Kecemburuan
Merasa senanglah jika pasanganmu memiliki perasaan cemburu kepadamu. Itu artinya, dia begitu mencintaimu hingga takut untuk kehilanganmu.
Suara benturan antara sepatu dengan lantai di sebuah koridor perusahaan terdengar begitu nyaring. Entah itu karena langkah Alisha yang tergesa-gesa, atau memang keadaan lorong yang sepi, hanya beberapa pria berpakaian hitam-hitam yang berdiri terdiam di sana.
Ruang kerja Ryu terletak paling ujung ruangan, yang mana sebelum sampai di tempat itu. Alisha harus melewati koridor yang terdapat beberapa penjaga.
Para penjaga itu menundukkan kepala setiap Alisha melewati mereka.
"Maaf Nyonya, Tuan sedang kedatangan tamu penting," ujar salah satu pria yang berdiri di depan ruangan Ryu.
"Oh, berapa lama lagi aku harus menunggu?" ujar Alisha ramah.
Pria itu berkali-kali menundukkan kepalanya tanda tidak enak hati harus mencegah istri bosnya masuk ke dalam ruangan. "Sekitar lima belis menit lagi, Tuan Ryu akan keluar ruangan," jawabnya sekali lagi.
Alisha mengangguk, kemudian mendudukkan bokongnya pada salah satu kursi tunggu yang tersedia di sana.
°°°
Lima belas menit berlalu, dan Alisha belum juga melihat Ryu keluar. Mungkin hanya perasaan Alisha yang sedang terburu-buru, wajtu kima belas menut serasa begitu lama.
Pintu terbuka, terlihat seorang wanita dengan pakaian sedikit kurang bahan keluar dari ruangan Ryu. Alisha begitu intens mengamati wanita itu dari atas kepala sampai ujung kaki. Tanpa berkedip.
"Hai ... Nyonya Alisha," sapa wanita itu dengan senyum sedikit aneh.
Alisha hanya menundukkan badannya sekilas, kemudian berlalu langsung masuk ke dalam ruangan.
Setelah menutup pintu rapat-rapat, Alisha menghampiri suaminya yang tengah fokus di depan layar komputer, sepertinya Ryu tidak menyadari kedatangan Alisha.
"Suamiku ...."
Ryu mendongak terkejut melihat istrinya yang tiba-tiba muncul di depannya. Tidak ada raut di wajah Ryu ketika melihat Alisha. Ia begitu sibuk sekarang.
"Ada apa?" tanya Ryu tanpa melihat Alisha.
Alisha yang melihat tingkah Ryu semakin memanas di hatinya, tidak seperti biasa suaminya. Seakan-akan tidak ada raut senang ketika melihat Alisha di sana.
"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, bisakah kita bicara?" tanya Alisha.
Ryu melirik sekilas. "Bisakah kamu menunggu aku pulang? Sepenting apakah itu? Aku tidak ada waktu sekarang."
Alisha menundukkan kepalanya seraya memainkan buku-buku jarinya. "Emm ... Baiklah," sahut Alisha dengan nada lirih. "Aku pulang dulu ya."
"Hmm ... Hati-hati ya."
"Iya," jawab Alisha kemudian bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan Ryu.
°°°
Tidak ada raut senang pada wajah Alisha, di setiap perjalanan pulang Alisha hanya melihat ke samping jendela mobilnya. Ada bulir air mata yang menetes di sana. Entahlah, pikiran Alisha begitu berantakan sekarang.
Wanita itu mengetuk-ngetukkan jarinya di jendela mobil, dan terus bergumam meyakinkan dirinya.
°°°
Dengan tidak sabaran, Alisha membuka pintu utama mansion Ryu. Hanya butuh waktu dua puluh menit bagi Alisha untuk sampai di sana. Mungkin karena jarak antara mansion dan tempat kerja Ryu yang sedikit jauh.
Pintu terbuka dengan kasar, dan nampak wajah Daehwa dengan penuh tanda tanya.
"Daehwa," desis Alisha seraya memeluk adik iparnya itu. "Aku belum juga mendapatkan jawaban Ryu."
Daehwa membalas pelukan Alisha, merasa sedikit prihatin terhadap kakak sekaligus sahabatnya itu.
"Daehwa."
Lagi-lagi Alisha mendesiskan nama adik iparnya. Sudah siap menangis, namun kali ini ia menahannya karena tidak ingin terlihat menyedihkan.
"Masuklah dulu, Kak." Daehwa menuntun pelan Alisha untuk masuk ke dalam rumah. "Tidak apa-apa, mungkin Kak Ryu terlalu sibuk akhir-akhir ini."
"Tapi, keraguanku?"
Alisha mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mengapa keraguannya semakin besar kepada suaminya?
Alisha menghentikan langkahnya secera tiba-tiba, dan itu membuat Daehwa juga ikut berhenti di samping Alisha.
Tunggu, Alisha menyadari ada sesuatu yng salah dengan penampilan Ryu tadi. Mengapa Ryu terlihat berantakan?
Dan satu lagi, ada kejanggalan juga pada tampilan wanita yang keluar dari ruangan Ryu tadi.
"Bau parfum itu?"
Alisha mengacak rambutnya, merasa terganggu dengan semua ini. Ada apa seenarnya yang terjadi?
"Bau parfum apa, Kak?" tanya Daehwa seraya menepuk pundak Alisha.
Alisha menyadarkan dirinya sendiri, kemudian berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
°°°
Sudah hampir tiga jam, Alisha menangis sendirian di pojok kamarnya. Menekuk kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya pada lututnya.
Ia sengaja mengunci pintu kamar, agar tidak ada yang mendengar tangisannya, terutama Daehwa.
Pintu kamar terbuka, dan Alisha tahu siapa itu. Salah satu pria yang bisa membuka pintu itu tanpa kunci. Suaminya.
"Hei ada apa?" tanya Ryu terkejut seraya berlari menghampiri istrinya. "Apa ada yang menyakitimu?"
Alisha menggeleng keras, mengusap kasar pipinya yang basah. Menutupi matanya yang pasti sudah bengkak.
"Maafkan aku, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?" ujar Ryu sekali lagi. "Aku benar-benar sibuk akhir-akhir ini, sampai tidak memedulikanmu, Sayang."
Alisha memeluk erat tubuh suaminya, tangisnya pecah. Kemudian memberanikan diri mengungkapkan isi pikirannya.
"Aku ingin kamu jujur tentang semuanya."
Mendengar ucapan Alisha barusan membuat Ryu semakin bingung. "Tentang apa?" tanya Ryu dengan kedua alis yang tertaut.
"Semalam, kamu dari mana saja? Bau parfum itu? Apa yang kamu lakukan tadi di ruang kerja bersama rekan wanitamu itu?"
Ryu mengendurkan pelukannya pada Alisha. Menatap wajah Alisha tanpa ekspresi apa pun. Kemudian menangkup kedua pipi Alisha dengan telapak tangannya.
"Kamu?"
Ryu kembali memperdalam pandangannya pada Alisha. Membuat sang istri merasa aneh kembali tentang apa yang terjadi pada suaminya.
"Kamu cemburu?" tanya Ryu seraya menahan dirinya untuk tidak tertawa. Sungguh melihat tibgkah Alisha saat ini membuat perutnya seakan-akan tengah tergelitik. "Sungguh? begitu besar kah kamu mencintaiku?"
Alisha mengangguk dengan ekspresi tambah kebingungan. Mengapa di saat seperti ini, suaminya malah tersenyum, bahkan tertawa?
"Kamu salah paham, Sayang." Ryu mengacak rambut Alisha gemas.
"Apa?"
"Semalam aku benar-benar bekerja, apa yang kamu pikirkan? Aku baru saja membuat parfum baru, dan itu langsung aku coba pada pakaianku. Ponselku juga kehabisan daya sampai aku lupa mengabarimu. Dan di perjalanan, aku mengisi daya ponselku kembali," ujar Ryu.
Alisha merasa malu pada dirinya sendiri, mengapa dia sampai berpikiran Ryu menghianatinya. "Dan, wanita itu?"
Ryu kembali menahan tawa, sungguh istrinya begitu menggemaskan ketika menunjukkan kecemburuannya. "Itu rekan kerjaku, kami memikirkan nama yang baik untuk parfum terbaru ini. Sampai-sampai dia tidak sengaja menumpahkan sedikit parfum itu pada pakaiannya."
Tolong, siapapun bawa Alisha menghilang sekarang juga dari hadapan suaminya. Ia benar-benar merasa malu sekarang ini. Semua tuduhannya palsu, dan ia merasa bersalah telah meragukan kesetiaan suaminya. "Maafkan aku."
Ryu membawa Alisha untuk berdiri dan duduk di pahanya. "Tidak apa-apa, aku senang melihatmu cemburu seperti ini. Kamu sekarang tahukan bagaimana frustasinya rasanya menahan cemburu."
Alisha mengangguk, kemudian memeluk Ryu. Ia berjanji, mulai sekarang tidak akan meragukan kesetiaan Ryu lagi.
"Aku mencintaimu," ucap Alisha pelan, namun masih bisa terdengar di telinga Ryu.
"Aku juga mencintaimu, Sayang," sahut Ryu, kemudian mencium keing Alisha lembut.
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top