Chapter 6
🍀 Perfect Father's 🍀
.
.
.
Happy reading guys and sorry for typo 😊
.
.
.
Flashback
Suara yang paling di tunggu oleh seluruh penghuni gedung pendidikan itu akhirnya berbunyi membuat semua murid berbondong-bondong keluar dari dalam kelas mereka masing-masing dengan tawa riang yang mengikuti nya.
Sunghoon terlihat keluar dari dalam kelas 2-1 atau ruang kelas nya dan di ujung lorong dia bisa melihat jelas sang kembar berjalan ke arah nya bersama dengan beberapa teman yang sama-sama mendapat hukuman membersihkan toilet hingga pelajaran usai sebab tertangkap basah tengah merokok di taman belakang sekolah.
"Sunghoon kau pulang bersama Jungwon saja ya."
"Lalu kau?"
"Aku ingin pergi ke flower Cafe untuk mengerjakan tugas kelompok, sudah ya! Aku pergi."
Sunghoon hanya bisa menghela nafas ketika Jay mulai melangkah menjauhi nya, terlampau bosan mendengar alasan bocah itu yang selalu mengatakan bahwa dirinya memiliki tugas kelompok padahal jelas-jelas Sunghoon mengetahui bahwa mereka pergi bermain di warnet depan Cafe sebab memang tak ada tugas kelompok apapun yang diberikan oleh Jung ssaem—wali kelas mereka.
Sunghoon membalikkan tubuhnya lalu melangkah menuju gedung sekolah si adik bungsu namun baru beberapa langkah dia berjalan tangan nya sudah di cekal oleh seseorang.
"Sunghoon-ah, Tunggu."
Dari suaranya saja Sunghoon sudah tau siapa orang yang menghentikan langkah kaki nya dan Dia adalah Jaeyoon, putra bungsu Seokjin. Sunghoon seketika menyentak kasar tangan seseorang yang berada di pergelangan tangan nya berniat memutuskan tautan yang tercipta antara dia dan Jaeyoon.
"Lepaskan aku!"
Namun Jaeyoon tak ingin kalah dan semakin mempererat genggaman tangan nya pada pergelangan tangan Sunghoon.
"Aku mohon ikut dengan ku sekali saja." mohon nya.
"Jebal."
Sunghoon yang melihat mata itu berkaca-kaca pun akhirnya hanya bisa pasrah dan mengiyakan ajakan Jaeyoon yang meminta dia untuk ikut dengan nya. Dan disini lah mereka berdiri sekarang, di atas rooftoft gedung Senior high school tepat mereka menempuh pendidikan.
"Sudah kan, aku sudah menuruti permintaan mu. Jadi jelaskan alasan mu menemui ku, Jaeyoon-ssi?"
Sunghoon menatap Jaeyoon yang sedari tadi menundukkan kepada nya sembari meremas telapak tangan dengan gelisah.
"Jika kau tidak mau berbic—"
Belum sempat Sunghoon menyelesaikan perkataan nya Jaeyoon seketika menyela nya sembari berlutut tepat di depan kaki nya.
"Ti-tiga Bulan lalu!"
"Tentang kejadian itu. Sungguh maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu bahwa akibatnya akan menjadi seperti ini hoon-ah."
Sunghoon tersenyum kecut menanggapi perkataan Jaeyoon yang benar-benar membuat nya muak. Putra tengah Taehyung itu menatap tajam seseorang yang tengah berlutut tepat di hadapan nya.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan itu pada ku, hah?! Memang Apa salah ku pada mu Jae?" tanya nya dengan raut wajah yang luar bisa kecewa. Sedang Jaeyoon menggelengkan kepala nya cepat seolah-olah mengatakan bahwa Sunghoon telah salah paham terhadap dirinya.
"Sunghoon, maafkan aku. Percaya pada ku bahwa yang ku lakukan saat itu benar-benar demi kebaikan mu."
"Cih! Kebaikan? Sudahlah aku tidak ingin berbicara dengan mu! Setelah ini ku mohon jangan muncul di hadapan ku lagi Kim Jaeyoon!"
Sunghoon melangkah pergi dengan derai air mata di pipi sungguh dia tengah kecewa saat ini. Namun Jaeyoon lagi-lagi mencekal pergelangan tangan dan menghentikan langkahnya.
"Sunghoon, dengarkan penjelasan ku dulu. Aku mohon!"
"Penjelasan? Apa yang ingin kau jelaskan pada ku hah?! Kau ingin menjelaskan bagaimana asik dan menyenangkan nya menghianati teman mu sendiri iya?! Ku kira kau adalah sahabat yang baik, namun aku salah karena sebenarnya kau hanya lah seorang manusia licik pendusta dari arti suci sebuah persahabatan!"
"Aku membenci mu Kim Jaeyoon!"
..........
Di sisi lain putra sulung Taehyung itu tengah asyik bermain di sebuah warnet depan Cafe tempat yang menjadi alasan nya selama ini. Di tengah permainan Ponsel yang berada di saku celana nya Tiba-tiba berbunyi dengan nomor tidak di kenal sebagai penelpon.
"Yeobose-yo?" jawab nya dengan pandangan yang masih terfokus pada layar komputer di depan nya.
"Apakah ini Kim Jongseong? Putra dari presdir Kim Taehyung?"
Jay menghentikan permainan nya kemudian menatap bingung layar Ponsel itu.
"Iya, benar. Maaf anda siapa?" tanya nya hati-hati.
"Ah saya adalah sekretaris presdir Kim tuan muda, saya menelepon sebab Tuan Kim berpesan bahwa anda di minta menemui nya di sebuah Cafe yang berada di pinggiran Seoul. Beliau berkata bahwa disana dia akan mempertemukan mu dengan Eomma yang selama ini kau rindukan."
Jay terdiam sejenak, apa ucapan orang ini benar? sebab dia sangat tahu bahwa Taehyung begitu menutupi segala sesuatu yang berhubungan dengan sosok wanita yang telah melahirkan nya itu. Jadi apakah sekarang Taehyung benar-benar ingin mempertemukan nya dengan wanita itu?
"Ah baiklah jika ini permintaan Appa, oh iya paman bisa kiriman alamat nya pada ku setelah ini."
"Baik tuan muda."
Pip
Jay mematikan sambungan telpon nya kemudian mencari nomor kontak Taehyung untuk memastikan apa benar Ayah nya itu meminta dia pergi ke Cafe yang orang tadi beritahukan padanya.
Appa💜
Panggilan pertama tidak Taehyung respon.
Panggilan kedua pun tidak Taehyung respon.
Begitu pula panggilan ke tiga dan ke empat.
Oke, baiklah. Jay berhenti menghubungi Taehyung sebab dia berfikir mungkin Ayahnya itu tengah berkendara menuju Cafe yang orang tadi tunjukan sehingga dia tidak bisa menjawab panggilan telpon nya.
"Mungkin Appa sedang mengemudi jadi tidak bisa menjawab panggilan ku." Guman nya.
Akhirnya putra sulung Taehyung itu pun beranjak dari posisi duduk dan meraih tas sekolah yang tergeletak di samping kakinya.
"Teman-teman, maaf aku ada urusan penting jadi aku pulang dahulu ya. Sampai jumpa besok pagi!" setelah berpamintan pada teman-teman nya Jay langsung pergi ke alamat yang di kiriman oleh orang itu.
'B1, 40 Myeongdong 4-gil, Chungmuro 1(il)-ga, Jung-gu, Seoul'
"Kau bertemu Sunghoon?"
Jaeyoon hampir saja terjungkal ke depan sebab terkejut dengan eksistensi Heeseung yang hadir secara tiba-tiba begini.
Kakak nya itu berdiri dengan punggung yang sepenuhnya menyandar di dinding samping tangga, raut wajah nya nampak tidak bersahabat sekali dengan alis menukik dan mata yang memandang tajam.
"Jika sudah tahu kenapa bertanya?"
Jaeyoon menjawab dengan suara lirih setelah itu berjalan mendahului heeseung yang hanya bisa berdiri sembari memandang punggung adiknya sendu.
"Jae-ya, berhenti menemui nya. Kau harus mengerti bahwa dia tidak ingin memperbaiki hubungan persahabatan kalian, Kau berjuang memperbaiki sedang dia mencoba mengakhiri. perbuatan mu ini sia-sia adik ku."
Jaeyoon menghentikan langkahnya memutar tubuh dan menatap heeseung dengan wajah bersemu.
"Kau tidak tahu bagaimana rasanya jadi Aku hyung, tak apa dia membenci ku. Aku hanya ingin dia memaafkan ku, bukan kembali menjadi sahabat nya lagi sebab aku sungguh tau diri untuk tidak meminta hal itu. Dia menderita karena kesalahan ku. Impian nya hancur karena perbuatan ku, di tidak baik-baik saja karena aku hyung." tutur nya dengan suara bergetar.
"Bodoh, kau bodoh Kim Jaeyoon! Kau bodoh karena hanya memikirkan penderita nya! Sadarlah Jaeyoon kau juga menderita disini! Kau pun tidak baik-baik saja!"
.......
Jay berlari menjauhi beberapa orang berpakaian hitam yang mengejar nya sedari tadi.
Tadi ketika dirinya sampai di gedung yang akan menjadi tempat pertemuan nya dengan sang Ayah tiba-tiba beberapa orang berpakaian hitam datang lalu memukuli tubuh serta wajah nya tanpa ampun beruntung dia dapat kabur dan berakhir berlarian seperti ini.
Bugh
"Akh!"
Jay terjatuh sebab tersandung sebuah batu dan naas dahi nya juga terhantuk sebuah batu hingga robek. Jay menyentuh dahi nya dan terkejut ketika mendapati cairan anyir itu mengalir dari sana.
Putra sulung Taehyung itu meraih Ponsel yang terlempar jauh ketika dia jatuh tadi lalu kembali menghubungi Ponsel sang Ayah, namun lagi-lagi Ayah nya itu tidak menjawab panggilan nya.
"Sakit sekali. Appa tolong aku, aku takut. Aku ingin pulang hiks hiks." tutur nya sembari menangis.
Hei, dia hanyalah anak berusia tujuh belas bukan seorang laki-laki dewasa yang bisa menjaga diri sendiri jadi wajar saja bila bocah itu menangis. Dia ketakutan, tubuhnya kesakitan dan mental nya tentu saja terguncang karena kejadian ini.
Dada nya bergemuruh ketika mendengar suara orang-orang berpakaian hitam yang mengejarnya sedari tadi. Dengan cepat si sulung bersembunyi di dekat semak yang kebetulan ada di sana.
Tubuh bocah itu bergetar ketakutan dengan tangan yang terus mendekap mulut, darah bahkan terlihat masih mengalir dari dahi nya bercampur dengan keringat.
"Cari anak itu hingga dapat, dia tidak mungkin berlari terlalu jauh."
Suara dari salah satu orang tadi terdengar membuat tubuh Jay menegang dengan jantung yang berdebar-debar tidak karuan.
"Ya Tuhan tolong aku, Appa Seong-ie takut." batin nya menjerit.
Orang-orang itu mulai berjalan menjauhi tempat persembunyian Jay membuat si sulung sedikit bernafas lega. Bocah itu perlahan-lahan keluar dari sana dan kembali berlari entah kemana.
Ckiiiittt
Bugh
Jay jatuh terduduk tepat di depan sebuah mobil yang hampir saja menelindas tubuh nya. Dari dalam mobil seorang wanita keluar dengan ruat wajah terkejut setengah mati.
"Astaga nak, kau tidak apa?" Wanita itu menangkup wajah Jay yang luar bisa kacau.
"Dahi mu sobek nak, sepertinya harus di jahit."
Jay menatap wajah wanita tadi yang masih asik memperhatikan wajah dan tubuh nya guna mencari letak luka yang lainnya.
"Bibi, t-tolong aku. Ku mohon." lirih nya sembari menggenggam tangan wanita itu erat.
Wanita itu menatap wajah Jay lekat kemudian mengangguk sebab merasa iba dengan anak itu.
"Baiklah"
.......
Wanita itu membawa putra sulung Taehyung menuju rumah sakit terdekat guna mengobati wajah dan dahi nya yang terluka.
Sekitar lima belas menit mereka tiba di sebuah klinik kesehatan yang tidak terlalu besar.
"Bibi tidak apa, aku baik-baik saja. Bisa antarkan aku kerumah saja?"
Wanita itu tersenyum kemudian melepaskan Seatbelt yang membebat tubuh. "Dahi mu terluka, dan itu harus di jahit nak. Wajah mu begitu pucat bibi takut terjadi apa-apa pada tubuh mu. Sudah ayo."
Dan benar saja setelah di periksa tensi darah anak itu begitu rendah di tambah tubuhnya terhidrasi hingga mengalami kram perut, Luka nya bahkan harus di jahit dengan lima jahitan. Namun selebihnya bocah itu baik-baik saja.
Malam semakin larut dan anak itu baru terbangun dari pingsan nya setelah sempat di bius, si sulung pun bangkit dari posisi berbaring lalu menatap sosok wanita yang mau menolong nya tadi.
"Permisi, Bibi?"
Wanita yang tengah asik berbincang dengan seorang dokter itu akhirnya menoleh lalu melangkah mendekati ranjang pesakitan Jay sembari tersenyum.
"Sudah bangun nak? Bagaimana apa yang kau rasakan saat ini?" tanya nya ketika dia berdiri tepat di samping ranjang.
"Perut ku sedikit sakit dan dahi ku ngilu sekali. Eum, bibi. Bisakah bibi mengantarkan aku pulang?"
Wanita itu mengangguk kemudian mengusap surai hitam Jay dengan lembut.
"Tentu, mari bibi antar."
Hening, hanya hening yang mengisi suasana di dalam mobil hitam itu. Jay dan wanita itu hanya saling melirik melalu sudut mata masing-masing tanpa mau mengucapkan satu atau dua kalimat.
"Eum, bibi. Terima kasih karena bibi mau menolong ku tadi."
Si sulung akhirnya menyuarakan isi hati yang sedari tadi dia pendam.
"Tentu nak. Oh iya siapa nama mu nak? Dan perkenalkan nama bibi , Jungmin. Kau bisa memanggil ku bibi Jungmin." wanita itu mengangguk kemudian tersenyum sembari menatap wajah Jay sekilas.
"Nama ku Jay, Bibi J-Jungmin." jawab nya ragu.
"Emm, klo bibi boleh tahu apa yang sedang kau lakukan di wilayah terpencil seperti itu Jay-ya?"
Bocah itu terdiam sejenak, fikiran nya melayang kepada sosok sang Ayah yang sedari dari mengabaikan panggilan dari dirinya.
"Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya tersesat, hehehe." jawab nya di akhiri tawa hambar.
"Tersesat? Bibi lihat dari seragam sekolah yang kau kenakan kau bersekolah di daerah Songpa-gu bukan Jung-gu." wanita itu sejenak memandang raut wajah Jay yang nampak begitu gugup.
"Kemudian dimana orang tua mu? Bukankah ini sudah begitu larut, apakah mereka tidak khawatir dan berusaha mencari keberadaan mu? Atau mereka memang tidak memperdulikan dirimu Jay-ya?"
Deg!
Ucapan Jungmin sungguh menampar relung hati nya yang terdalam, apakah benar Ayah nya tidak lagi sayang dan perduli? Apakah dia sengaja mengabaikan panggilan telpon dari dirinya? Sungguh Jay begitu sakit ketika membayangkan hal itu.
"Appa tidak sayang pada ku lagi? Kenapa Appa tega mengabaikan aku?" batinnya.
Yeorobun 🙈
Maaf karena baru updete sekarang, kemaren aku beneran mau updete. Tapi tiba-tiba ada tugas yg deadline ny hari sabtu jadi aku ngerjain tugas smpe lupa waktu 🥺👉👈
Maaf ya 🙏😔
Oh iy ini cerita baru mau perkenalkan konflik ya 😄 semoga kalian suka 😍
Btw gmna album BE-ngek nya? Klo Aku beneran BE-ngek😭🥺 lgu ny terngiang2 sekali. Satu album suka semua 🥺
Gemes bngt sama ni orng di v live kemeren 😭😭
Yaudah ya itu aj, jngn lupa lanjut streaming lagi ya gyuss...
Sampai jumpa 👋
Ifa 💜
Lampung, 21 november 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top