Kelicikan Reiga

Alisha baru saja selesai dengan pekerjaannya. Dihempaskan badannya ke sofa cokelat yang ada di ruang tv. Ia melirik jam yang ada di tangannya, menunjukkan pukul sepuluh siang. Wanita itu memikirkan Ryu tengah melakukan apa sekarang di kantornya.

Tidak ada seseorang pun di sana, semua orabg tebgah bekerja. Ayah dan ibu Ryu, Alisha tidak tahu keberadaan mereka, sepertinya tadi ada satu pelayan yang mengatakan mereka sedang bertemu dengan teman lama mereka. Dan di sini, hanya beberapa penjaga dan para pelayan yang berlalu lalang melakukan pekerjaan masing-masing.

Dipejamkan kedua matanya, dan bersantai dengan menghela napas panjang. Dahinya mengernyit tatkala ingatannya kembali pada mimpi buruk semalam. Ia tak habis pikir, mengapa Reiga bisa muncul di dalam mimpinya, dan mengusik kebahagiaannya bersama Ryu. Alisha hanya bisa berdoa, semoga tidak ada makna apa-apa pada mimpinya itu.

Sambil menghela napas panjang, Alisha berdiri, kemudian melangkah ke dapur untuk menyeduh kopi.

Setelah menyelesaikan kopinya, Alisha menyeruput dan menikmati kopi itu.

"Hai, Alisha."

Hampir saja, Alisha akan siap menyemburkan kopi di mulutnya ketika terkejut mendengar suara Reiga yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Bagaimana kabarmu tanpaku?" tanya Reiga dengan tatapan aneh kepada Alisha. "Pasti terasa hambar, kan?"

Alisha seketika menoleh dan memicingkan matanya mendendengar ucapan pria di sampingnya itu. "Kita tidak saling mengenal."

Setelah mengucapkan kata itu, Alisha membalikkan badannya dan segera pergi dari sana. Namun, langkahnya terhenti ketika Reiga tiba-tiba dengan lancangnya menarik tangannya dengan keras. Membuat wanita itu sontak tertarik ke belakang, dan membentur dada bidang Reiga.

"Kau--"

"Ssstt ...." Reiga menghentikan ucapan Alisha dengan menyentuh bibir wanita itu dengan jari telunjuknya. "Kau merindukan pelukanku, benar bukan?"

Alisha menggerakan tangannya, namun itu sia-sia karena Reiga semakin mengeratkan genggamannya pada pergelangan tangan Alisha. Hingg membuat wanita itu meringis kesakitan.

Alisha melirik ke sekitarnya, takut akan ada pelayan yang melihatnya dan melaporkan itu kepada Ryu.

"Lepaskan aku, Brengsek!"

Reiga seperti seorang yang tuli, dan malah kembali menarik Alisha, dan menguncinya pergerakannya ke tembok.

"Lepaskan, atau aku teriak!" decak Alisha.

Bukannya merasa takut, Reiga malah mengangkat satu alisnya dan menantang Alisha. "Teriaklah, ayo teriak agar semua tahu jika pemilik mansion ini memungut sampah bekasku."

Merasa tertampar dengan ucapan Reiga, begitu menyakitkan hingga dada Alisha seperti berdenyut nyeri.

"Sampah?"

Alisha merasa tersakiti dengan ucapan Reiga barusan. Apa maksud sampah, selama ini ketika Alisha menunggu kepastian Reiga selama tiga tahun, menyangkal hal buruk apa pun tentang pria itu, dan semuanya dianggap dia wanita sampah?

"Jangan menangis, Sayang. Atau suamimu itu akan membunuhku," ujar Reiga, sedetik kemudian ia tertawa begitu keras. "Apa kau sekarang mencintai pria kejam itu?"

Alisha mengangguk mantap. "Tentu, aku sangat mencintainya."

Mendengar jawaban Alisha membuat Reiga langsung mengepalkan tangannya, kemudian ia pukulkan keras tepat di samping wajah Alisha.

"Dasar pria licik, setelah mengirimku ke Eropa, dia mengambil wanitaku," ujar Reiga.

"Aku bukan wanitamu," sahut Alisha seraya mencoba melepaskan diri dari cengkraman Reiga.

Apa maksud Reiga sebenarnya, pertama ia mengatakan Alisha adalah sampah yang sudah dibuang. Dan sekarang, dia mengatakan Alisha adalah wanitanya. Dasar pria gila.

"Kau adalah wanitaku, dan akan tetap menjadi wanitaku. Aku tidak pernah memberikanmu kepada Direktur kejam itu," ucap Reiga seraya mengusap pelan pipi Alisha penuh gairah. "Kau tau apa yang terjadi padaku selama ini, kan. Aku hanya mainan Ryu selama ini. Dia merebut semuanya dariku, bahkan wanitaku juga."

"CUKUP! Jangan pernah salahkan suamiku. Kau sendiri yang memutuskan meninggalkanku demi rupiah," tegas Alisha.

Reiga kembali mengusap pelan pipi Alisha, mendekatkan napasnya yang memburu di leher Alisha. "Aku masih mencintaimu, dan aku yakin kau juga begitu."

Alisha menahan air matanya yang hampir lolos dari matanya. Apa yang telah ia lakukan saat ini. Wanita itu merasa amat bersalah dengan Ryu karena tidak bisa menjaga diri menjadi istri Ryu.

Perlahan sentuhan Reiga semakin turun dari leher Alisha, membuka satu kancing kemeja Alisha dan merabanya.

Alisha hanya bisa memejamkan matanya, dan pasrah. Percuma saja, tenaganya tidak cukup untuk melepaskan diri dari Reiga.

"Kumohon, lepaskanlah aku," lirih Alisha penuh peremohonan.

Beberapa detik kemudian, Reiga melepaskan tubuh Alisha dan bersikap seperti biasa. "Selesai!"

Alisha begitu bingung dengan apa yang dilakukan pria di depannya itu. Apa maksud selesai itu?

Reiga tersenyum penuh kemenangan. Kemudian mengambil ponselnya yang sedari tadi ia letakan tidak jauh darinya dengan kamera yang masih menyala.

"Lihatlah ... Kau menikmati itu, Jalang!" ujar Reiga seraya memperlihatkan video kedekatannya dengan Alisha. "Bagaimana jika video ini sampai ke tangan Ryu, akankah dia membunuhku saja? Atau membunuhmu juga?"

"Brengsek! Berikan itu padaku," tukas Alisha mencoba mengambil ponsel Reiga. Walaupun itu bukan murni kesalahannya, tetap saja, ia merasa akan menyakiti hati Ryu jika pria itu melihatnya.

Tanpa memedulikan teriakan Alisha, Reiga melangkah pergi dengan memainkan ponselnya.

Alisha berjongkok, menggigit jarinya kemudian mengacak rambutnya frustrasi. Apa yang akan terjadi nantinya? Mengapa Reiga begitu licik sekarang.

Tiba-tiba suara terdengar notif pesan pada ponsel Alisha.

"Kau akan mengikuti perintahku, jika tidak ingin Ryu melihat video ini."

Apa yang akan dilakukannya sekarang? Apa memberitahu Ryu itu lah yang terbaik? Tapi apa Ryu akan memercayainnya nanti?

°°°

Malam semakin gelap, dan Alisha masih mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia begitu khawatir sekarang. Beberapa menit lagi, Ryu akan pulang. Namun, ia belum menyiapkan akan mengatakan apa kepada suaminya itu.

"Ada apa?"

Belum selesai Alisha berpikir, Ryu sudah dulu masuk ke kamarnya. Melepas jasnya serta mengendurkan dasinya.  Pria itu kemudian berjalan mendekati Alisha dan langsung memeluk istrinya.

"Aku merindukanmu," ujar Ryu manja.

Alisha yang masih khawatir hanya mengangguk dan tersenyum.

Setelah cukup lama memeluk istrinya, Ryu melepaskan pelukannya dan mengangkat Alisha secara tiba-tiba. Kemudian merebahkan Alisha pada kasur king size di kamar itu.

Ryu memulai dengan mencium kening Alisha kemudian berpindah ke bibir wanita itu yang ia rindukan.

"Tunggu ...." sela Alisha. Namun tidak digubris oleh Ryu sama sekali.

"Aku merindukan aroma tubuhmu," ucap Ryu seraya membuka kancing kemeja Alisha satu-persatu.

Pria itu menciumi setiap inci yang ada di tubuh Alisha. Hingga akhirnya gerakannya terhenti tatkala mencium pergelangan tangan Alisha.

"Siapa yang melakukan ini padamu?"
ujarnya penuh amarah. "Siapa yang berani menyakiti wanitaku!"

Alisha menangis tersedu-sedu seraya memeluk erat Ryu. "Kumohon, maafkan aku," ujar Alisha.

Ryu menyadari mungkin cara bertanya dia kepada Alisha salah, dan itu membuat Alisha malah semakin takut.

"Sst ... katakanlah ada apa?" tanya Ryu pelan, seraya meniup pergelangan Alisha yang sudah tertutup perban. Entahlah, ia tidak tahu luka apa itu karena tidak melihatnya secara langsung.

"Aku terkena minyak ketika memasak tadi," sahut Alisha masih dengan tangisan.

Sebenarnya, alasan Alisha menangis bukan karena kesakitan pada tangannya. Namun, ia menangis krena perasaan bersalah di hatinya. Ia tidak bisa jika memberitahukan kejadian sebenarnya kepada Ryu. Pria itu belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Alisha takut akan ada kekerasan tanpa ampun Ryu lagi di depan matanya, seperti waktu itu.

Alisha tahu, keputusannya ini salah. Sebagai istri yang baik seharusnya ia bisa saling jujur kepada suaminya. Namun, ia juga memikirkan hal yang terbaik untuk suaminya. Jangan lupa, Ryu pernah membunuh seorang wanita karena kemarahannya yang tidak bisa terkontrol.

"Tidak apa-apa, besok aku akan panggilkan Dokter Lee untuk memeriksamu," ucap Ryu kemudian mengurungkan niatnya untuk melepas rindu hasratnya kepada tubuh Alisha. Pria itu kemudian mengancing kembali kemeja Alisha, dan terakhir mengecup kening Alisha.

Beberapa detik kemudian, Ryu sudah melangkah pergi serta mengambil handuk putihnya yang sudah di sediakan Alisha tadi.

To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top