Jebakan
"Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Aku janji tidak akan mengganggu kehidupan rumah tanggamu lagi setelah ini. Temui aku di dekat gerbang mansion."
Alisha membaca pesan singkat yang di kirimkan Reiga setelah berhasil masuk ke kamar mandi. Wanita itu menggigit jarinya sembari berbolak-balik di kamar mandi memikirkan apa yang akan ia lakukan. Menemui Reiga atau tidak.
Jika ia menemui Reiga sekali ini saja, kehidupannya akan kembali normal lagi. Namun jika Ryu mengetahui itu apakah pria itu akan diam saja?
Alisha kemudian meyakinkan dirinya sendiri, tidak apa-apa jika Ryu tidak mengetahui itu.
Wanita itu ke luar dari kamar mandi dan terkejut bahkan hampir terjatuh jika Ryu tidak cepat-cepat menangkap tubuhnya. Bagaimana ia tidak terkejut, jika sedari tadi Ryu sedang menunggunya di depan pintu dengan wajah tanpa ekspresi. Walaupun tetap saja Ryu akan terlihat tampan.
"Kenapa kamu lama sekali di kamar mandi?" tanya Ryu.
Alisha mengusap tangannya ke baju, tersenyum manisa sebisa mungkin kepada Ryu. "Aku ... Perutku sakit," ucapnya.
Ryu terlihat khawatir, kemudian berucap, "ada apa? Kamu makan sesuatu yang salah?"
Alisha menggeleng cepat. "Tidak, bukan seperti itu, dari kemarin pencernaanku bermasalah terus aku meminum obat agar melancarkan pencernaan."
"Tapi kamu sudah baik-baik saja, kan?" tanya Ryu.
Alisha mengangguk kemudian mengajak Ryu agar turun dan makan malam bersama.
"Malam ini aku tidak ingin makan di bawah, bisakah kita makan di sini saja?" tanya Ryu.
Kini mereka berdua sudah duduk di sofa cokelat yang berada di ujung kamar dengan duduk bersebelahan.
"Kenapa tidak ingin makan bersama di bawah?" Alisha menyandarkan kepalanya pada bahu Ryu. "Ada orang tuamu juga."
Ryu mengusap-usap kepala Alisha pelan. "Aku capek, ingin istirahat."
Mendengar perkataan Ryu, Alisha langsung mendongak memperhatikan suaminya. Benar saja, ada lingkaran hitam di bawah mata Ryu. Mata pria itu juga sedikit memerah.
"Baiklah, aku akan panggilkan pelayan untuk membawa makanan ke sini," ujar Alisha kemudian bangkit dari duduknya. Namun tercegah karena kini tangan Ryu menarik kembali Alisha hingga wanita itu kembali duduk. Kali ini berbeda, Alisha duduk di pengkuan Ryu.
"Aku akan menelefon Bi Mirang dari sini. Kamu tidak usah repot-repot turun ke bawah," ujar Ryu.
Alisha mengangguk mengikuti ucapan suaminya.
°°°
Pukul 23.30 Alisha terbangun dari tidurnya. Mengingat pesan yang di kirim oleh Reiga beberapa waktu lalu.
Wanita itu menoleh ke arah Ryu yang tertidur begitu pulas. Bahkan terdengar suara dengkuran halus dari mulutnya.
Dengan perlahan, Alisha turun dari tempat tidur dengan mengendap-ngendap agar suaminya tidak ikut terbangun juga. Dengan langkah pelan, Alisha meninggalkan kamarnya dan berjalan di ruangan yang remang-remang. Ia berusaha menghubungi Reiga agar tidak bertemu di gerbang mansion karena itu terlalu jauh dan membutuhkan waktu lama. Lagian apa hal pentibg yang akan pria itu katakan sebenarnya.
Alisha membaca balasan pesan dari Reiga. Ada sorot lega di wajahnya ketika membaca pesan itu.
"Kita bertemu di teras saja."
Ini tidak benar, bertemu dengan pria lain ketika suami tengah tertidur itu tidaklah benar. Ada waktu besok, mengapa harus malam-malam begini ketika semua orang sudah tertidur.
"Tidak ada waktu jika siang, banyak mata-mata yang mengawasimu."
Alisha kembali membaca pesan yang di kirimkan Reiga, dan kembali berfikir. Benar juga, jika siang. Banyak pelayan yang berlalu lalang di sini, dan mereka juga akan mengatakan itu kepada Ryu.
Alisha meyakinkan dirinya sendiri. Tidak ada cara lain sekarang, setelah ini hidup pernikahannya akan baik-baik saja, tidak ada yang mengganggu.
"Alisha."
Dari arah belakan punggung Alisha dapat mendengar suara Reiga. Wanita itu menoleh dan mendapati Reiga sudah berdiri tepat di belakangnya.
"Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Alisha.
"Aku ingin mengucapkan perpisahan denganmu," ujar Reiga dengan raut sedih. "Aku sadar, aku sudah tidak bisa medapatkanmu lagi."
Alisha tersenyum bahagia. Akhirnya, ia mendengar kata itu dari Reiga.
"Aku senang kamu sudah sadar."
Reiga menatap manik hitam Alisha, kemudian berucap, "untuk terakhir kalinya izinkan aku untuk memelukmu, Alisha."
Alisha menggeleng, itu bukanlah ide yang bagus. "Tidak, itu tidak benar. Kamu harus melupakanku, Reiga."
"Iya, untuk terakhir kalinya. Ku mohon ...."
Beberapa menit setelah berpikir panjang Alisha mengangguk menyetujui perntaan Reiga untuk yang terakhir kalinya.
Namun, Alisha tidak tahu hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pernikahannya nanti.
Reiga memeluk erat Alisha untuk yang terakhir kali. "Ku mohon ... Balaslah pelukanku," ujarnya.
Alisha mengangkat tengannya hendak membalas pelukan Reiga. Ia masih ragu-ragu untuk melakukan itu. Namun, setelah itu Alisha membalas pelukan Reiga sedikit kaku.
Reiga tersenyum penuh arti ketika merasakan pelukan Alisha. Kemudian pria itu melepaskan pelukannya, dan pergi begitu saja.
Alisha sudah bernapas lega sekarang. Tidak akan ada lagi gangguan dalam rumah tangganya kali ini. Masalah Reiga sudah teratasi, wanita itu mulai menerbitkan senyumannya.
Sebelum ia menyetujui bertemu dengan Reiga, ia sudah bertanya kepada Reiga. Apa bukti jika ucapan Reiga bisa dipercaya. Setelah itu ia mendapatkan beberapa foto dari Reiga ketika pria itu mulai membakar semua kenangan bersama Alisha.
Alisha berjalan kembali ke kamarnya dengan mengandap-ngendap, dan kembali tidur di samping Ryu. Memeluk pria itu dengan senyuman yang masih terukir.
Di depan sana, tanpa Alisha sadari ada hati yang tersakiti. Ryu pura-pura memejamkan matanya merasakan sayatan di hatinya ketika mengingat istrinya yang sudah ia percayai selama ini menghianatinya dan sembunyi-sembunyi bertemu dengan mantannya dan berpelukan mesra.
Beberapa waktu lalu, Ryu terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Ia meraba di samping tempat tidurnya ternyata kosong. Kemana istrinya malam-malam seperti ini? Ryu akhirnya duduk mnecoba mengambil gelas di sampingnya. Namun gelas itu ternyata kosong. Mau-tidak-mau, ia harus mengambil sendiri di dapur.
Dengan langkah gontai, Ryu berjalan ke luar dari kamarnya. Namun, ia tidak sengaja melihat Alisha yang menuruni anak tangga, Ryu tidak ingin langsung curiga kepada istrinya, jadi pria itu diam-diam mengikuti Alisha.
Alangkah terkejutnya Ryu ketika melihat Alisha ternyata diam-diam bertemu dengan Reiga di hampir tengah malam seperti ini. Ryu mengamati pergerakan istrinya di balik jendela yang remang-remang. Bersembunyi di sana. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat istrinya membalas pelukan pria itu, dan setelah itu ia juga melihat senyuman tulus di wajah Alisha. Apa yang sebenarnya terjadi?
Ingin sekali Ryu membunuh ke dua orang itu yang telah mempermainkannya. Namun ia sadar, mungkin saja apa yang ia lihat tidak sesuai dengan kenyataan. Ia tidak ingin terlalu tergesa-gesa menyimpulkan sesuatu. Ia harus mengumpulkan bukti terlebih dahulu, dan yakin jika kepercayaannya kepada Alisha itu tidak salah. Akan begitu senang jika kejadian tadi hanyalah kesalah pahamannya. Namun akan begitu menyakitkan lagi jika apa yang ia lihat barusan adalah kenyataannya.
Ryu masih membisu merasakan pelukan hangat istrinya. Ia masih menenangkan dirinya sendiri dan mencoba untuk berfikir positive saat ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top