Kebingungan
Alisha menggeliat ketika merasakan cahaya matahari kini merembes masuk dari kaca jendela. Wanita itu mengucek matanya sebentar, lalu duduk dan menyapukan pandangannya ke sekeliling. Ryu sudah tidak ada di sampingnya. "Ke mana Ryu pagi-pagi begini?" gumam Alisha.
Usai membersihkan diri, Alisha ke luar dari kamarnya dan melangkah turun ke bawah. Kemudian wanita itu berjalan ke arah dapur untuk membuat sarapan. Walaupun di mansion banyak sekali pelayan, itu tidak membuat Alisha malas-malasan. Sebagai istri yang baik, seharusnya ia sendiri yang memasak makanan untuk sang suami.
"Nyonya, biar saya saja yang memasak," ujar Bi Mirang seraya mengambil wajan yang tadi akan di ambil Alisha.
Alisha tersenyum, lalu mengambil dua butir telur dari lemari kulkas. "Tidak apa-apa, Bi. Biar aku membantu," ujarnya.
Bi Mirang menunduk, dan pergi dari dapur ketika Ryu tiba-tiba masuk ke dapur dengan wajah penuh dengan keringat. Bahkan kaos yang dikenakannya pun ikut terlihat basah.
Pri itu mengambil sebotol air dari kulkas kemudian menghampiri Alisha dan hendak merangkul istrinya. Namun, Alisha langsung menghindar karena Ryu yang banyak berkeringat.
"Jarang sekali kamu joging," ucap Alisha seraya memotong daun bawang. "Kenapa, banyak pikiran?"
Alisha paham dengan Ryu. Jika pria itu tiba-tiba berlari di malam hari atau di pagi hari, pasti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Tidak, aku hanya ingin lari pagi saja," ucap Ryu, lalu mengelap wajahnya dengan handuk kecil yang ada di bahunya.
Tanpa berpikir panjang, Alisha hanya mengangguk mengiyakan ucapan suaminya. Mungkin itu memang kenyataannya, atau Ryu tengah banyak memikirkan soal pekerjaan yang menumpuk, dan jadwal meeting yang tiba-tiba padat.
"Kamu mau masak apa, Sayang?" tanya Ryu.
Alisha mulai mengocok telur betsamaan dengan bahan-bahan lain, kemudian menoleh menatap suaminya. "Aku ingin membuat omelet," sahutnya.
Ryu mengangguk, beberapa saat kemudian berbalik meninggalkan dapur untuk membersihkan diri. Sebelum ia benar-benar pergi, matanya menangkap sosok Reiga yang tengah berjalan ke arah dapur.
Sebenarnya, Ryu tidak ingin mencurigai istrinya. Namun semua keadaan seakan-akan tengah mempermainkan kehidupan rumah tangganya. Dengan berhati-hati, Ryu kembali ke arah daur dan berdiri di balik pintu.
"Hai, Alisha," sapa Reiga kepada Alisha.
"Hai, juga."
Seperti permintaan Reiga semalam, yang mana pria itu berjanji tidak akan menganggu Alisha lagi. Namun, ia meminta satu hal yaitu berteman dengan Alisha. Awalnya, Alisha tidak ingin menerima permibtaan Reiga karena hal itu juga akan membuat Ryu salah paham nantinya. Akan tetapi, ketika melihat ketulusan Reiga yang ingin berteman dengannya membuat hati wanita itu akhirnya luluh, dan menerima ajakan pertemanan Reiga.
Sebaliknya, Ryu menjadi begitu bingung ketika melihat Alisha menyapa Reiga. Ada apa sebenarnya yang terjadi di belakangnya? Apakah ia harus bertanya langsung saja dengan Alisha tentang penglihatannya? Mungkin itu adalah hal yang baik agar tidak ada kesalah pahaman diantara rumah tangganya.
Ryu hendak menghampiri istrinya yang sedang bersama Reiga. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika mengingat sesuatu, mungkin akan lebih baik jika ia berbicara empat mata saja bersama Alisha. Setelah itu, Ryu berbalik dan kembali ke kamarnya walaupun hatinya masih bertanya-tanya dengan perubahan sikap Alisha kepada Reiga.
°°°
Setelah sarapan berlangsung, Ryu menghampiri Alisha yang tengah membereskan sisa-sisa makanan yang ada di meja.
"Aku ingin berbicara denganmu," ujar Ryu seraya berbisik ke telinga Alisha.
Alisha menoleh dan tersenyum. "Hampir setiap hari kita berbicara, ada apa sekarang? Hmm?"
Ryu merangkul pundak Alisha penuh penekanan, mencoba memberi tahu sang istri untuk segera menuruti permintaannya.
"Ada apa, Ryu? Bicara saja di sini," ucap Alisha seraya melepaskan tangan Ryu pada pundaknya dan hendak membawa piring ke dapur.
Prank ....
"DENGARKAN AKU DULU!" teriak Ryu, tangannya menampis tangan Alisha. Alhasil, piring-piring yang Alisha bawa pecah ke lantai dan mengalihkan semua orang yang masih berada tidak jauh dari mereka.
Alisha yang melihat perubahan emosi Ryu langsung terkejut, tngannya sedikit bergetar. Ada apa sebenarnya?
Ryu yang melihat ekspresi ketakutan Alisha kemudian memeluk Alisha dan menenangkan wanita itu. "Ssst ... Jangan takut, aku hanya ingin kamu mendengarkan ucapanku, ada pelayan yang bertugas membersihkan ini semua. Mengapa kamu yang melakukannya, Alisha?"
"Ada apa ini, Ryu?" ujar ibu Ryu yang terkejut mendengar suara pecahan piring yang begitu keras.
Beberapa detik kemudian, datang Daehwa dan Reiga dari arah depan dengan wajah terkejut juga.
Seperti tidak terjadi apa-apa, Alisha melepaskan pelukan Ryu, dan tersenyum. "Iya, tidak apa-apa. Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanyanya.
Ryu kemudian menarik pelan tangan Alisha agar mau ikut dengannya. Tanpa memedulikan ibunya yang sedari tadi meminta penjelasan darinya.
Alisha mengatur deru napasnya yang tidak teratur setelah mereka sampai di kamar. Ia mengetuk-ngetukan jarinya di meja, menunggu apa yang akan Ryu bicarakan dengannya.
"Kemarin kamu pulang dengan siapa?" tanya Ryu seraya menatap Alisha.
Alisha sedikit menegang mendengar pertanyaan dari Ryu. Apakah Ryu tahu ia pulang dari hotel bersama Reiga?
"Aku pulang bersama Reiga. Karna ayahmu yang mengirim Reiga untuk menjemputku," jawab Alisha.
Ryu bisa bernapas lega, akhirnya Alisha bisa jujur kepadanya. Ryu akan memaafkan kesalahan Alisha kecuali jika wanita itu menhianatinya dan berbohong.
Ryu tersenyum lembut ke arah Alisha dan duduk di samping wanita itu. "Kenapa kamu kemarin berbohong kepadaku?" tanyanya.
Alisha kembali membalas tatapan Ryu, kemudian ia membenarkan rambutnya yang menutupi mata. "Aku ... Tidak ingin ada keributan seperti sebelumnya, lagian kamu tidak mengangkat teleponku juga."
"Iya, aku harus mematikan ponselku ketika meeting. Maafkan aku," ucap Ryu. "Semalam aku terbangun sebentar, kamu ke mana?"
Alisha kembali terlihat tegang, beberapa detik kemudian menarik napasnya dalam. "Aku mengambil air untuk minum," ucap Alisha.
Senyum Ryu luntur seketika. Mengapa Alisha kembali berbohong. Apa yang ingin ia sembunyikan sebenarnya?
"Oh, benarkah?" tanya Ryu.
Alisha mengangguk mantap, semoga saja Ryu tidak terbangun dan melihatnya pergi semalam. Lagi pula, ketika ia menemui Reiga itu di teras dan tidak ada siapa pun di sana. Tidak mungkin ada yang melihatnya.
"Aku pergi ke kantor dulu kalau begitu," ucap Ryu kemudian bangkit dati duduknya dan mulai bersiap-siap.
Dalam hati kecil, Alisha merasa begitu menyesal telah membohongi Ryu. Apa itu adalah pilihan terbaik? Ia terlalu takut Ryu akan marah jika mengetahui di waktu malam ia bertemu dengan Reiga.
"Ryu ...." panggil Alisha sebelum Ryu benar-benar pergi.
Ryu menoleh menatap Alisha, memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "Iya?"
"Hmm ... Tidak ada," ucap Alisha kemudian.
Ryu berjala ke luar dari kamar, perasaannya campur aduk sekarang. Ia tidak ingin memikirkan sesuatu berlebihan sekarang. Apakah ada alasan tertentu Alisha membohonginya? Tapi untuk alasan apakah itu?
Tobe continued..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top