, gue nggak nyaman pake gaun yang punggungnya terbuka gitu, berasa nggak pake baju," jawabku jujur.
Nayla menggeleng. "Lo harus pake gaun ini, ini cocok banget sama lo, badan lo kan bagus tuhh pake ini pasti lebih bagus dan abis itu hemm pasti bos lo itu bakal klepek-klepek deh hahaa..."
Kujitak kelapa sahabatku ini. "Jangan mikirin yang enggak-enggak deh, Mr. Orlando itu cuma ngajak gue ke undangan kolega bisnisnya, bukan ngajak dinner jadi nggak usah berlebihan," semburku.
"Cihh tetep aja lo harus tampil secantik mungkin, udah ahh jangan bawel!! sekarang lo mandi biar wangi soalnya dari tadi lo tu bau ketek!!" ucap Nayla.
"Masa sih?" aku mendengus ketiakku. "Enggak tuh.. ketek lo tuh yang bau!!" semburku kemudian langsung berlari ke kamar mandi sebelum Nayla melemparku dengan benda-benda yang ada di dekatnya.
Kali ini aku mandi sedikit lebih lama. Berendam di air hangat agar terasa lebih tenang. Jujur saja aku benar-benar gugup dan senang sampai rasanya aku ingin meloncat tinggi.
Siapa yang tidak senang jika diajak pergi oleh seorang seperti Orlando Arsenio Aldric itu meski hanya untuk menghadiri pesta pernikahan. Huhh entah kenapa rasanya semakin hari aku semakin mencintai pria itu. Segala sikapnya bisa membuatku jatuh cinta.
Aku selalu tersenyum saat menatap wajah tenangannya saat menghadapi klien yang super menyebalkan. Aisshh jika ku sebutkan semua ritual mandi soreku tidak akan berakhir sampai besok.
Seusai mengeringkan rambut aku segera masuk ke kamar Nayla.
"Ehh gue pake gaun lo yang coklat aja deh, bagus juga tuh," aku berusaha membujuk Nayla yang masih kekeh dengan pendiriannya.
"Nggak... nihh cepet pake gue mau liat!!" Nàyla melempar gaun putuh itu padaku. Aku menghela nafas, semoga tidak terlalu seksi saat dipakai.
Aku mengenakan gaun ini, kulihat bayanganku di kaca. Memang aku terlihat cantik dengan ini, bukan sombong, aku bicara apa adanya.
Aku kembali ke kamar Nayla untuk menunjukkan hasilnya. Mata Nayla mengerjap. "Nahh kann apa gue bilang, lo cantik banget.. wahh tuan Orlando itu pasti suka,"
Aku hanya tersenyum, mana mungkin dia melirikku sedangkan wanita yang dicintainya saja sangat cantik. Yahh aku bertemu gadis itu di Jerman, tanpa bertanyapun aku tau, gadis yang tidak sengaja menumpahkan minuman di jas Mr. Orlando adalah Lili yang sangat di cintai bos ku itu. Tapi entahlah aku sedikit bingung, kenapa Lili tidak mengenali Mr. Orlando dan Mr. juga pura-pura tidak mengenalinya.
Sampai sekarang aku masih sering memikirkan itu, bukankah ini sangat aneh. Yang ku dengar mereka berpisah karena gadis itu ingin pergi ke Jerman, tidak mungkin kan gadis itu terkena amnesia, seperti film saja. Aishh sudahlah pikiranku mulai melantur.
Pukul setengah tujuh aku telah siap. Aku memake up wajahku sendiri, yaa aku memang sedikit ahli dalam mencampurkan warna sehingga make up ku selama ini terlihat indah dan tidak berlebihan sama sekali.
"Woyy gue berangkat yaa.." pamitku pada Nayla.
"Lohh bos lo nggak jemput?"
Aku menggelengkan kepala. "Kita janjian di depan kantor," yahh aku yang memintanya, menurutku jika bos ku harus menjemput ke apartemenku rasanya tidak sopan dan merepotkan. Aku benci merepotkan orang lain.
"Yahh padahal gue pengen liat langsung," ucap Nayla. Aku terkekeh yaa anak ini memang masuk ke jajaran fans Mr. Orlando, meskipun Mr bukanlah artis namun ia memiliki fans di luar sana.
"Ngarep aja lo sana.." ledekku sembari berlalu melewatinya. Aku berjalan keluar apartemenku untuk mencegat taxi. Untunglah apartemenku ini ada di daerah yang sering dilewati taxi.
Setelah mengucapkan alamat yang kutuju taxi itu meluncur dengan kecepatan sedang. Semoga aku tidak membuatnya menunggu.
Tidak sampai dua puluh menit aku telah sampai di depan kantor. Kulihat mobil Mr. Orlando telah terparkir manis di pinggir jalan, huhh selalu saja dia yang sampai lebih dulu, membuatku tidak enak saja.
Baru akan membayar uang taxi Mr sudah mengetuk kaca. Aku membuka pintu taxi itu. "Ada apa?" tanyaku.
Kulihat ia tertegun sejenak namun segera memberiku senyum. "Biar saya yang membayar taxinya, saya yang mengajakmu pergi," aku berohh ria dan mengangguk. Tidak ada gunanya menolak, pasti aku akan kalah. Aku mengucapkan terimakasih padanya dan ia hanya mengangguk.
Malam ini ia mengenakan tuxedo berwarna hitam yang tampak sangat serasi dengan gaun putihku. Sial, ia nampak sangat tampan. Ehh ia memang selalu tampan. Tangannya terulur membukakan pintu untukku, aku tersenyum dan segera masuk ke mobilnya. Aishh wajahku pasti memerah, bisakah aku teriak sekarang? huhh oke tenang Nadia.
Selama perjalanan kami hanya diam. Yahh baguslah, aku memang harus menghilangkan kegugupanku ini. Beberapa menit kemudian kami sampai di gedung acara.
Woww benar-benar pesta orang kaya, yang kutau Mr. Bian adalah calon direktur Pradipta Corp perusahaan besar yang sejak dulu belum tergoyahkan.
Aku berjalan disamping Mr. Orlando. Kepalaku menoleh kesamping dan pandanganku tidak sengaja jatuh pada seorang yang menggunakan gaun coklat. "Emm Mr. Orlando.. bukankah itu Miss Ara?" tanyaku pelan.
Ia menoleh padaku dengan pandangan bertanya namun aku hanya mengedikkan kepalaku kearah gadis yang sedang menunduk itu.
"Loh Ara? kamu kenapa nggak masuk?" tanya Mr dengan suara lembut, huhh aku iri pada gadis ini, ia selalu diperlakukan spesial oleh Mr.
Kepalanya mendongak dan aku melebarkan mata. Astaga jika aku tidak punya hati nurani pasti aku sudah tertawa sekarang, tampang gadis ini sangat kacau, dengan make up tebal yang terlihat norak jika tega bilang begitu.
"Aku tadi nekat make up sendiri hasilnya malah gini, hiks dari tadi orang ngeliat aku kaya aku itu alien, aku jelek banget ya Al?"
"Ehh emm nggak jelek ko, cumaa emm," kini mata Mr. Orlando menatapku, sepertinya ia bingung ingin menjawab apa.
Aku tersenyum maklum, kutepuk bahu Miss Ara dengan lembut. "Hanya sedikit tebal, Miss ingin saya bantu? kebetulan saya membawa perlengkapan make up sederhana," aku mencoba menawarinya bantuan.
Aku tidak buta, aku sangat sadar seluruh sahabat perempuan Mr. Orlando selalu menatapku sinis seolah aku adalah musuh mereka meski aku tidak tau apa salahku. Tapi untukku, menolong orang itu tidak perlu pilih-pilih, meski ia jelas membenciku aku harus tetap bersikap baik, bukan sok alim, aku haya ingin menerapkan apa yang diajarkan bunda padaku.
Matanya menatapku sinis. "Nggak usah sok baik deh," ketusnya. Aku menghela nafas dan tersenyum maklum.
"Ara jangan gitu, Nadia udah berniat baik, daripada kamu tampil begini lebih baik kamu terima bantuannya kan?"
"Miss tidak perlu kawatir, saya tidak berniat jahat sama sekali," ujarku untuk meyakinkannya. Sungguh aku tidak tega melihat ia menjadi bahan tertawaan orang yang lewat disekitar kami. Ku ulurkan tanganku padanya. "Ayo Miss kita ke toilet,"
Dengan ragu tangannya menerima uluran tanganku. Mr. Orlando berusaha menutupi kami dari pandangan orang-orang. "Saya tunggu diluar," ucapnya padaku. Aku mengangguk dan mengajak Miss Ara masuk.
"Nahh sekarang bersihkan dulu wajah Miss, saya akan menyiapkan make upnya," aku mengeluarkan beberapa alat make up yang memang selalu ada di tasku. Entah menurutku lebih baik bersiap-siap.
Saat sibuk mengoleskan bedak Miss Ara bergumam. "Ko kamu masih bantu aku si? padahal aku udah bersikap sinis selama ini."
"Benarkah?" tanyaku pura-pura kaget. "Saya tidak sadar kalau Miss telah bersikap sinis, memangnya apa yang membuat Miss sinis pada saya?" tanyaku pura-pura bingung padahal aku antusias sekali mencari tau penyebabnya.
"Soalnya aku melepas Al itu untuk Lili, bukan untuk perempuan lain, pengorbanan aku untuk mereka berdua itu nggak bisa dibilang ringan tau, lagian aku juga nggak tega kalau story mereka harus berakhir begini, setelah apa yang mereka berdua alami, Nggak, aku akan merasa bersalah seumur hidup kalau mereka nggak bersatu," jelasnya panjang lebar.
Keningku berkerut bingung. "Lalu apa yang membuat Miss membenci saya?"
"Kamu suka kan sama Al? nggak usah bohong yaa, aku tau," ketusnya.
Aku tersenyum geli. "Yahh kalau itu sih benar, tapi sepertinya itu kurang logis untuk menjadikan alasan Miss membenci saya, lagi pula saya tidak ada apa-apanya dibanding gadis bernama Lili itu, jadi menurut saya, jika seorang seperti saya menyukai Mr. Orlando, itu bukanlah masalah besar untuk hubungan mereka berdua," jawabku.
Miss Ara membuka matanya, tampak cairan bening yang hendak turun namun ia menepisnya. "Kalaupun ada yang bisa menyaingi atau bahkan menggantikan Lili diposisi hati Al, peluang terbesar itu ada di tangan kamu Nadia," tegasnya membuatku terpaku. Aku ingin bertanya namun suaraku seperti tertahan di tenggorokan. "Tolong banget.. jangan membuat mereka pisah, setidaknya izinkan mereka memperjuangkan apa yang belum sempat diperjuangkan dulu, kalau mereka nggak berhasil juga kamu bebas,"
Aku menghela nafas. "Saya tidak sejahat itu Miss.. memiliki pemikiran begitu saja tidak, mungkin Miss dan teman-teman Miss yang terlalu berpikir negativ, dan Miss tenang saja, yang namanya jodoh itu tidak akan tertukar, jika Mr. Orlando dan Lili berjodoh meski ada saya atau ribuan Nadia lainnya mereka pasti akan tetap bersatu," jawabku.
Entah aku bingung mengapa mereka berpikir sejauh itu. Aku kan baru tahap jatuh cinta pada pria itu tapi kenapa mereka berpikir aku adalah tokoh jahat bermuka dua yang akan merebut pria yang telah memiliki kekasih. "Nahh sudah selesai," ayoo Miss kita keluar.
Kulihat Mr. Orlando sedang bicara dengan para sahabatnya. Saat kedatanganku mereka semua terpaku, aku memberikan senyum ramah dan mengangguk hormat kemudian berjalan kesamping bosku itu.
"Kok lo ngajak dia si Al?" tanya seorang yang ku panggil Miss Ana.
Aku tersenyum kecut, sepertinya kehadiranku ditolak banyak orang. Seperti sadar suasana menjadi canggung Mr. Orlando menggenggam tanganku dan mengusapnya perlahan seolah memberikan ketenangan. Mataku melebar terpana melihat tingkahnya, ohh bisa-bisa sepulah dari pesta ini aku akan dimutilasi oleh para sahabatnya.
"Gue yang ngajak dia, udah yaa gue mau salaman sama pengantin dulu," ucapnya yang disertai menarik tanganku agar ikut dengannya. "Maafkan sikap teman-teman saya," bisiknya. Aku tertegun, bisa kurasakan nada bicaranya yang sarat akan rasa bersalah. Aku mendongak dan memberikan senyum untuk membuatnya tau aku baik-baik saja.
Kami bersalaman dengan pasangan pengantin ini. Woww pasangan ini seperti menjelma menjadi raja dan ratu sangat terlihat serasi. "Loh bukankah ini Nadia? sekretarismu?" tanya Mr. Bian.
Aku tersenyum dan menyalaminya. "Selamat Mr. Bian saya ikut bahagia, semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah," doaku tulus.
Mr. Bian tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih atas doanya," aku mengangguk dan beralih pada pengantin wanita yang kukenal sebagai sekretaris Mr. Fabian. Setelah bersalaman ria aku dan bos tampanku ini berjalan menjauhi mempelai.
"Saya akan mengambilkan minum untukmu," ucap Mr. Orlando aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Setelah ia pergi aku bingung harus melakukan apa, belum lagi beberapa lelaki menatapku dengan tatapan yang membuatku sangat risih, huhh ini pasti karena gaun ini. Kuusap punggunggku berusaha menghilangkan kerisihan ini. Tanpa sadar aku menggigit bibirku, rasanya aku ingin lenyap dari ruangan ini.
"Hay.. sendirian aja?" tanya seseorang.
Aku mengerjap, baru akan menjawab seseorang merangkul bahuku. Aku ingin menjerit namun batal karena tangan ini milik bosku. Aku tidak bisa menahan untuk menghembuskan nafas lega. Entah didekatnya aku merasa aman meski menggunakan pakaian apapun. "Dia tidak sendiri," jawabnya dingin.
"Waww.. udah ada satpamnya toh.. oke-oke," pria itu pergi meninggalkan kami. Mr. Orlando melepaskan jasnya lalu memakaikannya untukku.
Aku menatapnya dengan tatapan bertanya. "Jika tidak nyaman jangan digunakan," ucapan singkatnya itu membuatku langsung paham.
Aku menundukkan kepala. "Maaf," ucapku lirih. Ehh kenapa aku mengucapkan maaf? ahh mungkin karena aku gugup.
"Maaf untuk apa? sudahlah, ayo.." tangannya merangkul bahuku membawaku ke tempat yang kebanyakan digunakan untuk para gadis mengobrol ria. Huhh ini lebih baik dari tempat tadi. "Saya ada urusan sebentar, kau tidak apakan ditinggal?" ia bertanya dengan hati-hati.
Karena merasa suasana disini aman aku mengangguk. "Yahh tidak apa, saya baik-baik saja, terimakasih untuk jasnya," jawabku pelan. Ia mengangguk dan berjalan meninggalkanku. Huhh akhirnya aku bisa mengambil nafas. Ku genggam jas ini, apa mungkin aku memiliki kesempatan besar untuk mengambil hati pria ini. Aku hanya gadis biasa, bahkan aku sendiri tidak yakin aku setara dengan Lili. Tidak, aku bukan tandingannya, tapi aku mencintainya. Kata-kata Miss Ara seolah kembali berputar di otakku. Aku tersenyum menggelengkan kepala. Aku bukan gadis yang sejahat itu.
Kepalaku menoleh pada beberapa sajian makanan. Hemm banyak makanan asing yang belum pernah kulihat, sudahlah daripada memikirkan yang tidak penting lebih baik aku makan. Dengan jas bosku yang sekarang menutupi punggungku yang terbuka aku jadi merasa bebas dan kepercayaan diriku hadir kembali. Aku berjalan sembari sedikit mengangkat dagu, menimbulkan kesan anggun.
Aku mencicipi beberapa makanan, belum puas mencicipi semua makanan di sini Mr. Orlando menarik tanganku. "Saya antar kamu pulang," aku menatap makanan-makanan itu, huhh sayang sekali mungkin aku terkesan rakus dan norak tapi makanan itu benar-benar enak, siapa yang akan melewatkannya? bahkan orang dietpun akan gagal.
Melihat wajah suram bosku, segala macam pikiran tentang makanan itu buyar. Hemm sepertinya ia sedang ada masalah, aku tidak ingin bertanya karena yahh aku takut tentu saja, siapa tau niat baikku malah diartikan lain dan dia justru akan mendampratku. Cari aman saja, itu keputusan yang tepat.
Sesampainya di depan apartemenku aku segera turun dari mobilnya setelah mengucapkan terimakasih. Aku menatap kepergian mobilnya, kuhela nafasku. Ehh astaga, aku lupa, jasnya masih kugunakan. Kugenggam jas itu, besok aku akan mengembalikannya.
"Assalamualaikum," ucapku setelah membuka pintu. Nayla sibuk menonton tv dengan cemilannya. Kurang ajar, dia mengabaikanku. Aku segera masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Hahh menggunakan piama tidur ini lebih nyaman daripada gaun sempit itu.
Aku bergabung dengan Nayla. Kutatap layar itu dengan fokus bukan pada film. Pikiranku melayang pada kata-kata Miss Ara kembali. Memangnya tampangku selicik itu ya. "Hemm Nay.. memangnya tamang gue ini ada tampang suka merebut pacar orang yaa?" tanyaku.
Nayla menoleh padaku bingung. "Nggak.."
"Kalau tampang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan?"
Kening Nayla semakin berkerut. "Nggak juga.. lo kenapa si?"
Aku menghela nafas. "Kalau nanti gue jadi perebut pacar orang meskipun gue nggak sengaja, lo tetep mau jadi sahabat gue?" tanyaku lagi. Aku juga bingung kenapa aku harus bertanya sesuatu yang seaneh ini.
Nayla tersenyum geli. "Gue kenal lo lama say.. lo bukan orang yang begitu, lo nggak suka merusak hubungan orang lain, dan kalaupun itu terjadi gue yakin pasti ada alasan besar di balik itu semua jadi gue akan tetep jadi sohib tercantik lo, puas nanya-nanya nggak jelasnya? gue lagi nonton film favorit gue ni.." aku tersenyum dan memeluknya.
"Hehe lo emang sohib terbaik," gumamku. Aku tidak tau kedepannya seperti apa. Yang ku tau saat ini aku benar-benar jatuh pada pesona seorang Orlando Arsenio Aldric.
*******
Ada yang ingin next partnya cepet??? ayoo cungkan tangannnn hehe, aku bikin cepet ko next partnya, ditunggu yaa...
NO PHP, PROMISE :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top