Chapter 4
🍀 Perfect Father's 🍀
.
.
.
Happy reading guys and sorry for typo 😊
.
.
.
Sunyi menyapa pada pertengahan malam sedikit Di ramaikan oleh bunyi bersautan yang berasal dari hewan-hewan kecil sang penghuni dunia gelap. Udara dingin yang tak bersahabat pun ikut meramaikan malam sunyi di penghujung Musim panas ini.
Pukul 23.30 Taehyung terbangun dengan sebagian tubuh yang terasa kebas mungkin efek penyakitnya yang baru saja kambuh. Taehyung bernafas lega sebab menyadari bahwa sekarang kedua kaki nya dapat dia gerakan, Taehyung bangkit dari posisi berbaring dan dia baru menyadari bahwa kedua orang tua beserta adiknya tengah terlelap di dalam kamarnya juga.
Taehyung tersenyum ketika menatap tautan tangan sang Ibu dengan tangan terbalut infus miliknya, Taehyung juga melihat dengan jelas jejak air mata di wajah cantik wanita itu. Ibunya menangis, dan itu tentu karena diri nya yang bodoh ini.
Dengan gerakan lembut Taehyung melepaskan tautan tangan itu beserta selang infus yang menempel disana, terlalu sering menggunakan alat itu hingga membuat dirinya dengan mudah memasang atau melepaskan nya.
Ayah muda itu beranjak dari ranjang setelah menyelimuti tubuh Juhyun, dirinya berjalan menuju almari besar dan kembali dengan dua potong selimut di tangan.
Taehyung kembali tersenyum ketika menyadari betapa besar kasih sayang yang diberikan kedua orang tua beserta Jungkook untuk dirinya. Inilah alasan yang membuat Ayah tiga orang anak itu enggan memberitahukan fakta menyedihkan tentang penyakit yang dia derita, karena Taehyung yakin mereka akan sangat sedih dan mengkhawatirkan dirinya berlebihan seperti sekarang ini yang tidak membiarkan nya tidur seorang diri.
Mungkin setelah ini mereka akan memaksa Taehyung untuk berhenti bekerja dan membatasi aktivitas laki-laki itu sama seperti 25 tahun lalu ketika seorang dokter memvonis nya mengalami kerusakan total di kedua ginjal akibat terjatuh dari atas kuda.
Taehyung tentu ingat, bagaimana kehidupan bahagia nya hancur dulu. Mimpi nya untuk menjadi seorang atlet berkuda telah kandas, masa menyenangkan di sekolah harus dia tinggalkan dan di gantikan oleh pengobatan menyakitkan di sebuah bangunan megah menakutkan. Atau Bagaimana kedua orang tua nya mengkekang dan membatasi aktivitas nya serta Jungkook yang selalu siaga menjaga nya.
Dan Taehyung juga ingat bagaimana air mata itu terus tumpah di wajah keluarga nya, atau isakan menyedihkan yang selalu dia dengar, juga raungan tidak terima mereka ketika dokter memvonis dirinya tak memiliki harapan lagi kecuali melakukan prosedur transplantasi.
Karena inilah Taehyung tidak ingin memberitahukan mereka tentang penyakitnya sebab Taehyung terlalu tak mampu mengulang kembali kenangan itu, Taehyung hanya ingin di perlakuan sama seperti yang lain nya dia tidak ingin di pandang dengan pandangan menyedihkan seperti dulu, jadi tolong pahami perasaan nya kali ini.
Taehyung mengehela nafas kasar kemudian berjalan keluar kamar setelah sempat menyelimuti tubuh Sang Ayah dan Adiknya.
Laki-laki berparas tampan itu berjalan menuju kamar ke tiga putra kesayangan nya, kamar pertama yang dia datangi adalah kamar si putra bungsu—Jungwon. Taehyung mendekati ranjang Jungwon, membenarkan letak selimut yang sedikit tersingkap kemudian mengusap surai anak itu dan di akhiri dengan kecupan lembut di dahi nya.
"Maafkan Appa ya sayang, Maaf karena membentak Jungwon tadi pagi. Appa menyayangi mu nak."
Chu~
Setelah puas memandang paras mengemaskan putra bungsu nya Taehyung beranjak pergi ke kamar putra tengah nya—Sunghoon. Pemandangan pertama yang Taehyung tangkap adalah lampu kamar yang menyala dan tubuh putra nya yang tertidur dengan posisi duduk sembari bertumpu pada meja belajar nya.
"Astaga anak ini, punggung mu akan sakit bila tidur dengan posisi ini nak." guman Taehyung sembari mengangkat tubuh putra tengah nya itu.
Taehyung membaringkan tubuh Sunghoon kemudian menyelimuti tubuh itu hingga sebatas dada, Taehyung juga mengusap surai hitam nya dan mencium singkat dahi putih itu.
"Apa masalah anak Appa ini sangat berat, hm? Jika tidak sanggup menanggung nya sendiri Sunghoon bisa ceritakan pada Appa sayang, jangan di pendam sendirian ya nak. Itu tidak baik hoon-ie."
Taehyung tau Sunghoon tidak sepenuh nya tertidur, sebab dia bisa melihat air mata yang perlahan menetes dari sudut mata itu. Taehyung tidak akan memaksa Sunghoon apabila anak itu belum siap menceritakan masalah yang dia punya pada dirinya.
Taehyung lantas bangkit dari ranjang kemudian melangkah menuju saklar lampu dan mematikan nya.
"Appa pergi, Tidur yang nyenyak jagoan. Appa menyayangi mu." tutur nya kemudian menutup pintu kayu itu perlahan.
Tepat setelah itu Sunghoon yang memang tidak terlelap mulai membuka kedua kelopak mata nya.
"Hoon-ie juga sayang Appa." lirih nya.
Taehyung menutup pintu kamar putra sulung nya itu perlahan, dia panik sekali saat ini sebab putra nya itu tidak ada di dalam kamar nya. Kamar anak itu masih begitu rapih bahkan lampu di kamar nya di matikan.
Taehyung seketika berlari turun ke lantai satu dengan tergesa-gesa, dia khawatir sekali pada anak sulung nya. Taehyung merasa tidak bejus sebab tidak tahu menahu bahwa Jay belum kembali ke rumah.
Taehyung berlari ke luar rumah dengan raut wajah cemas nya pria itu bahkan tidak perduli dengan tubuhnya yang hanya di balut dengan sebuah piyama tipis dan sandal rumah. Taehyung hendak membuka pintu mobil nya namun kegiatan nya terhenti ketika sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahnya dan dari dalam mobil itu putra sulung nya keluar.
"Astaga Seong-ie!"
Taehyung berlari menghampiri sosok itu setelah mobil tadi pergi meninggalkan pekarangan rumah nya. Taehyung merasa jantung nya jatuh hingga ke lutut sebab wajah sulung nya itu nampak lebam dengan bibir sobek dan dahi yang tertutupi oleh kain kasa.
"Ya Tuhan, ada apa dengan wajah mu nak?" Taehyung menangkup wajah itu dengan pandangan khawatir setengah mati.
Namun Jay dengan kasar menepis tangan kekar Taehyung yang berada di wajah nya.
"Tidak usah sok perduli pada ku Appa!" bentak nya.
"Apa maksud mu sayang, Appa tidak mengerti nak."
Jay tersenyum meremehkan, kemudian menatap tajam mata elang kepunyan sang Ayah.
"Kemana Appa ketika aku menelepon sebab membutuhkan bantuan, hah? Appa mengabaikan panggilan ku kan?! Ini semua terjadi karena Appa tidak menjawab panggilan ku tadi sore! Jadi Appa tidak usah berpura-pura perduli pada ku sekarang, urus saja hidup Appa sendiri."
Taehyung menggenggam erat tangan si sulung seraya menggeleng ribut, sebab itu tidaklah benar dirinya tidak ada maksud mengabaikan panggilan Telepon dari si sulung dia bahkan belum memegang Ponsel nya setelah bangun dari pingsan tadi.
"Tidak nak, Appa tidak bermaksud begitu sayang. Appa minta maaf karena tidak menjawab panggilan mu Seong-ie, sungguh nak App—"
Belum sempat Taehyung menyelesaikan ucapan nya Jay seketika berteriak dan menepis kasar tangan Taehyung yang menggenggam tangan nya.
"Cukup Appa! Aku tidak ingin dengar! Dan lepaskan tangan ku, Aku Benci Appa!"
Deg!
Jay berlalu pergi meninggalkan Taehyung yang hanya bisa terdiam dengan perasaan hancur, hati nya sakit sekali mendengar ucapan sang Anak yang di tujukan untuk dirinya. Putra nya, kesayangan nya, kehidupan dan nafas nya berkata bahwa dia membenci nya. Tidak ada seorang ayah yang ingin mendengar ucapan itu terlontar dari bibir buah hati nya.
"Aku adalah ayah yang buruk, hingga putra ku sendiri bahkan membenci ku." lirih nya entah pada siapa.
Dan tanpa Taehyung sadari, dari kejauhan seorang berjaket hitam memandang tubuh Taehyung dengan senyuman miring.
"Bermain dengan mu seperti nya menyenangkan, Kim Taehyung-ssi?"
Setelah puas memandang sosok itu pun kembali mengenakan helm hitam yang sebelumnya dia lepas kemudian berlalu pergi dari sana.
Jungkook terbangun dari tidurnya dan mendapati ranjang sang Kakak yang hanya di tiduri oleh ibunya saja, lalu kemana pergi nya Taehyung.
Jungkook berjalan menuruni tangga menuju lantai satu, mata bulat nya menatap ke arah jam besar yang ada di ruang keluarga.
"Pukul 2 pagi, hyung pergi kemana sebenarnya?" guman nya pada diri sendiri.
Jungkook menatap ke luar jendela, seperti nya hujan akan turun sebab bintang sama sekali tak menghiasi langit, dan benar saja setelah Jungkook berfikir seperti itu hujan pun mulai turun dengan deras nya.
Jungkook berjalan menuju ruang tamu, dia menatap bingung pintu utama yang nampak sedikit terbuka. Apakah ada seorang pencuri masuk? Fikir nya sesaat.
Laki-laki bermata bulat itu hendak menutup pintu itu dan mengunci nya namun kali ini jantung nya benar-benar telah lepas dari tempat nya. Bagaimana tidak? Dengan mata kepala nya sendiri Jungkook dapat melihat jelas tubuh sang kakak yang sedari tadi di cari nya tengah terduduk di bawah rintihan air hujan entah karena apa.
"Hyung! Apa yang kau lakukan, kau gila eoh?!" pekik nya.
Jungkook berlari menghampiri Taehyung dengan tergesa gesa, dia pindai tubuh sang kakak dengan mata berkaca-kaca. Tubuh Taehyung menggigil, bibir nya membiru, gigi nya bergemeletuk tanda dia kedinginan. Jungkook menyentuh kulit pucat Taehyung yang berubah mendingin bagai es batu.
"Hyung, gwaenchanh-a?"
Taehyung memandang Jungkook dan akhirnya menangis sembari merancau tidak jelas.
"Ju—ng, Di-dia membenci ku. Di—a mar—ah pada ku jungkook, hy-hyung harus bagaimana? Dia mem—be-benci ku hiks hiks." rancau nya susah payah.
"Hyung, sudah ya. Sekarang kita masuk, tubuh mu dingin sekali."
Jungkook berniat memapah tubuh sang kakak untuk berjalan namun perkataan Taehyung menghentikan aksinya.
"Jung, Ka—ki ku sulit di gerakan." lirih nya gemetar.
"Yasudah hyung naik ke punggung ku saja, hyung jangan takut. Seokjin hyung bilang itu adalah salah satu gejala dari penyakit mu dan akan hilang seiring waktu."
Jungkook memberi penjelasan kepada Taehyung sebab kakak nya itu nampak ketakutan. Jungkook membawa tubuh Taehyung masuk ke dalam rumah dan mendudukan tubuh sang kakak di sofa ruang tamu, sebab Taehyung tidak ingin pergi ke kamar nya dan mengganggu tidur Taewoo dan Juhyun.
"Hyung sebentar, aku akan mengambil pakaian di kamar ku."
Jungkook berjalan menjauh meninggalkan Taehyung yang kembali terdiam memikirkan perkataan putra sulung nya.
"Aku tidak bejus, Aku adalah ayah terburuk untuk anak-anak ku. Aku payah, dan sekarang aku juga lemah serta tidak berguna." batin nya, hingga tanpa sadar meneteskan air mata dari balik netra kelam nya.
Hai hai hai aku updete,,,
Ini lumayan cepat kan? Di banding kemaren? Hehehe
Yaudah gitu aj ya aku bingung mau ngomong apa.
Ifa 💜
Lampung, 11 november 2020
(ugh ga sabar album BE-ngek ny keluar, berdoa mudah2an aku ga BE-ngek liat mereka nanti 🙂👉👈)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top