Chapter 23
🍁Perfect Father's🍁
.
.
.
Happy reading guys and sorry for typo. Btw vote ke berapakah kalian?🤔🤔
.
.
.
Isak tangis juga tubuh gemetar masih bisa Taehyung dengar dan rasakan dari dalam rengkuhan nya. Sudah setengah jam berlalu namun waktu itu pun belum juga bisa meredakan kesedihan bocah yang berada dalam dekapan hangat sang Ayah.
Berkali-kali Taehyung melantunkan kalian penenang juga ratusan kata maaf dari bibir guna menghentikan tangisan si sulung yang berhasil menyakiti hati nya. Dia tidak menyangka rasa sakitnya akan sedasyat ini ketika hal yang selama ini dia coba tutupi akhirnya terkuak tepat di hadapan salah satu putranya.
"Maaf, maafkan Appa."
Flashback
Pegangan tangan itu melemas hingga kumpulan kertas yang sedari tadi ia genggam terlepas dan jatuh mengenaskan di atas lantai. Air mata perlahan turun membasahi pipi nya bersamaan derap langkah yang terdengar dari arah kamar mandi dan perlahan datang menghampiri.
"Seong-ie?"
Suara manis itu membuat nya seketika memandang ke depan, tepat pada manik kecoklatan milik laki-laki baik hati yang selama ini selalu ia panggil dengan sebutan 'Appa'. Sosok hebat yang telah membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang. Menjadikan dia seorang anak paling bahagia yang tidak sedikit pun kekurangan cinta juga kasih.
"Ada apa nak?" Selangkah mundur dia berikan ketika Taehyung melangkah satu kali ke depan.
Laki-laki itu menghentikan langkah nya kemudian menatap si sulung dengan pandangan menanar, namun tanpa sengaja manik mata Taehyung akhirnya berhasil menangkap objek benda yang dia yakini sebagai penyebab utama dari tingkah aneh si sulung.
"Kau sudah membaca—,"
"Kenapa! Kenapa Appa sembunyikan hal sebesar ini dari kami? Apa karena kami bukan putra kandung mu sehingga kami pun tak pantas mengetahui fakta ini hiks hiks?" Emosi labil remaja itu menguar di iringi gelengan kuat dari Taehyung.
Tanpa memperdulikan emosi bocah itu Taehyung melangkah cepat mendekati putra sulung nya. Menghiraukan penolakan Jay yang terus saja memukuli dada nya ketika ia tetap saja mendekap erat bocah itu. "Bukan begitu nak, Appa... Appa hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk memberitahukan hal ini kepada kalian."
"Tapi kapan waktu itu akan tiba, eoh? Apakah Appa ingin terus membohongi kami, dan terus membuat kami menjadi anak bodoh yang tidak mengetahui sedikit pun tentang kesakitan orang tua nya? Walaupun kami hanya putra angkat mu, tapi Kami tetap putra mu kan Appa?" Mata berkaca-kaca Jay beradu pandang dengan iris kecoklatan milik Taehyung.
"Appa ingat, perkataan Appa kala itu? yang mengatakan bahwa kau menyayangi kami layaknya nyawa? Maka dari itu kami pun juga menyayangi dirimu layaknya raga, Appa. Nyawa tak akan bisa hidup tanpa adanya raga, begitu pun kami. Kami tidak bisa hidup tanpa Appa, kenapa Appa tidak mengerti hiks hiks?"
Sumpah, demi apapun. Taehyung benar-benar tidak mampu lagi menatap mata berair milik si sulung. Sakit sekali, seperti ada beban berton-ton yang menimpa tepat di bagian dada hingga dia kesulitan hanya untuk menarik napas.
"Mianhae, Appa yang salah. Maaf nak, berhenti menangis hm? Ini menyakiti hati Appa sayang. Inilah yang Appa takutkan, Appa benar-benar takut melihat perasaan kalian hancur seperti ini ketika mengetahui fakta itu."
"Inilah yang Aku benci, aku benci sikap Appa yang terus mengkhawatirkan kebaikan orang lain tanpa memikirkan keadaan nya sendiri. Berhenti memikirkan perasaan kami, sekarang yang harus Appa pikirkan adalah tubuh dan perasaan Appa sendiri."
Flashback off
"Maaf sayang, Appa bersalah."
Taehyung terus mengusap punggung bergetar si sulung, di ikuti lantunan kata maaf berulang-ulang. Bocah itu sudah terlelap sekarang walau getar isakan nya masih tersisa.
Tok
Tok
Tok
Pintu kamar nya di ketuk dari luar, bersama suara tegas milik sang adik yang terdengar. "Hyung, ini aku Jungkook."
"Masuklah, pintu nya tidak terkunci."
Jungkook perlahan masuk, pria itu masihlah menggunakan kemeja putih dan celana hitam panjang. Di lengan kanan nya jas hitam nampak menggantung apik disana. Sudah di pastikan bahwa adiknya ini baru saja pulang dari kantor.
"Kau baru pulang?"
Jungkook mengangguk seadanya, laki-laki itu jelas tahu bahwa sang kakak baru saja menangis terdengar dari suaranya yang pecah dan serak.
"Itu Namjoon Hyung, dia ada di bawah. Katanya ingin membahas suatu hal yang penting dengan mu. ini berkaitan dengan Jimin Hyung."
Jungkook menjelaskan apa yang menjadi tujuan nya datang ke kamar Taehyung. Entah mengapa Namjoon tiba-tiba saja datang ke kantor nya dan meminta untuk bertemu dengan sang kakak. Seperti nya dia memang tidak mengetahui bahwa Taehyung telah mengambil cuti dari pekerjaannya. Maka dari itu Jungkook membawa Namjoon ke rumahnya sekarang.
"Ada apa dengan si nakal? Kalian berdua habis menangis?" Rasa penasaran mendorong Jungkook untuk bertanya saat menyadari presensi Jay di kamar Taehyung.
"Dia baru saja mengetahui perihal penyakit ku,"
Bola mata bulat Jungkook sedikit membesar, ia sedikit terkejut. Namun setelah nya dia merasa biasa saja, sebab memang sudah sepatut nya putra-putra sang kakak mengetahui fakta itu.
"Ya, memang sudah waktunya kau memberi tahu mereka Hyung. Sudah, cepat temui Namjoon Hyung. Aku ganti baju dulu baru menyusul mu, sebab aku juga harus tau apa yang ingin dia beritahukan pada mu."
"Terserah pada mu Jungkook-ssi."
Ruang tamu keluarga besar Kim entah mengapa bisa berubah menjadi ruang rapat mendadak setelah Namjoon menceritakan prihal sahabat mereka, Jimin. Sebelum ini Taehyung memang meminta Namjoon untuk mencari tahu lokasi si pengirim pesan yang mereka yakini adalah Jimin.
Memang sejak sekolah menengah atas Namjoon itu memiliki hobby sebagai hacker, otak pintar dan seksi nya terlalu percuma jika hanya di pergunakan sebagai pengacara swasta. Maka dari itu setelah Taehyung meminta, Namjoon langsung mencarikan nya.
"Aku sudah menemukan lokasi nya, tapi..."
Taehyung gemas sendiri, Namjoon terlalu bertele-tele, "Lalu apa Hyung? Jangan mengulur waktu lagi."
"Tapi aneh nya lokasi itu tepat berada di rumah Jimin sendiri. Mengapa dia meminta pertolongan di rumah nya sendiri? Dia meminta pertolongan dari siapa? Aku sungguh tidak mengerti?"
"Ayahnya."
Namjoon dan Taehyung mendadak menatap Jungkook yang baru saja turun dari lantai dua. Pria itu mengambil duduk di samping Taehyung.
"Ayahnya? Paman Jisang? Mengapa?"
"Karena diri mu," Yoongi datang dari arah dapur sembari membawa nampan berisi segelas air dan satu buah piring kecil berisikan obat-obatan.
"Minum dulu obat mu, Seokjin Hyung sudah meresepkan ulang obat yang harus kau minum. Obat yang kau simpan buang saja sebab dosis nya sudah terlalu rendah."
Taehyung menatap kesal wajah kakak sepupu nya, mengapa harus menjelaskan perihal obat nya di hadapan Namjoon dan Jungkook? Sudah pasti dia akan di amuk oleh....
"Apa maksud dari dosis yang terlalu rendah? Jangan bilang kondisi mu,"
Jungkook.
Iya, oleh Jungkook.
"Yoongi Hyung menyebalkan, mengapa kau jadi cerewet sekali sekarang?"
"Jawab pertanyaan ku Hyung, jangan mengalihkan pembicaraan. keadaan mu tidak semakin buruk kan?"
....
Pembicaraan mereka kembali berlanjut setelah Taehyung meminum obat nya di iringi omelan Jungkook yang tiada habis nya. Bahkan hingga detik ini, Jungkook masih saja menatap jengkel ke arah Taehyung.
"Jika pemeriksaan mu menurun lagi jangan harap kau bisa kembali bekerja di perusahaan."
"Iya, Tuan. Sudah okey, jangan membahas nya lagi. Sekarang kita harus memikirkan bagaimana keadaan Jimin."
Jungkook membuang pandangan nya dari arah wajah Taehyung, dia kesal. Sungguh, kakak nya ini terlalu baik dan dia benci itu.
"Sudah bertengkar nya?" tanya Yoongi dan hanya di angguki oleh Taehyung.
"Menurut pendapat ku Namjoon, Paman Jisang masihlah menaruh rasa benci dan dendam pada Taehyung atas insiden hari itu. Hingga dia ingin membalaskan dendam nya melalui Jimin sekarang. Namun sepertinya Jimin tidak ingin menurut pada paman dan berujung di kurung di dalam rumah itu. "
Namjoon mengangguk meng-iyakan, otak pintar nya seketika memikirkan penjelasan Yoongi yang terdengar masuk akal. Siapa pun tahu, hubungan antar kedua keluarga yang dahulu begitu erat itu mendadak terputus sebab kejadian itu.
"Jadi semua nya karena aku? Penderitaan yang anak ku rasakan pun berasal dari aku? Harusnya aku tidak pernah mengadopsi mereka jika pada akhirnya yang bisa mereka dapatkan dari diri ku adalah sebuah rasa sakit."
Taehyung mengusap kasar wajah nya, dia merasa bersalah kepada putra-putranya. "Seharusnya aku tidak pernah memaksakan diri untuk menjadi Ayah mereka jika aku tahu semua kesialan itu hadir sebab mereka menjadi putra ku."
Taehyung bangkit dari duduk nya dan melangkah tergesa, dia harus menyelesaikan permasalahan nya dengan Paman Jisang. Apapun akan Taehyung berikan agar pria paruh baya itu berhenti mengusik kehidupan ketiga putra nya. Bahkan Nyawa pun pasti Taehyung berikan asalkan, mereka bisa hidup tanpa bayang-bayang pria itu lagi.
"Hyung, kau mau kemana?" Jungkook menggenggam lengan Taehyung guna menghentikan langkah kaki nya.
"Lepas Jung, aku harus menemui paman Jisang." Taehyung menepis kasar tangan Jungkook dan kembali melangkah.
"Tae, jangan gegabah eoh?" Namjoon berdiri di depan Taehyung sembari merentangkan lengan berniat menghadang langkah sang Teman.
"Minggir, ku bilang Minggir dari jalan ku Namjoon Hyung!" Taehyung mendorong Namjoon hingga jatuh tersungkur, Taehyung itu memang keras kepala.
Langkah Taehyung di percepat menuju mobil nya yang teparkir di pekarangan rumah, Jungkook dan Namjoon hampir mengejar nya namun harus rela di tahan oleh Yoongi.
"Biarkan Taehyung pergi terlebih dahulu lalu kita ikuti dari belakang."
Setelah Mobil Taehyung melesat meninggalkan kawasan rumah barulah mereka bertiga mengejar nya.
Mobil yang di kendarai Taehyung meleset cepat membelah jalanan sepi Seoul menuju daerah hanam-gu, dimana rumah Jimin berada. Laki-laki itu terus saja melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi. Taehyung di paduan Emosi jelas saja bukan perpaduan yang baik.
Namun tanpa laki-laki itu sadari, di dalam bagasi mobil nya si sulung sudahlah berada di sana.
Bocah nakal itu memang tidak tidur sejak Jungkook datang ke kamar Taehyung. Jay bahkan mendengarkan semua pembicaraan keempat orang dewasa di ruang tengah. Maka sebelum Taehyung sampai ke mobil nya, dia sudah terlebih dahulu keluar melalui pintu belakang dan masuk ke dalam bagasi mobil sang Ayah.
"Kali ini tidak akan ku biarkan Appa berjuang sendirian, aku akan ikut." guman bocah itu.
Mobil Taehyung berhenti di depan gerbang rumah Jimin, pria itu menekan tombol bel dengan kasar hingga segerombolan orang berpakaian hitam keluar dari dalam rumah itu.
Jay sedikit mengintip keluar, dia juga melihat orang-orang berpakaian hitam itu. Beberapa di antara mereka berwajah familiyar di ingatan nya.
"Ah, orang itu adalah orang yang memukuli ku hari itu. Jadi mereka yang berani macam-macam pada ku, dasar jahat. Gara-gara kalian aku bertengkar dengan Appa." tutur Jay sebal sendiri.
"Aku Kim Taehyung, laki-laki yang sangat ingin bos kalian hancurkan. Jadi biarkan aku masuk!"
Teriakan Taehyung baru saja membuat Jay terkejut, selama ini dia tidak pernah mendengar Taehyung berteriak se-emosi ini. Ayah nya adalah pribadi yang lembut luar biasa jadi baru kali ini sang Ayah terdengar amat sangat menyeramkan.
"Appa, menyeramkan. Tapi tidak apa, aku suka. Keren sekali, tentu saja karena dia Appa ku."
Jay merasa mobil Taehyung kembali berjalan, beberapa menit dia hanya diam di dalam bagasi. Rasa penasaran nya mendadak meninggi ketika tidak mendengar suara-suara orang di sekeliling mobil. Bahkan suara Taehyung sudah tidak terdengar lagi.
Perlahan bocah itu mulai membuka pintu bagasi yang semula memang tidak terkunci dengan lebar, Jay keluar dan menyadari bahwa mobil nya di letakan di dalam garasi rumah ini.
"Gelap sekali, mengapa mereka memasukkan mobil Appa ku kemari uhuk uhuk."
Debu mendadak bertebaran saat tangan usil nya menyentuh plastik yang menutupi mobil di samping mobil sang ayah.
"Uhuk, uhuk. Astaga, kotor sekali. Jika halmeoni tahu pasti pemilik rumah ini sudah di marahi habis-habiskan." tutur nya ketika mengingat kelakuan sang nenek yang begitu membenci kotor.
Jay melangkah keluar melewati pintu kecil di sudut gudang, dia terus melajukan kaki nya melewati lorong gelap dan berdebu.
Trang
Deg!
Jay merasa jantung nya jatuh hingga mata kaki, suara benda jatuh dari ruangan yang baru saja dia lewati itu benar-benar membuatnya terkejut. "Siapa disana? Bukan hantu kan?" tanya nya takut-takut.
"Tolong aku."
Jawaban dari dalam ruangan seketika membuat nya ingin menangis, apakah itu suara manusia asli? "Siapa anda? Anda bukan hantu kan?"
"Jimin, Nama ku Park Jimin."
Mata Jay membulat lucu, bukankan nama itu yang sedari tadi di bicara kan oleh Ayah dan ketiga paman nya? "Paman Jimin? Benar paman Jimin?"
"Siapa kau?"
"Aku Jay, anak dari sahabat mu Kim Taehyung. Tunggu sebentar paman aku akan mencari sesuatu yang bisa di pakai untuk membuka pintu ini."
Sedang di dalam ruang tamu rumah itu Taehyung tengah duduk berhadapan dengan Jisang, ayah dari sahabat nya.
"Apa yang membawa mu datang kemari Tuan muda Kim Taehyung yang terhormat?" tanya Jisang dengan senyuman palsu nya.
"Berhenti mengusik kehidupan ketiga putra ku, aku tau paman masih memiliki dendam pada ku atas kematian Jihyun. Jadi aku akan menyerahkan diri asal, biarkan putra-putra ku hidup bahagia tanpa gangguan paman." Taehyung menatap mantap ke arah Jisang.
"Benarkah? Kau ingin menyerahkan dirimu? Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Nam cepat ikat dia."
"Welcome to the hell, Kim."
Buat siders,
Hai,
Apakah kalian bahagia hari ini? Kalo iy syukur lah. Aku cuma berharap mudah²an kalian selalu bahagia sampai kapan pun.
☺️☺️☺️☺️☺️☺️☺️
Males updete cepet lah 🥺👉👈sider nya makin banyak.
Ifa ❤️💜
Lampung, 26 juni 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top