Chapter 11

🍁Perfect Father's 🍁

.

.

.

Happy reading guys and sorry for typo 😊

.

.

.

Tak ada yang tahu bagaimana rasa sakit seorang Ayah dan seorang Ibu ketika tahu bahwa sang buah hati tidak sesehat anak lainnya. Hanya mereka yang bisa merasakan rasa sesak dan pedih nya sebuah rasa takut akan kehilangan.

Dulu, Taehyung tidaklah tahu bagaimana perasaan Taewoo dan Juhyun ketika dirinya di vonis mengalami gagal ginjal ketika jatuh dari atas kuda bertahun-tahun lalu. Taehyung bahkan merasa kesal sebab mereka terlalu mengkekang dan bersikap berlebihan pada nya.

Namun sekarang, Taehyung mengerti bagaimana perasaan mereka, Taehyung tahu bagaimana rasa sesak dan sakit nya. Ada rasa takut yang tiba-tiba timbul di dasar Jiwa juga kata kehilangan yang selalu melintas dalam benak nya.

Sebuah naluri seorang Ayah yang ingin melindungi buah hati tercinta mendadak muncul dan memuncak hingga ubun-ubun, Taehyung jadi Tahu alasan mengapa Ayah dan Ibu nya dulu bersikap berlebihan pada nya. Mereka melakukan nya semata-mata demi untuk melindungi dan mempertahankan buah hati kesayangan mereka.

Taehyung terlihat mengusap lembut punggung si bungsu yang ada di gendongan. Bocah itu baru saja terlelap setelah lebih dari dua jam menangis dan meraung meminta Taehyung untuk memaafkan tindakan bodoh nya. Taehyung tentu saja memaafkan Jungwon tanpa di minta, Taehyung juga berkata bahwa dia mengerti perasaan si bungsu jadi tak apa bila Jungwon tak mampu menjelaskan pada nya.

"Appa akan melakukan apapun untuk kesembuhan mu sayang, walaupun Appa harus bersujud di hadapan keluarga kandung mu Appa akan melakukan nya." lirih Taehyung ketika mengingat perkataan Kang Uisa tadi siang.

"Begini Presdir Kim, Prosedur transplantasi memang cara terbaik dan tercepat untuk mencapai kesembuhan. Namun mencari donor sel punca begitu sulit di dapatkan, sel punca itu harus memiliki kesamaan genetik dengan penerimanya. Dalam mayoritas nya, pendonor berasal dari anggota keluarga seperti orang tua, kakak, adik, ataupun keluarga sedarah lainnya. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa sel punca milik orang lain juga dapat memiliki kesamaan walau hanya 10% dari persentase."

Cairan bening itu terlihat menetes di kedua sudut mata elang laki-laki itu, Taehyung merasa kecewa sebab hasil dari pemeriksaan nya tadi siang tidak lah cocok dengan si bungsu. Dia merasa bodoh sebab menggantungkan harapan nya pada persentase angka 10% itu padahal jelas-jelas dirinya tahu bahwa Jungwon bukan lah putra biologis nya jadi tentu tak mungkin mereka memiliki kesamaan genetik.

"Putra ku sakit dan aku tidak bisa berbuat apapun untuk kesembuhan nya. Maafkan Appa nak, maaf karena Jungwon harus memiliki seorang Ayah yang bodoh seperti ini." batin nya.


Chu~


Taehyung mencium kening si bungsu lalu meletakkan tubuh mungil itu pada ranjang besar yang ada di tengah-tengah kamar. Taehyung sedikit mengusap pucuk kepala Jungwon ketika di rasa bocah itu terganggu dengan aktivitas nya.

"Eugh~"

"Syutt, Tidur lagi ya nak ini masih malam."

Selama berbeda menit Taehyung terus melakukan hal itu hingga si bungsu kembali terlelap, setelah memastikan Jungwon tidur barulah Taehyung mulai melangkah ke luar. Laki-laki itu berniat pergi menuju kamar putra kedua nya.

Saat Taehyung membuka pintu kamar Sunghoon yang dia dapati hanyalah lampu kamar yang menyala tanpa adanya sosok si pemilik kamar.

"Hoon-ie?"

Taehyung memindai isi kamar itu seraya memanggil lembut nama sang buah hati.




Brukkk




Jantung Taehyung bergemuruh ketika mendengar suara debuman dari arah kamar mandi.

"Hoon-ah kau di dalam nak?"

Tak ada balasan apapun hingga suara tangisan itu membuat Taehyung langsung menubruk kencang pintu kamar mandi dan mendapati putra kedua nya sudah terduduk di atas lantai kamar mandi seraya menangis dan memegangi lutut kanan nya.

"Astaga nak, kenapa bisa jatuh hm?"

"Hiks hiks lutut Sunghoon sakit lagi Appa hiks hiks ti—dak bisa berdiri."

Sunghoon terisak lebih keras ketika Taehyung datang dan bertanya pada diri nya, sedang Ayah tiga anak itu dengan gerakan gesit mengangkat tubuh Sunghoon dan membawa nya menuju ranjang.

Tangisan Sunghoon semakin kencang ketika dia merasa rasa sakit itu mendadak muncul lagi dan menyakiti nya. Taehyung membuka celana piyama yang di kenakan Sunghoon dan menatap sedih lutut kanan bocah itu, disana masih terlihat jelas sebuah luka hasil operasi dari tiga bulan lalu. Taehyung tentu ingat bagaimana putra kedua nya itu harus mendapatkan luka juga kesedihan luar biasa akibat sebuah kejadian di masa lalu.

"Tae, Sunghoon mengalami cedera ACL atau Anterior Cruciate Ligament, ligamen lutut anterior putra mu tertarik dan terlepas dari tulang kering nya ini terjadi akibat benturan keras yang dia alami. Kita harus melakukan prosedur pembedahan secepatnya, namun ada satu kabar buruk lagi Tae. Setelah ini Putra mu di vonis tak kan bisa bermain Ice skating lagi, dia harus mengubur mimpi dan cita-cita nya untuk menjadi seorang Atlet Ice skating. Maafkan aku."

Taehyung mengela napas lalu tersenyum manis pada si tengah guna menenangkan bocah itu untuk berhenti menangis.

"Syutt, jangan menangis ya nak? Appa pijit mau tidak? Atau mau Appa panggilkan paman Seokjin saja? Sunghoon mau pilih yang mana?"

Sunghoon menatap wajah Taehyung dengan mata berkaca-kaca. "Appa pijit saja."

Ya, sebenarnya Taehyung sudah tau bahwa Sunghoon tidak akan memilih pilihan yang kedua. Putra keduanya itu masih nampak begitu enggan atau sedikit canggung apabila bertemu Seokjin, Ayah dari Jaeyoon sahabat nya Dulu. Akibat kejadian tiga bulan lalu.

"Yasudah sini Appa pijit kaki nya, Aigoo sudah besar sekali jagoan Appa yang jelek ini."

"Ish..Appa! aku tidak jelek."

"Tidak jelek bagaimana? Coba berkaca dan lihat seberapa jelek rupa mu nak."

"Tidak jelek kok."

"Jelek."

"Tidak."

"Jelek."

"Tidak."

"Jelek."

"Tidak."

"Lihat jelek sekali jika masih menangis."

Sunghoon menatap wajah Taehyung kesal kemudian menutupi seluruh tubuh nya menggunakan selimut dengan gerakan cepat.

"Sunghoon mau tidur saja, sakit nya juga sudah hilang. Jadi Appa boleh pergi, Lagian dari tadi Appa nakal."

Suara bocah itu terdengar kecil sebab teredam oleh selimut tebal nya, namun Taehyung tetap mampu mendengar nya. Laki-laki itu tersenyum kemudian mengusap lembut pucuk kepala si tengah yang nampak menyembul dari ujung selimut.

"Araseo, Appa pergi. Tidur yang nyenyak jagoan jelek, Appa menyayangi mu."

Taehyung melangkah menuju saklar lampu lalu mematikan nya, sebelum Taehyung menutup pintu kamar pekikan Sunghoon tiba-tiba terdengar dan berhasil membuat dia tersenyum bahagia.

"Aku tidak jelek! Dan Sunghoon juga sayang Appa. Selamat malam."

"Kim Jaeyoon minum obat mu!"

Ya begitu lah berisik nya rumah megah milik seorang Single parent bernama Kim Seokjin. Laki-laki tampan berbahu lebar itu kesal sekali sebab mendapatkan laporan dari sulung nya tepat setelah dia pulang dari rumah sakit bahwa si bungsu lagi dan lagi melewatkan jadwal minum obat nya dengan sengaja.

"Heeseung Hyung! Dasar tukang adu!"

Bocah itu menatap sengit pada sang kakak yang tengah bersembunyi di belakang tubuh besar Seokjin.

"Jangan salahkan kakak mu Jaeyoon, disini kau yang bersalah."

Seokjin berkata dengan nada tegas nya membuat si bungsu menunduk takut seraya memilin ujung baju yang dia kenakan hingga kusut sekali.

Huh!


Helaan napas lelah Seokjin hembuskan, laki-laki berumur empat puluhan itu memilih mengalah dan melunturkan wajah datar nya seraya mengulurkan tangan pada si bungsu berniat mendekap tubuh yang terlihat rapuh itu.

"Sini Appa peluk jagoan."


Grepp


Jaeyoon melangkah mendekat dan menubruk tubuh hangat sang Ayah, bocah itu entah kenapa jadi ingin menangis ketika merasakan usapan lembut di punggung dan kepala nya.

"Kenapa tidak di minum obat nya hm?"

"Tidak mau pahit Appa, tidak enak hiks hiks."

"Hei kenapa menangis jagoan? Syutt yasudah tak apa bila tidak mau minum obat sekarang, tapi janji besok pagi di minum ya nak?"

Bocah itu mengangguk seraya mempererat rengkuhan nya sedang Seokjin hanya bisa mengusap punggung sempit itu perlahan. Ingatan tentang hari itu kembali singgah di fikiran nya.

Hari itu bukan hanya putra kedua Taehyung yang terluka melainkan putra bungsu nya juga. Bungsu nya kini tak lagi seperti dulu, putra peninggalan terakhir mendiang istri nya yang begitu dia jaga kini tidaklah sesehat anak lainnya sejak peristiwa tiga bulan lalu itu terjadi.

"Sudah jagoan berhenti menangis ya? Tidak malu dengan hyung mu hm? Dari tadi Heeseung Hyung lihat loh?"

Heeseung yang sedari diam memperhatikan seketika menegakkan tubuh nya.

"Jaeyoon Tidak perduli huh!"

"Dasar! Hei aku juga ingin di peluk Appa ya bocah cengeng."

Heeseung menyingkirkan tangan sang adik dan memeluk tubuh Seokjin erat sekali hingga bocah yang merasa tersingkir merengut kesal dengan wajah tertekuk.

"Aigoo, Tidak adik tidak kakak sama-sama tidak mau mengalah. Sudah sini Appa peluk dua-duanya."

Seokjin menarik tubuh kedua buah hati nya dan merengkuh nya erat sesekali dia juga akan menciumi pucuk kepala keduanya bergantian.



Chu~

Chu~



"Appa sayang Heeseung Hyung dan si cengeng Jaeyoon."

"Tidak Cengeng!"

"Iya iya, tidak Cengeng."

.....

Pukul sepuluh Jungkook dan Taewoo terlihat melangkah memasuki rumah megah mereka, raut wajah lesu juga lelah tercetak jelas di sana. Pekerjaan mereka bertambah dua kali lipat sebab Taehyung yang berhenti bekerja, tapi mereka tidak bisa mengeluh karena berhenti nya si sulung keluarga Kim memanglah keinginan mereka juga.

"Hyung kau belum tidur?"

"Apa yang kau lakukan nak?"

Jungkook juga Taewoo menatap heran Taehyung yang tengah terduduk di sofa ruang tamu seorang diri.

"Seong-ie belum pulang Appa, Jungkook. Aku khawatir sekali."

Jungkook memutar bola mata nya malas, sungguh terbuat dari apa sebenarnya hati sang kakak? Kenapa dia masih tetap memperdulikan bocah tidak tahu diri itu? padahal sudah berulang kali Hati nya tersakiti karena kelakuan atau ucapan bocah itu.

"Hyung! Berhenti memikirkan bocah tidak tahu diri itu eoh! Aku sungguh muak melihat kau mengkhawatirkan dia yang jelas-jelas sudah menyakiti mu terlalu jauh! Kau itu bodoh atau apa eoh?"

Jungkook melangkah mendekati Taehyung dan mencengkeram bahu sang kakak menggunakan kedua tangan.

"Aku mohon hyung, aku tidak ingin kau menyiksa diri mu lagi. Bocah itu sudah tahu segalanya dan dia memilih untuk pergi jadi kau juga harusnya berhenti sekarang, sudah cukup sampai disini!"

Setelah puas mengatakan isi hati nya Jungkook langsung melangkah cepat menuju kamar nya, meninggalkan Taehyung dan Taewoo yang sama-sama nenghela napas bersamaan.

"Tae, Jangan fikirkan ucapkan adik mu itu dia hanya terlalu mengkhawatirkan perasaan mu. Sudah ya nak Appa ingin pergi ke kamar juga dan Jangan menunggu terlalu lama Tae fikirkan kesehatan mu juga eoh?"

Taehyung mengangguk seraya tersenyum pada Taewoo, Taehyung kembali duduk di sofa itu setelah sang Ayah sudah benar-benar pergi menuju kamar nya.

Tanpa seorang pun tahu bocah yang menjadi sumber permasalahan mereka tengah berdiri di samping pintu utama rumah megah itu seraya meremat kuat kedua telapak tangan nya.

"Aku memang anak tidak tahu diri, Jadi jangan menangis karena kau tidak pantas Jay!" batin nya.


Aku updete yuhu...

Chapter ini sungguh hambar sekali 🤧

Aku ga tau harus nulis ap astaga,,, stuck bngt ide nya... 🤧🤧🤧

Udh ya aku bingung mau ngomong apa lgi..

Cukup sekian dan terima kasih.

Jay senyum mu menghangat hati Eomma nak 🙈🙉🤛

Hei ganteng bawa aku pulang dong 🤧

Ifa💜❤️

Lampung, 8 januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top