Keegoisan

Pagi hari yang begitu cerah, bagi Alisha.

Wanita itu mengerang pelan, meregangkan otot-ototnya yang seakan-akan telah hancur semalam. Ia meraba tempat id sebelahnya, kosong. Mungkin Ryu sudah dulu bangun dari tadi.

Dengan langkah gontai, Alisha bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan dengan mata masih tertutup. Sungguh ia tidak ingin membuka matanya sekarang, rasanya begitu enggan. Namun, ia harus menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Alisha berjalan menuju kemar mandi. Namun tiba-tiba langkahnya terhenyi ketika mencium bau harum makanan. Wanita itu pun langsung membuka makmtanya lebar, mengikuti asal bau yang harum itu.

"Kamu yang masak?" tanya Alisha setelah melihat makanan yang sudah siap sedia di meja.

"Tadi ada petugas hotel yang mengantarkan makanan ini, katanya khusus untuk kita berdua," ujar Ryu, pria itu melihat Alisha dari atas rambut hingga ujung kaki. "Kamu pergilah mandi, lihatlah betapa acak-acakannya dirimu."

Alisha melihat tubuhnya dari pantulan kaca jendela di sampingnya. Benar saja, ia bahkan tidak mengenali dirinya sendiri pada cermin itu. "Baiklah, jangan makan dulu sebelum aku selesai mandi," ujarnya kemudian berlari, dan tenggelam di balik pintu kamar mandi.

Ryu yang melihat tingkah konyol istrinya itu tersenyum tipis, kemudian mengambil ponselnya kembali untuk melakukan pekerjaannya.

°°°

Selang satu jam, Alisha keluar dari kamar mandi dan mendapati meja yang tadi terdapat Ryu duduk, kini sudah kosong. Kemana pria itu?

Alisha terus memanggil nama Ryu beberapa kali. Namun, hasilnya nihil.

Beberapa detik kemudian ponsel Alisha berdering, menampakkan nama suaminya.

"Hallo, di mana kamu?" tanya Alisha khawatir.

"Maafkan aku, Sayang. Aku ada meeting mendadak di luar kota."

"Hah? Meeting? Mendadak gini? Kenapa kamu tidak memberi tahu aku tadi."

"Maafkan aku, tadi aku panggil kamu tapi kamu tidak nyahut sama sekali. Trus aku buru-buru pergi."

Alisha mendesah pelan, setiap ada waktu dengan suaminya pasti akan berakhir seperti ini. Alisha heran, bukankah Ryu Direktur utama di perusahaannya, mengapa sepertinya pria itulah yang paling sibuk? Padahal ia bisa dengan mudah menyuruh bawahannya.

Apa pekerjaan suaminya itu lebih penting dari dirinya?

"Iya, baiklah."

"Aku sudah menghubungi sopir di mansion untuk menjemputmu. Jika mau pulang, tolong kabari aku ya!"

"Iya."

Setelah menjawab seperti itu, panggilan tiba-tiba terputus dari sebelah pihak. Alisha begitu kesal sekarang, mereka berangkat bersama-sama, mengapa ketika pulang ia ditinggalkan sendiri.

°°°

Alisha menarik kopernya sendiri, sebelumnya ada pelayan hotel utu yang menawarkan akan membantunya. Namun, karena ia sedang tidak dalam keadaan yang baik jadi ia menolak.

Wanita itu melirik jam di tangannya, sudah jam sepuluh siang. Mengapa sopir yang Ryu katakan bekum juga menghubunginya? Apa sopir itu sudah menunggunya dari tadi?

Alisha mengedarkan pandangannya, melihat seseorang yang mungkin saja berseragam seperti di mansion Ryu.

Wanita itu membenarkan kuncir rambutnya yanh sedikit berantakan. Bahkan sekarang, Alisha tidak merias dirinya sendiri, karena takut ada sopir yang dikatakan Ryu beberapa waktu lalu tengah menunggunya. Karena gugup, Alisha hanya mengenakan kaos oblong pendek berwarna hitam, dengan celana jeans hitam juga. Tak lupa kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya, dan rambut yang di gelung ke atas.

Sudah banyak waktu yang ia buang dengan sia-sia. Tidak ada yang menjemputnya sekarang, bahkan ia tidak membawa uang sepeserpun karena tas yang ia bawa tertinggal di mobil Ryu.

"Alisha."

Alisha sontak menoleh ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Reiga? Kenapa kamu ke sini?" tanya Alisha seraya memundurkan tubuhnya ke belakang.

Reiga tersenyum penuh arti. "Aku di suruh Tuan Daesung untuk menjemput kamu."

Alisha mengernyitkan dahinya. Kemudian meninggalkan Reiga. "Aku tidak mau pulang denganmu. Aku akan menghubungi Ryu."

"Aku diperintahkan langsung oleh mertuamu. Jika mereka tahu kamu tidak pulang bersamaku, apa yang akan mereka pikirkan?"

Alisha menoleh kemudian mengangkat kedua bahunya, acuh. "Terserah apa pendapat mereka, intinya aku tidak mau satu mobil denganmu!"

Reiga menarik tangan Alisha untuk membuat wanita itu menghadap ke arahnya. "Dengarkan aku, pulanglah bersamaku! Kamu tidak ingin, kan, jika mertuamu kecewa pada menantu satu-satunya ini?" ujar Reiga.

"Aku akan menghubungi Ryu," ucap Alisha kemudian mengambil ponsel di tas selempangnya.

"Hubungi saja dia," tukas Reiga. "Pria macam apa yang meninggalkan istrinya setelah berbulan madu? Sepenting-pentingnya pekerjaan, tidak mungkin menelantarkan istrinya."

Alisha tertawa, kemudian menghifupkan kamera depan pada ponselnya, dan menunjukkan itu pada Reiga. "Bercerminlah, seharusnya aku yang mengatakan itu kepadamu dulu."

Reiga diam tanpa ekspresi apa pun.

"Siapa yang meninggalkan tunangannya dan memilih mengejar kariernya? Hah?" ucap Alisha.

"Itu dulu, dan kamu masih menjadi tunanganku. Berbeda jika kamu adalah istriku, aku tidak akan memperlakukanmu seperti apa yang dilakukan Ryu."

Alisha mendengus kesal. "Jangan banding-bandingkan dirimu dengan suamiku. Dia lebih baik darimu 100%," ujarnya kemudian menelfon nomor Ryu.

Selang beberapa menit, Ryu tak kunjung mengangkat panggilannya. Bahkan nomornya tidak aktif. Ada apa sebenarnya ini? Berulang kali Alisha menghubungi nomor ponsel Ryu. Namun hasilnya tetap sama.

Reiga memegang kedua pundak Alisha kemudian membujuk wanita iyu kembali. "Untuk saat ini, lupakan egomo. Dan pulanglah bersamaku!"

Alisha tetap kukuh dengan pendiriannya. "Apa Ryu tau kamu yang akan menjemputku?"

Reiga menggeleng cepat. "Tidak, ini perintah Tuan Daesung. Sebelumnya Ryu memerintah sopir untuk menjemputmu, namun Tuan Daesung mendengar itu dan memintaku langsung untuk menjemputmu," ujarnya.

"Apa yang akan Ryu pikirkan jika dia tahu yang menjemputku adalah Reiga?"

Alisha bergumam di dalam hatinya. Wajahnya begitu khawatir ketika teringat pertengkaran Ryu dan Reiga beberapa waktu lalu. Ia tidak ingin kejadian itu terulang lagi, dan Reiga menjatuhkannya dengan semua kelicikan pria itu.

"Jangan takut, Ryu tidak akan tahu semua ini," ucap Reiga. "Jika kamu ingin berselingkuh denganku pun, aku tidak akan mengatakannya pada Ryu, Sayang."

Plak!

Alisha begitu jijik mendengar perkataan Reiga barusan. Ia tidak pernah memikirkan hal seperti itu walaupun sekecil debu. Ia akan berusaha untuk setia seumur hidup kepada suaminya apa pun yang terjadi.

Semua pegawai hotel yang tengah berlalu lalang memerhatikan dua orang yang sedang berdebat itu.

"Aku rindu sentuhanmu, Alisha," ucap Reiga.

Drrt ...Drrt ... Drrt

Alisha menghentikan kemarahannya kemudian menghela napas panjang untuk mengontrol emosinya. Kemudian ia menjawab panggilan dari ponselnya.

"Iya, Ayah?"

"Apa Reiga sudah sampai di sana?"

Alisha menoleh ke arah Reiga dengan wajah tidak suka.

"Iya dia sudah ada di sini."

"Baguslah, kamu pulanglah bersama Reiga. Di luar tidak aman jika ada yang tahu kamu istri Ryu, sekarang banyak kejahatan, Alisha. Cepatlah pulang."

Reiga tersenyum bahagia mendengar ucapan ayah Ryu. Pria itu kemudian membukakan pintu depan pada mobilnya dan mempersilakan Alisha untuk duduk di sana.

Tanpa bisa menolak sama sekali, Alisha kemudian membuka pintu belakang sendiri, dan masuk ke dalam mobil.

"Iya, Ayah. Aku sudah akan ke perjalanan pulang, ini."

Setelah itu panggilan berakhir oleh ayah Ryu.

"Jangan pernah berpikir macam-macam. Kita bukan siapa-siapa lagi sekarang."

To be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top