Kebohongan Alisha
Ryu memijit pangkal hidungnya, kepalanya begitu pening sekarang memikirkan jadwal pekerjaan yang begitu padat. Bahkan ia harus meninggalkan istrinya sendirian di tempat bulan madu.
"Asisten Han, apa aku bisa pergi sekarang?" tanya Ryu kepada seorang pria di depannya yang bersetatus sebagai asistennya.
"Satu jam lagi ada meeting dengan perusahaan Plastision Group, Tuan."
Ryu mendesah sekali lagi. Tubuhnya begitu ingin istirahat sekarang, dan ingin memastikan keadaan istrinya.
Pria itu melirik jam di tangannya sekilas, sudah lima belas menit berlalu setelah ia menghubungi Alisha tadi. Mungkin sekarang wanita itu sudah berada di rumah.
Ryu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, dan mulai memainkan jarinya di atas benda pipih itu. Ia menekan tombol hijau untuk menghubungi Alisha lagi. Namun, panggilan itu ditolak oleh Alisha.
"Kenapa Alisha mematikan panggilanku?"
Ryu bergumam pada dirinya sendiri. Kemudian menghubungi seseorang yang mungkin berada di rumah.
"Halo, Daehwa. Apa Alisha sudah kembali?" tanya Ryu setetelah panggilan tersambung.
"Belum, aku belum liat Kak Alisha dari kemarin. Ada apa kak?"
Kedua alis Ryu tertaut, bukankah Alisha mengatakan sudah dekat dengan mansion?
"Apa Pak Kim ada di rumah?" tanya Ryu sekali lagi.
"Pak Kim? Baru saja pergi mengantarku."
"Bagaimana bisa? Bukankah Pak Kim yang menjemput Alisha?" Ryu mulai bingung sekarang. Apakah Alisha berbohong kepadanya? Apa wanita itu baik-baik saja?
"Bukan. Aku bahkan tidak tahu siapa yang menjemput Kak Alisha."
"Oh, baiklah. Aku akan mencari tahu sendiri," ucap Ryu kemudian mengakhiri panggilan.
°°°
"Reiga sadarlah ... Aku ini istri Ryu. Aku tidak mencintaimu lagi, aku hidup dan mati untuk suamiku, Ryu."
Reiga terdiam beberapa saat, entahlah mendengar perkataan Alisha barusan begitu menyayat hatinya. Ia berpikir, sekeras apa pun ia membalaskan dendam di hatinya untuk Ryu. Tetap saja, ia tidak akan pernah bisa mendapatkan hati Alisha kembali. Justru hal seperti ini akan membuat Alisha semakin membencinya.
"Pergilah dari kehidupanku, biarkan aku bahagia," ujar Alisha sekali lagi.
Tanpa menjawab apa pun, Reiga langsung melajukan mobilnya dengan cepat.
Alisha menyadari, ponselnya ternyata kehabisan daya. Entahlah, mungkin Ryu menghubunginya dari tadi. Apa yang harus ia lakukan sekarang.
°°°
Dua jam berlalu begitu cepat, sekarang Ryu sudah menyelesaikan meetingnya. Pria itu buru-buru langsung pergi dari ruangan, seraya membenarkan jasnya yang sudah terlihat begitu lusuh.
"Biarkan saya yang meyupir, Tuan," ucap Asisten Han.
Ryu menggeleng, dan langsung berlari kecil. Ada hal mendesak yang perlu ia ketahui sekarang.
°°°
B
utuh waktu beberapa jam untuk Ryu sampai di mansionnya karena jarak antara Busan ke Seoul begitu jauh. Ia tidak terpikirkan akan ada jadwal meeting yang begitu penting ketika sedang bulan madu dengan Alisha. Jika ada apa-apa dengan istrinya, ia akan sangat menyesali itu.
"Alisha ...." panggil Ryu.
Matahari sudah terbenam sempurna.
Ryu berlari menaiki anak tangga, untuk menuju ke istrinya.
Pria itu perlahan membuka pintu kamarnya, dan menghela napasnya lega. Sembari tersenyum, Ryu menghampiri Alisha yang tengah berbicara dengan seseorang di balik ponsel.
"Kamu sudah pulang," ucap Alisha membalas senyuman Ryu. "Papah dan Mamah ingin berbicara denganmu."
Ryu mendekati Alisha, dan menyapa dua orang paruh baya di ponsel Alisha.
"Apa kabar, Mah, Pah."
Ryu mendengar Alisha yang berbicara dengan bahasa Indonesia. Walaupun tidak mengetahui pasti apa yang Alisha bicarakan, dengan melihat gerak-gerik Alisha saja sudah membuat Ryu paham maksud wanita itu.
"Mereka bilang berterima kasih kepadamu, Ryu," ujar Alisha.
Ryu merangkul pundak istrinya kemudian menjawab, "kenapa berterima kasih? Seharusnya aku yang berterima kaish kepada mereka telah melahirkan dan membesarkan putri secantik Alisha."
Ryu tersenyum malu kemudian menyampaikan perkataan Ryu dalam bahasa Indonesia.
Setelah itu, panggilan pun berakhir karena orang tua Alisha tidak ingin mengganggu waktu istirahat putri dan menantunya.
"Tadi kamu pulang dengan siapa?" tanya Ryu.
Alisha sedikit berfikir, jika ia mengatakan pulang bersama Reiga apakah Ryu akan menerima itu? Apa Ryu tidak akan marah? Lagi pula Ryu sekarang terlihat begitu lelah, sebagai istri yang baik Alisha tidak boleh membuat suaminya khawatir.
"Aku pulang dengan Pak Kim," ujar Alisha.
"Bukannya Pak Kim tadi pergi bersama Daehwa?" tanya Ryu.
Alisha merutuki dirinya sendiri, mengapa tidak berpikir Ryu mungkin telah mencari tahu keadaannya, dan bertanya-tanya tentangnya terlebih dahulu karena tadi ponselnya kehabisan daya.
"Eum ... Aku tidak terlalu kenal dengan sopir baru itu," ujar Alisha.
Mengingat beberapa waktu lalu Bi Mirang mengatakan salah satu sopir di sini sedang cuti dan Ryu segera mengganti sopir itu. Kesempatan bagus bagi Alisha untuk beralasan.
"Sudahlah ... Jangan berpikir lagi, aku sudah sampai di rumah dengan selamat," ucap Alisha seraya membantu Ryu melepas jasnya, dan melepas dasinya.
"Iya, baiklah, Sayangku," sahut Ryu kemudian berlalu meninggalkan Alisha seraya membuka satu persatu kancibg kemejanya. "Buatkan aku kopi, Alisha."
Alisha secepat kilat langsung pergi menjalankan perintah suaminya.
Sesampainya di depan pintu, Alisha terlihat begitu lega. Akhirnya ia bisa terlepas dari suasana meneganggkan seperti itu.
Namun, Alisha tidak tahu di dalam sana ada seseorang yang tengah melihat kepergiannya dengan perasaan kecewa karena merasa telah di bohongi.
Ryu mengepalkan kedua tangannya, mengapa Alisha berbohong kepadanya. Sebenarnya pria itu sudah tahu jika Alisha pulng bersama Reiga. Jangan tanyakan lagi dari mana informasi itu, setelah mendengar ucapan Daehwa. Ryu langsung menghubungi pihak hotel untuk mempertanyakan Alisha.
Bukan bermaksud terlalu mengawasi Alisha. Namun, itu adalah salah satu caranya melindungi sang istri.
Ryu mencoba berfikir positif, mungkin saja Alisha menghawatirkan kejadian seperti sebelumnya terjadi lagi.
Ryu kemudian memasuki kamar mandi, membasuh tubuhnya dengan air dingin. Entahlah, walaupun di luar ketika malam begitu dingin. Namun, tidak ada pemikiran untuk mandi air hangat bagi Ryu. Ia butuh menyegarkan lagi pikirannya, mungkun dengan membasuh dengan air dingin bisa membuat fresh kembali pikirannya.
Setelah beberapa menit, Ryu mematikan pancurannya. Kemudian mengambil handuk yang ada di samping kirinya. Pria itu mengusap seluruh badannya untuk mengeringkannya, setelah itu baru melilitkan handuk itu pada pinggangnya.
Ryu ke luar dari kamar mandi bertelanjang dada, tak lupa dengan rambut yang masih terlihat basah. Bahkan terlihat tetesan air di wajahnya.
"Ini kopinya, Sayang. Setelah ini kita berkumpul untuk makan malam bersama," ucap Alisha seraya menaruh secangkir kopi di meja.
Alisha melihat rambut Ryu yang masih terlihat basah. Kemudian mengambil alat pengetibg di atas meja, dan meminta Ryu agar datang kepadanya.
"Biarkan aku membantu mengeringkan rambutmu, Sayang," titah Alisha.
Ryu menyetujui tawaran Alisha, dan mulai duduk di atas kasur.
Alisha merangkak naik ke atas tempat tidur, setelah itu mulai mengeringkan rambut Ryu.
"Rambutmu begitu wangi," ujar Alisha.
Ryu menggenggam tangan Alisha, dan menciumnya. "Bukankah setiap hari kamu mencium bau rambutku?" tanyanya.
Alisha tersenyum, niatnya akan memberikan pujian ke suaminya. Namun malah membuatnya terlihat konyol.
Ting ....
Alisha melirik notif di ponselnya. Tiba-tiba ia menghentikan aktifitadnya dan segera menyembunyikan ponselnya agar Ryu tidak membaca isi pesan dari seseorang itu.
"Ada apa?" tanya Ryu tanpa menoleh. "Siapa yang mengirim pesan kepadamu?"
Alisha terlihat gugup kemudian menatik napasnya dalam-dalam untuk sebisa mungkin terlihat lebih tenang.
"Bukan apa-apa, hanya pemberitahuan paket. Tadi aku baru saja memesan barang online," sahut Alisha seraya tersenyum.
"Hmm ... Baiklah."
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top