Chapter 21
🍁 Perfect Father's 🍁
.
.
.
Ini baru di ketik dan langsung publis, jadi aku yakin typo nya bertebaran. Jdi mohon maklumi aku ya. Terima kasih 😚😂
Happy reading guys and sorry for typo
.
.
.
Taehyung memandang nanar puluhan rintik air hujan yang membasahi jendela kaca ruang rawat milik Jaeyoon. Di samping kanan nya Seokjin pun melakukan hal serupa seperti yang Taehyung lakukan. Sudah satu jam berlalu sejak Sunghoon juga Jaeyoon menceritakan semua kejadian yang terjadi beberapa bulan lalu tanpa sedikit pun di tutup-tutupi.
Kedua Ayah muda itu mendadak di hujam dengan sebuah pisau tak kasat mata bernama fakta. Mereka tidak habis pikir bahwa dalang dari semua permasalahan putra-putra mereka adalah Jimin, seseorang yang bahkan sudah mereka anggap seperti saudara sedarah. Taehyung maupun Seokjin tak percaya bahwa Jimin bisa bersikap setega itu, mereka mengenal Jimin luar dalam. Laki-laki itu tidak akan mungkin melakukan kejahatan seperti ini. Pasti ada sebuah pemicu yang mendorong ia melakukan semua tindakan itu, tetapi apa? Apa penyebab nya? Sungguh sedikit pun Taehyung dan Seokjin tidak tahu.
"Tae, aku sungguh tidak mengerti. Alasan apa yang bisa membuat Jimin bertindak seperti ini." Seokjin mengalihkan pandangan nya dan menatap lekat wajah Taehyung.
"Kita memang tidak tahu alasan seperti apa yang dia miliki Hyung, tapi kau harus percaya bahwa Jimin tidak akan melakukan ini tanpa suatu sebab yang jelas."
Taehyung melangkah menjauhi jendela dan berhenti tepat di samping ranjang pesakitan Jaeyoon yang kini di tempati oleh Sunghoon juga. Mereka berdua jatuh tertidur setelah menceritakan semua nya dan menangis dengan hebat nya.
"Dan sekarang kita harus mencari di mana keberadaan Jimin, sebab sudah genap 3 minggu ia menghilang tanpa sepatah kata apapun." imbuh Taehyung.
"Kau benar, ini semua terasa aneh dan mencurigakan. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada nya?"
Seokjin mengusap kasar wajah nya frustrasi. Dia Pening sekali memikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan aneh mengenai Jimin.
Taehyung mendadak ingat dengan insiden kecelakaan mobil yang ia alami dua minggu kemarin, Taehyung mengingat bahwa saat itu suara seseorang yang menelepon nya begitu mirip dengan Jimin atau mungkin memang benar Jimin?
"Hyung, kau tau kecelakaan tunggal yang menimpa ku dua minggu lalu?"
Taehyung mendekat ke arah Seokjin yang tengah memandang nya dengan bingung. "Iya aku tahu lalu apa hubungannya dengan Jimin, Tae?"
"Saat itu ada seseorang yang menelepon ku, dia mengatakan bahwa mobil atau lebih tepat nya tuas rem mobil ku telah di manipulasi. Dan kau harus tau suara orang itu begitu mirip, ah tidak aku yakin itu suara Jimin."
Seokjin melebarkan kelopak mata nya dan menatap Taehyung seolah menuntut kepastian. "Kau yakin?"
"Aku yakin, suara lembut dan panggilan mendayu itu benar suara Jimin. Namun entah mengapa suara itu terdengar lirih seperti seseorang yang baru saja menangis."
Mereka berdua terdiam, mencoba memikirkan kemungkinan terbesar penyebab orang itu yang mereka yakni sebagai jimin menangis.
"Ah bibi Jihye!"
Pekikan tiba-tiba Seokjin menghentikan keterdiaman mereka. Seokjin ingat bahwa Jimin pernah berkata Ibu nya itu hilang sejak lima tahun lalu, jadi apakah penyebab Jimin menangis adalah karena wanita itu?
"Kau ingat, Jimin pernah berkata bahwa ibu nya menghilang lima tahun lalu sehingga dia tinggal bersama paman Jisang sekarang. Jadi apakah mungkin bibi Jihye telah di temukan tapi dengan keadaan yang bisa saja membuat Jimin menangis, contohnya dalam keadaan tidak bernyawa?"
"Hyung jika seandainya Jimin mendengar ucapan mu dia bisa saja terluka, kau terlalu jauh berpikir hyu— uhuk.. uhuk." Taehyung menghentikan perkataan nya dan mendadak menutupi mulut menggunakan kedua tangan.
Seokjin mendekat lalu mengusap punggung sang teman guna meringankan batuk Taehyung yang terdengar menyakitkan.
"Uhuk.. Uhuk."
"Kita kembali keruangan mu ya." bujuk Seokjin melirih. Iya sebenarnya, alasan pertama Taehyung yang meminta Sunghoon untuk bertemu di tempat ini bukan karena ingin mempertemukan si tengah dengan Seokjin ataupun Jaeyoon. Melainkan memang hari ini Adalah jadwal Taehyung melakukan prosedur Plasmapheresis rutin nya.
"An--i, gwaenchanh-a uhuk.. uhuk. Aku takut ketika bangun nanti Sunghoon mencari ku hyung."
Seokjin pasrah, Taehyung tidak akan pernah mau menurut jika sudah memiliki keinginan yang kuat. Tapi Seokjin khawatir sekali sebagai seorang dokter, semenjak DVT Taehyung semakin parah laki-laki itu jadi sering sekali menunjukkan tanda-tanda adanya Emboli paru. Seperti yang di ketahui DVT sendiri merupakan gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah.
Jika gumpalan DVT semakin parah atau dalam artian bertambah banyak maka bisa saja gumpalan itu menyebar ke paru-paru dan menyebabkan pembuluh darah di paru-paru ikut tersumbat yang mana kondisi ini di sebut dengan Emboli paru.
"Tapi Tae, liat batuk mu terdengar semakin menyakitkan. Kau harus istirahat."
"Ggwaenchanh-a, jeongmal. Aku uhuk... uhuk baik-baik saja Hyung."
"Terserahlah, dasar keras kepala."
Oke, Seokjin menyerah. Manusia kepala batu satu itu memang benar-benar bebal, bebal nya hingga ke tulang.
Tok
Tok
Tok
"Appa, ini Heeseung. Aku masuk ya."
Pintu ruangan kembali terbuka dengan putra sulung Seokjin sebagai dalang dari balik nya, bocah itu perlahan melangkah masuk. Dia sedikit terkejut ketika mendapati Ayah dari Sunghoon berada di ruang rawat adik nya, Heeseung membungkuk dan menyapa Taehyung dengan sopan.
"Annyeonghase-yo."
Taehyung tentu membalas nya dengan ramah bocah yang masih mengenakan seragam sekolah nya itu, "Hallo jagoan, apa kabar hm?"
"Baik paman, paman sendiri bagaimana?"
Taehyung tersenyum, ternyata Seokjin telah mendidik putra nya dengan sangat baik. "Tentu saja baik, seperti yang kau lihat."
"Heeseung-ah Tolong jaga adik mu sebentar ya nak, Appa ada keperluan dengan paman Taehyung di ruangan Appa. Jika ada sesuatu yang mendesak kau bisa telpon Appa. Cah Appa bisa mempercayai mu kan?" Seokjin berjalan mendekati si sulung lengan nya tergerak untuk mengusap lembut pucuk kepalanya.
"Tentu saja."
"Pintar! Ya sudah Appa pergi ya sayang. Ayo Tae, ada Heeseung yang akan berjaga disini jadi jangan keras kepala lagi. Kau harus istirahat."
Seokjin menarik lengan Taehyung, sedang si empu nya tangan mendegus tak suka sebab Seokjin menarik nya bak seorang Ayah yang tengah memarahi putra nya.
Jimin menatap puluhan memar yang terlukis indah pada sekujur tubuh nya, siapa lagi jika bukan perbuatan pengawal-pengawal sang Ayah yang melakukan nya? Berulang kali laki-laki itu mencoba untuk kabur namun selalu saja gagal dan berakhir dengan di pukuli tanpa ampun begini.
Sungguh Jimin benar-benar kecewa dengan perbuatan Jisang sekarang, Jimin juga tidak habis pikir bagaimana bisa Ayahnya itu bertindak sangat kejam selama beberapa minggu terakhir ini. Ataukah memang begini sifat aslinya? Jimin yakin kejiwaan Ayahnya itu benar-benar sudah terganggu atau bahkan sudah tak lagi memiliki kewarasan?
"Dasar monster menyeramkan! Bajigan gila, lepaskan aku sekarang!" berkali-kali Jimin berteriak sembari mengumpat, sial! Seharusnya dia tidak dengan mudah mempercayai sang Ayah sejak lima tahun lalu. Harusnya Jimin sadar Ayahnya itu sejak dulu memang terlalu terobsesi untuk melakukan aksi balas dendam nya kepada Taehyung.
Lima tahun lalu ketika Ibunya di nyatakan hilang tiba-tiba sang Ayah datang dan memberikan nya bantuan untuk ikut mencari di mana sang Ibu berada. Selama empat tahun Ayahnya selalu membantunya dengan iming-iming suka rela, dan hari itu! Rasa-rasanya Jimin ingin mengutuk hari dimana dia mempercayai perkataan sang Ayah mengenai keadaan sang Ibu.
Jisang berkata Ibunya berada di korea sejak empat tahun lalu, dia berdalih bahwa Ibunya datang ke korea untuk mengunjungi mendiang Jihyun dan na'as nya harus mengalami kecelakaan dan meninggal dunia tepat setelah mengunjungi makam sang adik.
Jimin tentu saja hancur hari itu dan di kesempatan inilah sang ayah mulai menghasut nya dengan cara memfintah Taehyung, laki-laki tua itu berkata Taehyung lah yang telah menabrak Jihye, ibunya. Semua perkataan dan umpatan kebencian terus Jisang tanaman kuat-kuat di hati seorang Park Jimin. Dan tepat satu tahun lalu dia kembali datang ke korea untuk membalaskan dendam nya yang nyatanya sama sekali tidak benar.
Putra sulung Jisang itu mengetahui semua kebusukan sang Ayah tepat dua minggu lalu ketika tidak sengaja memasuki sebuah ruangan yang selama ini selalu saja Jisang kunci dengan amat rapat. Di sana Jimin seketika menjerit ketika mendapati dua buah kotak kaca berisi tubuh kedua orang yang begitu dia kasihi.
Iya, itu adalah Jasad Ibu beserta saudara kembar nya yang sudah di awetkan selama bertahun-tahun.
Gila! Jimin mendadak merasa merinding dan juga Jijik detik itu juga. Ayah nya benar-benar gila! Satu hal lagi, Jimin juga menemukan sebuah buku catatan kecil di atas kotak kaca milik ibunya.
'Kau yang sudah mengijinkan para bedebah itu untuk menyerah akan kondisi putra ku Jihyun, jadi inilah yang harus kau terima Jihye. Kematian. Tapi kau tenang saja setelah aku membunuh bocah yang menyebabkan Jihyun ku terluka aku akan menyusul mu bersama Jimin dan setelah itu kita akan hidup bersama lagi di surga kelak.'
'Pyschopath'
Adalah kata yang sekarang Jimin sematkan kepada manusia gila itu!
Jimin bahkan mendadak merasa malu sebab sejak satu tahun lalu selalu menyindir Taehyung tentang hilangnya sang Ibu, Jimin juga merasa kesal karena Taehyung sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah ketika dia menyinggung tentang ibunya saat itu. Menyesal bagaimana? Toh Taehyung benar-benar tidak tahu menahu tentang itu.
Jimin menatap nanar ke arah jendela kecil yang agak tinggi di sudut ruangan. Tangan dengan jari mugil nya perlahan menyentuh ponsel jadul yang ada di kolong tempat tidur nya.
"Taehyung, Tolong aku. Jebal."
Rangkaian kata itu dia ketik dan kirim pada seseorang yang dia anggap mampu untuk memperbaiki keadaan yang ada, hanya Taehyung yang bisa Jimin harapan untuk saat ini.
......
Yoongi bersama dengan kedua putra nya terlihat baru saja keluar dari dalam pesawat, memang tiga hari ini mereka bertiga berada di Jepang untuk menyelesaikan surat-menyurat mengenai perpindahan Kewarganegaraan mereka yang sempat terkendala oleh beberapa hal.
"Papa, Aku lapar."
"Aku juga."
Rengekan Seonu dan Seowu adalah kalimat pertama yang Yoongi dengar sesaat setelah menginjakan kaki nya kembali di korea. "Astaga, sabar sebentar okey. Kita baru saja tiba, jangan buat papa pening."
Mereka berdua merenggut, tapi tetap saja menurut. "Iya, dasar kucing gil—,"
"Apa? Jika bicara yang jelas jangan malah berguman begitu Min Seowu."
"Tidak jadi, sudahlah Ayo hyung kita jalan terlebih dahulu."
Seowu menarik lengan sang kakak untuk berjalan lebih dahulu meninggalkan Yoongi yang seperti nya hampir saja meledakan nuklir amarah.
"Tenang, Calm down Min Yoongi. Kedua iblis kecil itu memang sangat menguji iman."
Yoongi baru akan melangkah menyusul mereka berdua namun ponsel yang berada di saku celana nya mendadak berdering.
Yoongi meraih ponsel itu yang tidak lain adalah ponsel milik Taehyung, iya Yoongi meminjam nya sebab ponsel nya sendiri tercebur masuk kedalam bak air mandi karena ulah Seowu yang ingin menelepon Ibunya secara diam-diam di kamar mandi.
Yoongi mengerutkan alis nya, ada sebuah pesan masuk dari nomer yang tidak di kenal di layar ponsel itu.
"Taehyung, Tolong aku. Jebal."
Halo, apa kabar?
Masih ada yang nungguin cerita ini? Klo masih, aku cuma mau ngucapin terimakasih sebesar-besar nya untuk bersabar nunggu ini updete 🤭
Dan ada info nih, aku cuma mau bilang cerita ini bakalan ending di chapter 30, 31, atau 32 pokoknya itu... Sebab konflik Jay kan udah selesai, punya Sunghoon & jaeyoon besarta Jimin juga hampir selesai. Tinggal punya Jungwoon dan sedikit berhubungan dengan Jungkook.. 😚
Okey udh ah aku capek ngetik ny
Dadah..
Ifa💜
Lampung, 01 mei 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top