BAB 9
Parker Coparation tampak sibuk hari itu, karena hari ini adalah pertemuan penting dimana Delvian akan diangkat menjadi direktur utama Parker Grup. Delvian datang bersama grandma nya dan juga Aurora yang datang mengenakan setelan jas wanita lengkap bewarna cream.
Mobil yang membawa mereka sampai di depan loby kantor. Elizabeth turun bersama Aurora yang berjalan di samping nya. Semua staf menyambut kedatangan pimpinan utama Parker Grup. Hari dimana Delvian akan memimpin Parker Grup secara utuh tiba juga.
Namun, dari semua itu kehadiran Aurora lah yang paling menyita para staf disana. Mereka bertanya-tanya siapa wanita yang datang bersama Nyonya besar dan tuan muda. Mereka berjalan menuju ruang rapat yang sudah di penuhi oleh para pemegang saham.
Elizabeth duduk di kursi utama miliknya dimana Delvian dan Aurora berdiri di samping nya. Wibawa Elizabateh sebagai pemimpin perusahan masih terlihat jelas walau kini usia nya sudah tidak lagi muda.
" Senang bertemu kalian kembali. Rasanya sudah lama tidak menginjak kan kaki ke ruangan ini lagi". Elizabeth menatap para petinggi yang menjadi pemegang saham di perusahaan nya.
"Kami harap nyonya sehat selalu". Ujar salah seorang pemegang saham.
"Terima kasih, aku tidak akan berbasa-basi terlalu lama. Seperti yang sudah kita ketahui. Cucu tertua ku Delvian Parker sekaligus wakil direktur Parker Grup merupakan calon pewaris utama dari perusahaan ini." Elizabeth menjeda sesaat bicaranya dan menatap ke arah mereka semua.
"Aku berterima kasih kalian telah membantu dan mempercayainya selama ini dalam menjalankan perusahaan. Kini tampuk kepimpinan utama perusahaan ini akan aku serahkan kepada cucu tertua ku. Selaku Direktur Utama Parker Grup Delvian Parker". Para pemegang saham yang ada disana berdiri memberikan tepuk tangan. Delvian membungkuk memberi salam hormat ketika Grandamanya kini dengan sah menjadikan nya Direktur utama Parker Grup.
"Keputusan ini aku ambil karena aku merasa yakin kini cucu ku sudah sangat dewasa dan bisa mengambil keputusan. Aku juga ingin menyampaikan kabar gembira lain nya". Aurora dan Delvian menjadi tegang saat ini. Ketika grandma melirik ke arah mereka.
" Belum lama ini Cucu ku telah memutuskan untuk meminang wanita yang telah membuatnya bertekuk lutut. Mereka telah melangsungkan pernikahan di Inggris beberapa waktu lalu dengan keluarga dan orang terdekat. Mungkin ini mengejutkan bagi kalian namun aku senang mendapati kabari ini. Mereka anak muda dan terlalu bersemangat. Kini aku juga sedang menanti cicit ku dari mereka". Sontak ruangan menjadi sedikit heboh dengan kabar itu. Mereka menatap ke arah Delvian dan Aurora.
"Bukan hal baru jika keluarga Parker mengadakan pesta tanpa mengundang orang banyak. Tapi aku dengan senang hati memperkenalkan cucu menantuku sekaligus istri dari Delvian, Aurora". Aurora maju sedikit dan tersenyum kepada semua yang menantapnya. Aurora juga menunduk kan kepala memberi tanda salam yang sopan kepada mereka semua.
"Perkenalkan saya Aurora, istri dari Delvian Parker".
"Aurora Parker, dia juga akan menjadi wakil direktur menadampingi Delvian. Dimana semua saham milik ku menjadi milik Aurora". Semua pemegang saham disana tercengang. Elizabeth memang wanita pembisnis. Meski tidak lagi memegang perusahaan namun dia meletak kan semua sahamnya kepada cucu dan menantunya.
"Nyonya kami senang mendagar kabar ini. Selamat untuk Tuan Delvian dan Nona Aurora. Hanya saja apakah sudah tepat menjadikan nona Aurora memegang posisi penting ini? ". Beberapa pemegang saham mulai menatap ragu ke arah Aurora. Elizabeth tersenyum dan duduk dengan santai di kursinya. Aurora tampak gugup menyadari tatapan tidak percaya mereka terhadap dirinya.
"Aku tahu kekhawatiran kalian. Tapi aku tidak memilih seseorang tanpa berdasarkan penilaian. Aurora lebih dari pantas untuk memegang posisi ini. Bersama Delvian mereka akan mampu memajukan perusahaan Parker lebih besar lagi aku mempercayai mereka". Elizabeth berujar dengan tegas dan mantap. Membuat semua yang ada disana terdiam.
"Aku dan Aurora akan berusaha semampu kami memimpin perusahaan ini. Kami hanya butuh bantuan dan suport dari kalian". Delvian buka suara setelah diam cukup lama. Mereka mangut-mangut mendengar perkataan Delvian.
"Baiklah aku rasa semua sudah jelas. Aurora akan mulai bekerja hari ini dan Delvian akan memperkenalkan perusahaan kepadanya. Rapat hari ini selesai".
Mereka semua keluar dari ruangan rapat. Begitu juga Delvian dan Aurora. Elizabeth berjalan keluar dari perusahaan menuju mobil untuk kembali ke rumah. Aurora mengantar kepulangan grandmanya sampai di loby depan begitu juga dengan Delvian.
"Delvian kau harus menjaga Aurora jangan sampai dia kelelehan".
"Iya grandma".
"Aurora tanya kan saja semua kepada Delvian atau asistennya jika ada yang tidak kau mengerti".
"Baik grandma".
"Jika begitu aku pergi dulu sampai jumpa di rumah". Mobil yang membawa Elizabeth pun pergi meninggalkan kantor Parker. Menysiakan Delvian dan Aurora disana bersama asisten mereka.
****
"Aurora".
"Iya".
"Ini Melisa dia akan menjadi Sekretsris sekaligus Asisten mu mulai hari ini". Delvian memperkenalkan Melisa kepada Aurora.
"Salam Nona saya Melisa yang akan melayani nona. Jika anda membutuhkan bantuan silahkan menghubungi saya". Aurora tampak canggung mendapati asisten pribadi. Karena selama ini dia terbiasa melayani bukan dilayani.
"Terima kasih Melisa, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik".
"Baik Nona".
"Melisa ajak Aurora mengelilinggi kantor ini. Aku akan pergi untuk rapat".
"Baik tuan".
"Jika kau lelah beristirahat saja jangan memaksakan diri".
"Baik Delvian". Delvian berlalu bersama Jackson menyisakan Aurora dan Melisa di loby.
"Mari Nona saya ajak anda berkeliling".
"Baiklah ayo". Aurora dan Melisa memulai tour mereka mengelilinggi kantor. Melisa juga memperkenalkan Aurora ke setiap bagian di kantor Parker. Sebagian dari mereka cukup tercengang dan terekjut mendapati kedantangan Aurora. Namun, status Aurora sebagai istri Delvian lah yang membuat mereka semua tercengang.
Mereka tidak menyangaka jika Boss mereka sudah menikah dan kini akan memiliki anak. Aurora memang cantik dan terlihat lembut. Namun mereka tidak berpikir dia lebih memukau dari Claire adiknya Delvian. Di tambah rumor yang mengatakan jika kekasih Delvian adalah seorang super model sekaligus Artis menjadikan mereka merasa heran menatap Aurora yang terbilang sangat sederhana.
Aurora mengabaikan semua pandangan menilai mereka terhadap dirinya. Meski mungkin dalam hatinya dia merasa sangat gugup dan tidak percaya diri tapi dia mencoba menahan nya. Di tengah perjalanan Aurora mengelilingi kantor Aurora tidak sengaja menabrak seorang pria yang hampir membuat nya jatuh namun beruntung pria itu segera membantunya.
"Bruuk". Aurora kehilangan keseimbangan nya dan hampir jatuh. Sebuah tangan kokoh dengan sigap membantunya.
"I'm sorry are you oke? ". Suara berat dan lembut mengalun di telinga Aurora. Manik indah Aurora bertemu dengan pria bermata hinau zamrud tersebut. Aurora dengan cepat melepas rangkulan pria itu yang memegang pinggangnya.
"Maaf tuan saya tidak sengaja". Pria itu tersenyum.
"Takdir memang aneh kita bertemu lagi Aurora". Aurora mengeryitkan dahi dalam.
"Maaf apa aku mengenalmu? ".
"Sammy, pria di Mall" . Aurora mencoba berpikir keras dan baru teringat dengan pria yang dia tabrak saat di Barcelona.
"Oh ya ampun benar kau pria itu, ya tuhan kenapa aku suka sekali menabrakmu". Sammy terkekeh pelan dan menatap Aurora.
"Tidak masalah aku senang yang melakukan itu kau".
"Jangan begitu tuan aku tidak enak".
"Ayolah jangan membuat aku merasa tua dengan pangilan tuan". Aurora terkekeh pelan.
"Maaf Sammy".
"Sam call me Sam".
"Baiklah Sam".
"Nah begitu baru benar, apa kau bekerja di sini? ". Sammy melihat tampilan Aurora yang tampak rapi.
"Iya aku bekerja disini".
"Wow kau banyak memberi kejutan nona". Aurora tertawa kecil. Tawa yang selalu bisa menghipnotis Sammy. Di tengah obrolan singkat Aurora dan Sammy. Delvian melintasi lorong dan melihat keduanya sedang mengobrol asyik.
Delvian mengeryitkan dahi dalam mendapati sahabat sekaligus rekan kerja nya ada di kantornya dan sedang mengobrol dengan istrinya. Delvian menyapa keduanya yang sedang asyik mengobrol.
"Sam, sejak kapan kau disini? ". Suara Delvian mengalihkan fokus Sammy ke arahnya. Sammy tersenyum ke arah Delvian.
"Hay sobat, aku hanya berkunjung. Lama tidak menemuimu".
"Kau tidak bermaksud untuk menyainggi proyek ku kali inikan? ". Sammy terkekeh dan kemudian menatap Aurora sekilas yang tampak diam.
"Tentu saja tidak, ada yang lebih menarik dari proyek mu disini. Kau tidak mengatakan nona ini karyawan mu". Delvian menatap Aurora sejenak. Dia sadar jika Sammy belum mengenal Aurora.
"Dia Aurora, wakil direktur Parker Grup yang baru". Sammy terkejut mendengar hal itu.
"Oh really? Jadi kau resmi menjadi Direktur sekarang dan nona ini wakilnya? Bagaimana bisa?".
"Cerita yang panjang, dia sekarang sekaligus istriku". Hal itu lebih membuat Sammy terkejut mengenai fakta jika Delvian sudah menikah dan Aurora adalah istrinya.
"Kau sudah menikah dan dia istrimu? ". Delvian menghela nafas dia sudah membuat orang cukup syok hari ini. Jika semua orang beraksi seperti Sammy dia tidak bisa membayangkan bagaimana rekasi Sherlin jika mengetahui semuanya.
"Ayo ke ruangan ku,ceritanya panjang, Aurora kau bisa kembali ke kantormu".
"Baiklah aku permisi dulu. Sam sekali lagi maaf karena menabrakmu". Sammy hanya tersenyum simpul dan Aurora berlalu dari hadapan mereka.
Delvian membawa Sammy bersama nya menuju ruang kantor miliknya. Sammy duduk di sofa menunggu cerita Delvian yang telah mengusik keingintahuan nya terlebih mengenai bagaimana Aurora menjadi istrinya.
"Jadi bagaimana bisa kau berakhir menikah dengan Aurora? Seingatku kekasih terakhirmu bernama Sherlin".
"Dia masih kekasihku". Sammy terkejut mendengar penuturan Delvian.
"Hah..? Really? Lalu bagaimana Aurora? ".
"Singkat cerita aku menikahinya karena sebuah kecelakaan, dimana kini dia hamil anak ku". Sammy hampir jantungan hari itu karena berita mengejutkan dari Delvian. Namun expresi wajahnya masih bisa di sembunyikan dengan senyum datar.
"Jadi maksudmu kau menikahi Aurora karena dia mengandung anak mu? ".
"Iya itu tidak sengaja terjadi kami mabuk saat itu dan kemudian melakukan nya tanpa sadar pada akhirnya dia hamil dan di ketahui grandama yang memaksa kami menikah". Sammy akhirnya paham mengapa Delvian bisa tiba-tiba menikah.
"Apa Sherlin mengetahuinya? ".
"Tidak, dia membatalkan rencana liburan kami saat aku sudah di Barcelona. Untuk mengikuti audisi syuting Hollywood".
"So Aurora hanya menikah demi anak mu? ".
"Iya kami akan bercerai setelah anak itu lahir. Grandma akan mengancam mencabut warisan ku jika aku tidak bertanggung jawab dengan anak itu". Sammy menghela nafas dan menyesap tehnya santai.
"Aurora setuju dengan semua pengaturan ini? ".
"Iya dia setuju dan dia juga tahu aku masih menjalin hubungan dengan Sherlin. Bagaimana kau bisa mengenal Aurora? ". Sammy tersenyum dan meletak kan tehnya.
"Kami bertemu tidak sengaja saat di Barcelona. Kita tidak bertemu disana karena ku pikir kau menghabiskan waktu bersama Sherlin".
"Pantas saja, aku lupa jika kau juga berlibur kesana, jadi apa yang membawa mu kesini? ".
"Ada pesta di kediaman ku, pesta ulang tahun perusahaan, datang lah bersama Aurora".
"Aku tidak bisa membawanya". Sammy mengerutkan kening menatap Delvian.
"Kenapa? ".
"Media tidak mengetahui pernikahan ku dengan Aurora. Dan mereka tidak boleh sampai tahu. Pernikahan ku dan Aurora tidak di ketahui publik kecuali orang kantor dan pemegang saham".
"Jadi kau akan menyembunyikan hubunganmu dengan Aurora di depan publik? ".
"Iya begitulah". Sammy menghela nafas merasa kasian dengan nasib Aurora.
"Delvian".
"Hmm apa? ".
"Aku memberitahu mu sebagai sahabat, Aurora wanita yang baik aku harap kau memperlakukan nya dengan baik. Dan sebagai rekan bisnis aku mengundang nya datang ke pestaku, aku akan memberikan undangan ini langsung kepadanya".
Delvian terpaku mendengar perkataan Sammy yang terlihat jarang sekali perduli dengan seorang wanita.
"Tumben sekali kau perhatian dengan seorang wanita? Dan itu istriku? ".
"Karena dia istrimu makanya aku perduli, aku mengangap nya teman sekaligus adik untuk ku, jadi jangan sakiti dia atau akan melindunginya".
Delvian merasa seolah Sammy mengatakan jika dia tidak bisa menjaga Aurora pria itu akan mengambil nya. Mendengar hal itu Delvian cukup terusik.
"Aku tahu selama pernikahan berlangsung aku akan menjaganya dengan baik. Kau tidak perlu khawatirkan itu".
"Bagus lah, jika begitu aku permisi dulu dan undangan ini".
"Biar aku yang memberitahunya". Sammy mengulum senyum simpul dan bangkit dari sofa.
"Oke jika begitu aku pergi dulu.. Sampai jumpa di pesta". Sammy beranjak dari sofa meninggalkan Delvian sendirian.
Delvian menyenderkan tubuhnya dan menarik nafas lelah. Dia tidak mengerti mengapa pesona Aurora begitu kuat membuat semua orang menyukainya dan melindunginya. Bahkan Sammy yang tidak pernah perduli dengan wanita pun ikut melindungi wanita itu. Cukup dia menghadapi grandmanya yang begitu menyanganggi Aurora dan kini datang Sammy yang datang bagai malaikat pelindung bagi Aurora. Delvian lelah dan mencoba memejamkan matanya namun ketukan di pintu membuatnya membuka mata lagi.
"Tok tok".
"Masuk". Pintu terbuka dan Aurora berdiri di ambang pintu dengan menunduk kan wajahnya. Delvian menatap Aurora dengan sorot mata sulit diartikan. Tatapan yang membuat Aurora gugup dan takut.
"Delvian aku ingin bertanya mengenai laporan perusahaan bulan lalu".
"Kenapa tidak bertanya kepada Melisa atau Jackson? ". Suara dingin Delvian seketika membuat Aurora ketakutan. Delvian tampak marah dan itu menakutkan.
"Mereka sedang sibuk aku tidak enak menganggu".
"Apa kau tidak melihat aku juga sedang sibuk? Mereka di gaji untuk melayani kita sudah seharusnya kau meminta kepada mereka.. Apa kau tidak tahu bagaimana bekerja sebagai istri seorang Direktur dan menggunakan kekuasaan mu haa..!! ". Aurora terlonjak kaget mendengar Delvian membentaknya dengan nada tinggi dan amarah. Aurora baru pertama kali melihat Delviah semarah itu.
"Maaf, aku hanya berpikir akan lebih nyaman bertanya dengannmu, aku belum terbiasa dengan mereka, maafkan aku jika menganggumu, aku permisi". Aurora keluar dengan cepat dari ruangana Delvian sembari manahan air matanya yang akan tumpah.
Aurora berlari keluar dari ruangan Delvian sembari menghapus Air matanya. Delvian tersadar dirinya sudah terbawa emosi dan membentak Aurora. Delvian meremas rambutnya kasar.
"Shitt.. Apa yang aku lakukan.. Arrgh Aurora tunggu". Aurora tidak memperdulikan teriakan Delvian. Dia terus berjalan cepat sembari menghapus air matanya dan berjalan menuju tingkat tertinggi gedung.
"Nona anda mau kemana? ". Melisa melihat Aurora yang berjalan menunduk sembari mengelap matanya. Tak lama Delvian menyusul Aurora.
"Tuan.. ". Delvian tidak memperdulikan Melisa dan para staf yang melihatnya menyusul Aurora. Mereka disana menerka-nerka apa yang baru saja terjadi dengan pasangan yang baru menikah itu. Tatapan penasaran para staf langsung tertuju kepada kedunya.
"Aurora tunggu kau mau kemana". Aurora tidak perduli dengan pangilan Delvian dia mamasuki lift dan menekan tombol teratas gedung. Delvian menyusul Aurora keatap gedung dengan langkah gusar.
To be continue.. Sedikit pemberitahuan, cerita ini akan lama dan akan banyak alur dan konflik di cerita ini akan sedikit lebih kompleks so mungkin akan jauh lebih panjang dari cerita-cerita sebelumnya tapi author harap kalian tetap bisa Menikmati nya..so stay tune dont forget vote and happy reading 🌹🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top