Bulan Madu

Hapy reading!


Pukul delapan malam, semua orang tengah berkumpul makan bersama di ruang makan.

Tidak ada suara apa pun, hanya dentingan keras antara sendok dan piring yang beradu. Ryu melirik Reiga sekilas, ada raut tidak suka di dalam ekspresinya. Sudah babak belur olehnya, masih saja berani makan bersama di mansion miliknya. Sungguh pria tak memiliki muka.

"Besok kami akan berlibur untuk berbulan madu," ujar Ryu.

Nyonya Daesung meletakan garpunya, mengambil tisu kemudian membersihkan mulutnya sekilas. "Baguslah, berapa hari?" ujarnya.

"Bukankah kalian bukan pasangan pengantin baru lagi?" tanya Daehwa. Merasa, bulan madu hanyalah untuk pasangan pengantin baru.

"Kami melanjutkan rencana kami yang dulu pernah tertunda," ujar Alisha.

Satu jam sebelum acara makan malam, Ryu dan Alisha memang membicarakan tentang liburan untuk merefresingkan pikiran Alisha agar rilex kembali. Awalnya Alisha menolak itu, karena ia pikir jika mereka berlibur, Ryu akan kerepotan mengurus pekerjaannya setelah pulang nanti.

Namun, Alisha tetaplah istri Ryu yang tidak bisa menolak keputusan suaminya.

Di sini, di ruang makan Reiga masih sibuk dengan makanannya. Berpura-pura menjadi pria baik di depan orang tua Ryu. Entahlah, padahal banyak sekali orang di luaran sana yang lebih pantas menjadi asisten ayah Ryu. Namun, pria itu begitu beruntung karena telah dipercaya oleh Tuan Daesung.

Dulu, ketika mereka di Eropa. Pernah sesekali Reiga menyelamatkan hidup Tuan Daesung yang saat itu dalam bahaya. Ada orang yang sengaja berniat mencelakai pria paruh baya yang sangat sukses itu, dan aksinya digagalkan oleh Reiga yang kebetulan lewat di depan ruangan Tuan Daesung. Semenjak itulah ayah Ryu begitu baik dengan Reiga. Bahkan merekutny menjadi asisten pribadi, dan sangat mempercayai pria itu.

"Apa aku boleh ikut?" tanya Daehwa yang ingin pergi jalan-jalan juga.

Sebenarnya Daehwa juga merasa bosan seharian bermain game di kamarnya. Tidak ada teman, tidak ada yang mengajaknya pergi berlibur.

"Kapan kau mulai masuk sekolah lagi?" Ryu balik bertanya kepada Daehwa.

Semua orang kini sudah menyelesaikan makanan mereka masing-masing, dan seperti biasa sebelum melakukan kesibukan, mereka akan berbincang terlebih dahulu di ruang makan. Memanfaatkan waktu kebersamaan mereka.

"Masih dua pekan lagi," jawab Daehwa.

"Tidak ini khusus untukku dan Alisha saja, tidak ada yang boleh mengganggu kami," ucap Ryu tanpa penolakan dari semua orang.

Kedua orang tua Ryu hanya tersenyum melihat tingkah Daehwa yang tidak suka di tolak oleh kakaknya. Walaupun Daehwa bukan anak kandung mereka. Namun, kedua orang tua Ryu juga sudah menganggap Daehwa sebagai seorang anak, dan memperlakukan Daehwa sama seperti mereka memperlakukan Ryu.

Alisha masih canggung dengan insiden tadi siang, dan itu membuatnya tidak berani angkat bicara di depan mertuanya.

"Apa kamu sudah baik-baik saja, Alisha?" tanya ibu Ryu terlihat khawatir melihat menantunya yang terlihat murung.

Walaupun ibu Ryu memiliki wajah sedikit galak. Namun sebenarnya wanita itu memiliki hati yang begitu lembut seperti sutra.

Seperti yang Alisha dengar, dulu. Nyonya Daesung adalah model parfum dari perusahaan Tuan Daesung. Karena wajahnya yang begitu cantik, dan sikapnya juga begitu perhatian ke semua orang. Tuang Daesung perlahan mulai menyukai wanita itu, dan langsung melamar untuk menikahinya.

Alisha mendongak kemudian terseyum. "Tidak apa-apa, Bu," sahutnya.

"Kalian bisa saling berdamai, maafkan Reiga atas kesalahanya yang tidak sengaja," ucap Tuan Daesung.

"Jangan paksa Alisha untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan. Biarkan saja dia mengambil keputusan sendiri," bela Ryu.

Alisha mengusap tangan Ryu, menenangkan pria itu agar tidak membuat keributan lagi. Sudah cukup  tadi siang Ryu melampiaskan kemarahanya kepada Reiga. Jangan lagi.

"Saya minta maaf, Nyonya," ucap Reiga seraya bangkit dari duduknya kemudian membungkuk sekilas.

Ingin sekali Ryu melemparkan pisau buah di depannya kepada Reiga dengan wajah palsunya itu. Untung saja, ia bisa mengendalikan diri demi kebaikan keluarganya. Jik tidak, mungkin sudah dari kemarin Ryu melakukan itu.

Alisha tidak menjawab sama sekali, melirik pun sepertinya ia enggan.

"Biarkan aku membereskan ini semua dulu," pamit Alisha kemudian pergi begitu saja meninggalkan Reiga yang masih membungkuk meminta maaf.

"Teruslah seperti itu sampai istriku memaafkanmu," ujar Ryu seraya tertawa dan pergi meninggalkan ruangan itu juga.

°°°

Pagi sudah menyambut lagi, setelah insiden kemarin yang tidak mengenakan. Kini, Alisha berdiri di depan jendela, menghirup udara pagi lewat jendela yang terbuka. Ia bisa melihat burung-burung yang sudah berterbangan dan bersiul bersama-sama begitu merdu di pagi hari yang cerah ini.

Alisha mengusap-usap lengannya karena merasakan embusan angin yang seakan-akan tembus ke kulitnya yang terbuka. Kini, ia hanya mengenakan tangtop dengan celana pendek yang begitu jelas memperlihatkan lekuk tubuhnya.

"Kenapa kamu melamun di sana?"

Mendengar suara serak khas bangun tidur suaminya, Alisha menyadari bahwa suaminya memang sudah terbangun dari tidurnya.

Masih dengan mata setengah terbuka, Ryu menyibak selimutnya. Duduk kemudian meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Pria itu berdiri, dan berjalan sedikit gontai ke arah istrinya. Ryu hanya mengenakan celana seperempat dengan telanjang dada.

"Bersiaplah, hari ini kita akan pergi berdua saja," ujar Ryu yang sudah berada tepat di belakang Alisha, dan memeluk wanita itu dari belakang. Menyandarkan kepalanya pada pundak istrinya, dan menikmati embusan angin yang sedari tadi istrinya nikmati sendiri.

"Kita akan ke mana?" tanya Alisha penasaran. Pasalnya, suaminya itu bahkan tidak memberi tahu sama sekali tujuan mereka nantinya. Ia sedikit ragu Ryu akan membohonginya.

"Ke suatu tempat yang begitu istimewa," sahut Ryu seraya mencium pundak istrinya. "Kejutan untukmu."

Alisha diam, mungkin yang dikatakan Ryu memang kebenarannya. Pria itu akan memberikan kejutan. Bahkan dengan membayangkannya saja sudah membuat hati Alisha senang. Sudah berkali-kali mereka merencanakan akan liburan bersama, akan tetapi semuanya gagal. Semoga saja kali ini bisa berhasil.

"Aku ingin mandi denganmu, mau yah!" titah Ryu dengan nada sedikit memohon. "Yah ... Yah ... Mau, yah."

"Okey."

Mendengar persetujuan dari istrinya, Ryu langsung menggendong Alisha ala film-film. Membuat sang istri meronta-ronta meminta untuk di turunkan.

"Aku bisa jalan sendiri, Ryu."

"Sstt ... Diamlah, jangan sampai kamu membuat semua orang datang kemari," ujar Ryu seraya tersenyum lebar.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top