Pengakuan Reiga

"Bagaimana kabarmu setelah menjadi istri Ryu, Alisha?" Reiga membuka percakapan ketika ia sudah menjalankan mobil seraya melirik wanita di belakangnya lewat kaca sepion di depannya.

"Baik," ucap Alisha. "Bagaimana denganmu?"

Reiga tersenyum kemudian menjawab, "Hidupku hambar tanpamu."

Alisha berdecak malas seraya mengalihkan pandangannya ke samping. Menurut Alisha, semua yang dikatakan Reiga hanya bualan saja. Tidak ada yang bisa dipercaya, bahkan Alisha tidak ingin memercayai itu sama sekali. Hidupnya sudah bahagia sekarang bersama Ryu, suaminya. Mengapa tiba-tiba pria menjijikan itu datang kembali ke kehidupannya.

Alisha menyadari, Reiga memperlambat laju mobilnya. Dan lagi, nomor Ryu masih tidak bisa dihubungi sampai sekarang.

"Kamu ingin makan apa?" tanya Reiga.

"Pulang!" ujar Alisha. Siapa juga yang ingin makan bareng pria itu.

Reiga tak berhenti di situ saja. "Aku akan ke kafetaria, kamu mau pesan apa?"

"Tidak."

Mendengar nada Alisha yang jengkel membuat Reiga semakin bersemangat, pria itu kembali memperlambat laju mobilnya.

"Kamu masih mencintaiku, kan?" ucap Reiga masih dengan pandangan yang fokus ke depan. "Jujurlah, kamu hanya kasihan dengan Ryu saja."

Di dalam hati yang paling dalam, sebenarnya Reigalah yang masih mencintai Alisha. Pria itu gengsi untuk mengatakannya, jadi ia sengaja membalikkan fakta dengan bertanya seperti itu kepada Alisha. Siapa tahu Alisha juga masih memiliki rasa kepadanya, walaupun hanya sepercik api.

"Alisha, tinggalkan Ryu dan hiduplah bersamaku seperti janji kita dulu."

"Aku ingin berhenti di sini," ucap Alisha.

Percuma saja, Reiga sudah susah payah membujuk Alisha agar bisa ikut bersamanya. Mana mungkin pria itu dengan mudah meloloskan Alisha begitu saja.

"Berhenti atau aku teriak!"

Sebenarnya Alisha berniat untuk mencekik atau melukai Reiga agar mau menurunkannya. Namun ia juga berpikir itu akan mencelakainya juga.

Reiga tertawa melihat tingkah konyol Alisha. Ayolah, sekarang mereka berada di mobil yang tertutup. Mau sekencang apa pun Alisha teriak tetap saja, tidak ada yang akan datang. Lagi pula, sekarang mobil itu sedang di jalanan juga.

"Percuma," ujar Reiga. "Apa yang kamu takutkan? Duduk diam saja bisa, kan?"

"Tidak. Aku ingin pulang sendiri, turunkan aku di sini," ucap Alisha.

Reiga melihat jalanan di sekitar, hanya ada jalanan sepi dengan pohon-pohon rindang karena letak mansion Ryu yang jauh dari perkotaan. Apakah menurunkan Alisha di tengah jalan adalah hal yang bagus?

Mungkin Alisha akan menyesal meminta turun jika tahu jalanan di sini sepi, kecuali jika wanita itu memang berani.

Beberapa menit kemudian Reiga benar-benar menghentikan mobilnya. Menurunkan Alisha.

"Terima kasih," ucap Alisha.

"Tidak akan ada kendaraan umum di sini. Pikirkan mertuamu akan khawatir jika kamu tidak ikut pulang denganku," ujar Reiga seraya menyembulkan kepalanya ke luar jendela mobil.

"Bilang saja jika Alisha masih ingin menunggu Ryu," sahut Alisha enteng.

Reiga berdecak. Kesabarannya sekarang hampir habis. Apa wanita itu harus dikasari terlebih dahulu baru bisa nurut kepadanya.

"Oh, baiklah. Terserah kamu, jika ada apa-apa aku tidak ada kaitannya."

Mobil sedan silfer itu mulai menjauh dari Alisha. Wanita itu kemudian menyapukan pandangannya ke sekitar. Bodoh, benar apa yang dikatakan Reiga. Ia telah salah memilih tempat untuk berhenti, tidak ada siapa pun di sini. Bahkan tempat ini susah untuk mendapatkan sinyal.

Namun, Alisha masih kokoh dengan keputusannya. Akan berbahaya jika ia terus bersama Reiga. Ia juga sudah begitu muak dengan perkataan pria itu.

"Alisha, kamu bisa."

Wanita itu terus bergumam di dalam hati, berdoa semoga ada orang baik yang lewat di sana seperti dulu kala. Jika terus berdiam, tidak ada kemajuan sama sekali. Alisha kemudian mulai melangkahkan kakinya.

Baru beberapa meter, Alisha sudah hampir kehabisan tenaga. Semalaman ia harus melayani Ryu, dan sekarang sepertinya tidak sanggup lagi untuk berjalan.

Alisha menepuk-nepuk jidatnya menyadari kebodohannya. Mengapa ia tidak pergi saja dengan Reiga tadi. Lagi pula pria itu tidak macam-macam dengannya, hanya bualan yang menjijikan itu. Mungkin ia bisa menahannya beberapa waktu agar tidak muntah.

Kemudian Alisha melihat mobil yang dikendarai Reiga tadi sudah berada dekat dengannya tengah mundur ke arahnya. Sekarang hanya pilihan Alisha saja ingin mempertahankan egonya, atau perasaannya yang menginginkan pulang.

"Masuklah, bodoh!" ujar Reiga seraya membuka pintu di sampingnya.

Alisha menolak untuk duduk di samping Reiga. Kemudian memilih untuk membuka pintu belakang. Namun, sudah terlambat, Reiga sudah dulu mengunci pintu itu.

"Mau ikut duduk di depan, atau tidak sama sekali?" tanya Reiga sengaja memancing agar Alisha mau duduk de sebelahnya.

Mau bagaimana lagi, itu adalah pilihan satu-satunya Alisha. "Iya," ujarnya seraya masuk ke dalam mobil.

°°°

Di dalam perjalanan, Alisha tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Walaupun sedari tadi Reiga bertanya kepada wanita itu.

"Apa kamu akan tetap diam?"

Alisha merasa, perjalanan pulang ke mansion begitu lama sekarang, itu karena Reiga terlalu lambat mengendarai mobilnya. Menyebalkan.

"Aku ingin cepat sampai di rumah. Kamu bisa lebih cepat?" tanya Alisha.

"Bisa, tapi aku ngga mau," sahut Reiga.

Alisha menahan amarahnya, ia menoleh menghadap Reiga. "Sebenaranya apa yang kamu inginkan dari pernikahanku? Apa kamu ingin balas dendam?"

Reiga menggeleng cepat. "Tidak, aku hanya ingin mendapatkanmu kembali," ujarnya.

"Itu sudah terlambat, aku tidak mencintaimu lagi. Kumohon, pergilah dari kehidupanku. Jangan ganggu rumah tanggaku lagi," pinta Alisha seraya menyatukan kedua tangannya.

"Aku ingin mendapatkan hatimu kembali apa pun caranya," titah Reiga.

Alisha mengusap wajahnya kasar. Harus bagaimana lagi memberi tahu pria fi sampingnya itu agar mau menuruti perkataannya.

"Percuma, aku tidak ada perasaan apa pun kepadamu sekarang, htiku seutuhnya milik Ryu," ujar Alisha.

Reiga menghentikan mobilnya secara tiba-tiba, mencengkram setir mobil seraya menatap tajam ke arah Alisha.

"Reiga, kumohon mengertilah keadaannya," ucap Alisha.

Mendengar ucapan Alisha membuat sakit hati Reiga. Pria itu menyadari sekarang jika ia dulu telah keliru meninggalkan wanita seperti Alisha. Ia hanya membenci Ryu karena telah merebut Alisha darinya.

Reiga menarik tangan Alisha dengan keras, kemudian menarik dagu Alisha dan menciumnya. Tak peduli walaupun wanita itu sudah menangis memohon untuk berhenti.

Alisha tidak ingin kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi, sekarang ia harus berusaha sebisa mungkin agar terlepas dari Reiga. Apa pun caranya.

Drrt ... Drrrt ... Drrrt ..

Suara ponsel yang bergetar mengalihkan perhatian Reiga, dan itu menjadi kesempatan Alisha untuk melepaskan diri. Wanita itu kemudian mengambil botol air mineral di sampingnya dan menyiramkannya kepada wajah Reiga karena itu pembalasan yang bisa ia lakukan.

Alisha mengangkat telfon dari Ryu. Menghela napasnya panjang agar tidak terlihat gugup. Ia tidak ingin Ryu khawatir.

"Kenapa kamu tidak bisa di hubungi?" tanya Alisha.

"Maafkan aku, aku baru saja selesai meeting. Apa kamu sudah sampai rumah?"

Alisha tidak langsung menjawab itu. Ia menoleh ke sampingnya dan melihat Reiga yang tengah mengarahkan pisau kecil ke pergelangan tangan pria itu.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Alisha dengan nada selirih mungkin agar orang yang di sebetang sana tidak mendengarnya.

"Jawab iya," tukas Reiga.

Tidak ada waktu lagi bagi Alisha untuk berpikir. Mau bagaimana pun, ia masih memiliki hati manusiawi, siapa pun yang berada di posisi Alisha pasti akan bingung juga memilih.

"Iya, aku hampir sampai," jawab Alisha.

"Pak Kim yang menjemputmu, kan?"

Alisha ingin sekali mengatakan jika Reiga berada di sampingnya, dan itu membuatnya takut karena pria itu begitu nekat. Namun, Alisha di kalahkan oleh keadaan lagi. Ia tidak bisa mengatakan itu karena akan mencelakai Reiga.

"Iya, aku tutup dulu ya ini hampir sampai. I love you."

Setelah itu Alisha langsung menutup telfonnya tanpa mendengar jawaban dari Ryu.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Aku masih mencintaimu, Alisha."

To be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top