Mimpi Buruk

Satu minggu sudah berlalu semenjak Reiga ikut pulang dan tinggal di mansion Ryu.

Mau bagaimana lagi, Ryu akhirnya terpaksa menyetujui permintaan ayahnya karena ia tidak bisa mengatakan jika Reiga adalah mantan tunangan Alisha. Hal itu pun sudah di setujui Alisha juga.

Semenjak kedatangan Reiga di mansionnya, Ryu menjadi begitu posesif terhadap Alisha. Sering kali Ryu pulang lebih awal dari kantornya, bahkan terkadang Ryu sengaja tidak pergi ke kantor, dan mengerjakan pekerjaannya di rumah.

Jujur saja, Ryu merasa khawatir Alisha akan goyah dan kembali ke masa lalunya. Walaupun dalam hati yang terdalam, Ryu percaya, dan yakin dengan perasaan Alisha kepadanya.

Matahari pagi menampakkan diri dan sinarnya masuk ke dalam kamar lewat celah gorden yang sedikit terbuka hingga mengenai dua pasang suami istri yang masih terlelap.

Ryu mengerang pelan, dengan mata yang masih terpejam. Pria itu menoleh ke sampingnya, kemudian meenutupi wajah istrinya yang terpancar cahaya pagi dengan telapak tangan kanannya.

Melihat Alisha yang tengah bergerak gelisah. Segera, Ryu mengubah posisinya menjadi duduk, kedua alisnya saling tertaut menunjukkan kekhawatirannya.

Ryu mendengar Alisha meracau dengan napas memburu, kemudian Ryu menepuk pelan pipi Alisha. Baru pertama kali ia melihat Alisha seperti ini selama mereka menikah.

"Alisha."

Ryu terus menepuk-nepuk pipi Alisha pelan, seraya memanggil nama wanita itu.

"Alisha, bangunlah," ujar Ryu sekali lagi.

Alisha akhirnya mulai membuka matanya perlahan, dengan napas yang masih memburu. Wanita itu kemudian mendongak, menatap wajah suaminya yang terlihat khawatir.

Alisha berusaha untuk bangkit, dan duduk. Namun, karena keadaannya masih sedikit lemas, ia kembali terbaring.

Melihat sang istri kesusahan dalam usahanya, Ryu ikut serta membantu Alisha untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.

"Kamu baik-baik saja?"

Alisha mengangguk, dan menyeka keringat yang membasahi keningnya.

"Mimpi buruk?" tanya Ryu sekali lagi seraya menggenggam erat tangan Alisha.

Alisha memilih untuk diam, tak ingin menjaqab pertanyaan suaminya. Ia tidak berani, dan tidak tega jika melihat Ryu khawatir tentang mimpi buruk Alisha baru saja.

"Ada apa? Katakan saja!" Ryu kembali bertanya, kini ia mengulurkan segelas air putih yang baru saja ia ambil dari atas nakas di belakangnya.

"Apa ini tentang Reiga?"

Alisha terkejut, dan merasa sebaik apa pun ia menyembunyikan sesuatu pada suaminya. Hal itu pasti akan terungkap.

Beberapa detik kemudian, Alisha mengangguk membenarkan pertanyaan Ryu.

"Argh ...." teriak Ryu frustrasi. "Kenapa pria itu datang kembali ke kehidupan kita."

Alisha kembali terkejut, kemudian menekuk kedua lututnya dan melingkarkan kedua tangannya di sana. Menenggelamkan wajahnya pada ujung lutut untuk menyembunyikan eskpresi takutnya.

"Sst ... Tidak apa-apa, kita bisa menjalani ini semua."

Alisha kemudian memeluk erat tubuh Ryu. Di sana, di dada Ryu adalah tempat ternyaman Alisha untuk bersandar.

"Jika kamu mau, kamu bisa ceritakan perihal mimpimu barusan. Tapi jika itu membuatmu sakit lagi, lupakan saja dan jangan pernah mengingatnya lagi," tukas Ryu seraya mengelus lembut surai hitam Alisha yang sedikit panjang.

Ryu menggendong tubuh Alisha dari samping, kemudian ia dudukkan di atas pahanya yang hanya menggunakan boxer. Memeluk erat pinggang Alisha, tanpa ingin melepaskannya. Mungkin ini adalah salah satu cara Ryu agar Alisha melupakan hal itu sejenak.

Benar saja, Alisha kemudian melingkarkan tangannya pada leher Ryu. Membuat wajah Ryu kini berada tepat pada tengkuknya. Di sanalah tempat ternyaman Ryu. Menghirup aroma grean tea khas tubuh Alisha.

Tok ... Tok ... Tok

Suara pintu yang tengah diketuk oleh seseorang membuat Ryu dan Alisha saling menatap, selama ini tidak ada seorang pun berani mengetuk pintu kamarnya. Karena Ryu tidak suka jika ada yang mengganggu waktunya.

"Bi Mirang?" ucap Alisha lirih.

Ryu mengangkat bahunya, sebagai respons atas ketidak tahuannya.

Alisha bergerak di atas pangkuan Ryu, mungkin itu hal yang penting. Ia akan membukanya. Namun, Ryu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Alisha. Enggan melepaskannya.

"Biarkan saja."

Mendengar ucapan Ryu yang begitu enteng membuat Alisha semakin berusaha turun dari pangkuan Ryu. "Mungkin itu hal yang penting," ujar Alisha meyakinkan Ryu.

"Tidak ada yang berani mengetuk pintu kamarku, tenang saja setelah ini aku akan memecatnya," tukas Ryu seraya kembali menghirup aroma leher Alisha.

Alisha menghentikan niatnya untuk membukakan pintu, ia tidak ingin Ryu semena-mena lagi memecat para pekerja di mansion itu. Alisha tahu, betapa susahnya mencari pekerjaan di luaran sana.

"Aku tidak jadi membuka pintu, asal kamu tidak memecatnya, ya!" ucap Alisha.

Ryu terkekeh, kelemahan Alisha adalah ketika Ryu kembali seperti dulu lagi yang tidak mengasihani para pelayannya. Semenjak Alisha mulai menjadi istri Ryu, pria itu sedikit berubah. Mungkinkah Alisha yang merubah sikapnya. Alisha selalu membantah jika Ryu akan memecat salah satu pekerjanya yang tidak sengaja lalai dalam melakukan tugas.

"Lebih baik kita membersihkan diri, dan sarapan. Jangan lupa sekarang ada orang tuamu di mansion ini," ujar Alisha.

"Hmm ... Baiklah," Ryu kemudian melepaskan pelukannya, dan membiarkan sang istri turun dari pangkuannya. "Aku akan tidur lima menit lagi, setelah kamu ke luar dari kamar mandi, bangunkan aku."

"Iya ...." sahut Alisha yang sudah tenggelam di balik pintu kamar mandi.

°°°

Suasana di ruang makan begitu hening. Tidak ada satu pun manusia yang berbicara, mereka sibuk dengan makanan masing-masing.

Sedangkan, Ryu. Masih menatap intens Reiga yang kebetulan juga ikut sarapan bersamanya di sana. Entahlah, melihat wajah pria itu saja sudah membuatnya kehilangan mood makan.

"Makanlah," ujar Alisha yang menyadari Ryu bahkan tidak menyentuh makanan itu.

"Ayah, kenapa pria ini ikut makan dengan kita di meja yang sama?" tanya Ryu langsung membuat semua orang menghentikan aktifitas makan mereka, dan menatap Ryu.

"Kenapa kau begitu sensutif dengan Reiga?" tanya Ayah Ryu. "Apa kau takut Reiga akan merebut semuanya darimu?"

Ryu membanting sendoknya, begitu marah mendengar pertanyaan dari ayahnya itu. Apa maksud dari semua yang dimilikinya? Apa Alisha termasuk?

"Sebenarnya ada masalah apa antara kamu dengan Reiga, Sayang?" kini Ibu Ryu mulai membuka mulut.

"Tidak ada apa-apa, Tuan. Mungkin Tuan Ryu memang tidak suka dengan saya," ucap Reiga. Kemudian bengkit dari duduknya. "Baiklah, mulai sekarang saya akan makan di dapur saja."

"Duduklah," titah Tuan Daesung.  "Aku tidak mengizinkan kau meninggalkan tempat makan ini, sebelum kau menghabiskan makananmu."

Kemudian Reiga kembali duduk ke posisinya, dan tersenyum penuh kemenangan kepada Ryu yang duduk tepat di depannya.

Alisha yang melihat senyuman aneh Reiga semakin merinding. Ia mengepalkan kedua tangannya pada sendok yang ia genggam, membuat jarinya memutih.

"Makanlah dahulu, kamu harus pergi bekerja nanti," ujar Alisha seraya mengusap-usap pelan tangan Ryu dan tersenyum begitu manis. Mungkin ia sengaja melakukan itu untuk membalas perlakuan Reiga barusan. Ia tahu, dulu cara ia tersenyum sangat disukai Reiga.

Melihat ekspresi tidak suka Reiga membuat Ryu senang, penuh kemenangan. Kemudian, pria itu membalas dengan mengusap rambut Alisha.

Daehwa ikut tersenyum melihat kakaknya yang sengaja memamerkan kemesraan di depan mantan tunangan istrinya.

To be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top