BAB 5
Hujan deras menguyur jalanan london sore itu,Aurora yang kini berjalan tanpa arah tujuan hanya bisa pasrah ketika hujan menguyur basah tubuhnya. Setelah menemui makam ibunya Aurora terus berjalan menyusuri trotoar jalan membawa koper miliknya. Sembari mengelus pelan perutnya Aurora terisak mengingat nasib malang nya.
"Maafkan mama ya nak,mama gagal menjagamu dengan baik maafkan mama" Gumam Aurora lirih memegang perut rata miliknya. Aurora tidak tahu harus kemana dia tidak punya tujuan. Dia teringat akan sahabatnya Gina dan ingin menghubungi Gina namun ponselnya mati dan juga Gina saat ini sedang berada diluar kota karena pekerjaan nya.
Air mata Aurora semakin turun dengan deras sederas hujan yang membasahi tubuhnya,dia merapatkan sweter yang dia kenakan,pandangan Aurora mulai mengabur kembali ketika hujan turun semakin deras serta guntur petir yang menyambar sore itu. Aurora duduk berjongkok di bawah pohon yang cukup rindang berteduh disana walau tidak melindungi dirinya sepenuhnya.
Mobil yang Delvian dan Grandma nya tumpangi kini sudah memasuki jalanan London. Mereka datang dengan cepat menggunakan pesawat jet pribadi milik keluarga Parker. Mereka akan berkunjung ke rumah Aurora segera sore itu.
"Grandma bagaimana jika informasi yang Grandam dapat itu salah" Delvian masih mencoba membujuk Grandma agar tidak menemui Aurora.
"Grandma tidak pernah salah dalam menemukan informasi"
"Tapi Grandma,aku tidak bisa menikahi wanita itu..!!" Delvian prustasi sendiri dengan kelakuan Grandmanya yang menginginkan dirinya menikah dengan Aurora.
"Delvian wanita itu gadis yang baik dan polos,dia juga datang dari keluarga baik-baik kau sudah menidurinya tentu saja kau harus menikahinya"
"Tapi aku hanya mencintai Sherlin grandma"
"Lupakan Sherlin dia wanita yang hanya memikirkan dirinya sendiri"
"Grandma..!! Sherlin tidak begitu dia mencintaiku..!!"
"Terserah intinya kau harus menikah tidak perduli siapa wanita nya"
"Grandma..grandama ingin mengulang kembali kesalahn Claire dan Melviano?? Grandma ingin ak berakhir merasakan perceraian begitu??" Grandma menghela nafas melihat Delvian.
"Delvian buka begitu..tentu saja grandma ingin kau bahagia"
"Jika begitu jangan memintaku menikahi wanita yang tidak aku cintai dan inginkan" Kesabaran Delvian habis. Dia tidak tahu lagi bagaimana melawan grandma nya. Merajuk kepada grandma nya dan mengungkit masalah Claire adalah jalan terbaik.
"Kau menginginkan gadis itu jika tidak begitu mengapa kau bisa menolong dan menidurinya"
"Sudah aku katakan itu hanya kebetulan grandma"
"Tidak itu takdir Delvian,kalian di takdirkan untuk bertemu dan bersama..!" Delvian langsung diam ketika grandma nya mengungkit masalah takdir. Dia jadi teringat akan perkataan Nelson saat di Barcelona,tidak ada kebetulan semua adalah takdir. Apakah memang pertemuan nya dengan Aurora adalah sebuah takdir. Delvian masih sulit untuk mempercayainya.
Hujan semakim deras menguyur jalanan London,Aurora berdiri dengan susah payah kepala nya mulai terasa pusing lagi dan kini semakin berat. Tubuhnya juga mulai mengigil kedinginan. Orang-orang yang berlalu lalang melewati trotoar jalan melihat ke arah Aurora. Saat Aurora akan bangun dia malah jatuh pingsan kembali.
Bruuukkk
Aurora jatuh pingsan di jalanan,orang-orang yang lewat langsung berhenti melihat kondisinya. Mereka mencoba membangunkan Aurora namun tubuh Aurora tergulai lamah di jalanan yang di guyuri hujan lebat. Di tengah kepanikan orang-orang yang melihatnya,mobil yang Delvian dan grandmanya berhenti karena melihat kerumunan manusia yang kini menghalangi jalanan.
"Ada apa? Kenapa berhenti??" Grandma Delvian bertanya kepada supir yang mengemudi.
"Maaf nyonya sepertinya ada seseorang yang jatuh di jalanan di depan"
"Apakah kecelakaan??"
"Jika dilihat tidak ada mobil atau kendaraan yang tampak menabrak"
"Coba lihat dan cek"
"Baik nyonya"
"Aku ikut..grandma tetap disini"
"Iya hati-hati hujan sangat lebat gunakan payung" Delvian turun bersama supir mobil mereka dan berjalan menuju ke arah kerumunan.
Delvian melihat tangan seorang wanita tampak tergulai di jalanan yang di guyuri hujan lebat. Tubuh Aurora jatuh membelakangi Delvian jadi wajahnya tidak tampak.
"Permisi maaf ada apa ini??" Delvian menerobos masuk ke dalam kerumunan saat itu.
"Ada seorang wanita muda tiba-tiba pingsan di jalan sepertinya tubuhnya sangat lemah" Ujar salah seorang pejalan kaki yang berada di kerumunan. Delvian semakin menerobos masuk dia tidak tahu kenapa pikiran nya malah terpikirkan Aurora.
Delvian berhasil menerobos kerumunan dan melihat tubuh wanita yang jatuh membelakangi mereka. Delvian menelan kerongkongan nya,perasaan nya menjadi tidak enak ketika melihat postur tubuh yang seperti dia kenal.
Delvian melepaskan payung yang dia bawa dan duduk berlutut membalik kan tubuh wanita yang mengenakan sweater abu-abu itu. Tubuhnya terasa sangat dingin seperti mayat hidup. Delvian membelalak kan matanya ketika melihat wajah dari pemilik tubuh itu.
"Aurora...!! ya tuhan apa yang terjadi kepadamu" Delvian berteriak panik ketika mengetahui firasatnya benar itu adalah Aurora. Delvian langsung merangkul tubuh Aurora.
"Aurora..bangun..Aurora" Delvian menepuk pelan wajah Aurora yang memucat seperti mayat. Aurora membuka matanya yang sulit untuk terbuka.
"Tuuuaan" ujar Aurora lirih membuka matanya dan memegang wajah Delvian.
"Iya ini aku..kau baik-baik saja..ya tuhan apa yang terjadi kepadamu"
"Tuan anda mengenal wanita ini??" Supirnya sudah berhasil masuk ke kerumunan dan berdiri memayungi Delvian.
"Cepat kita bawa dia ke rumah sakit..!!" Delvian mengendong Aurora dan membawanya ke mobil mereka. Orang-orang disana juga cukup panik melihat Delvian mengendong Aurora.
"Aurora bertahan lah ku mohon" Aurora terkulai lemas dalam gendongan Delvian. Delvian mengendong nya di bawah guyuran hujan supirnya berlari mengikuti jalan Delvian yang cepat.
Delvian sampai di mobil dan meminta grandmanya yang menunggu mereka untuk duduk di depan.
"Grandama tolong pindah duduk segera"
"Ya tuhan Delvian apa yang terjadi"
"Kita harus ke rumah sakit sekarang..!!"
"Baik-baik cepat bawa dia masuk"
Kepanikan terjadi di tengah hujan deras sore itu,Delvian sangat panik ketika mengetahui firasatnya benar itu adalah Aurora. Mobil yang mereka tumpangi langsung menuju rumah sakit di London sore itu.
"Delvian apa ini gadis yang kau tiduri itu??"
"Iya"
"Ya tuhan apa yang terjadi kepadanya"
"Tidak tahu grandma kita harus segera sampai rumah sakit tubuhnya semakin dingin" Delvian melepaskan jaketnya dan menyelimuti Aurora. Wajah panik Delvian tampak jelas. Dia mengengam tangan Aurora yang terasa sangat dingin dan kaku. Aurora terbaring lemah dalam pangkuan nya.
"Iya kita harus segera menolongnya tolong cepat" Ujar Grandma nya kepada supir mereka. Dia melirik Delvian sekilas dan menyungingkan senyumnya.
"Baik nyonya"
Mobil meluncur cepat sore itu menembus jalanan kota London yang lincin. Kepanikan Delvian justru membuat grandmanya semakin yakin untuk menikahi cucunya itu kepada gadis yang sudah dia tidurinya itu. Delvian adalah pria yang dingin kepada wanita namun melihatnya sangat panik sekarang itu membuat hati grandma nya bersyukur jika cucunya itu masih memiliki sisi yang hangat.
****
Aurora dilarikan ke rumah sakit terdekat. Delvian tampak cemas melihat keadaan Aurora,dia tidak tahu mengapa dia bisa secemas itu. Aurora segera di tangani oleh dokter saat tiba di rumah sakit.
Delvian dan grandmnya menunggu dokter memeriksa keadaan Aurora. Delvian terduduk lemas di kursinya sembari masih bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Aurora sebenarnya.
"Delvian" grandma nya menyadarkan Delvian dari lamunan nya.
"Iya grandma"
"Malam ini kita tidak bisa kembali ke washington jadi kita akan bermalam di sini"
"Baiklah,Grandma ingin ke hotel dulu??"
" Tunggu dokter selesai memeriksa keadaan Aurora"
"Baiklah"
Tak lama dokter datang menghampiri Delvian dan Grandmanya. Dokter menatap ke arah kedunya.
"Apa kalian adalah keluarganya??" Tanya dokter yang membuat Delvian dan grandmanya saling memandang.
"Iya benar dokter kami keluarganya" Elizabeth dengan cepat menjawab dokter.
"Baiklah,kondisinya sangat lemah saat ini dia sepertinya tidak istirahat dan makan dengan baik itu sangat buruk untuk perkembangan janin dan kondisi ibu" Delvian dan neneknya terkejut mendengar ketika dokter mengatakan tentang janin.
"Janin?? Maksud anda dia sedang"
"Hamil..nona Aurora sedang hamil sekarang apa kalian tidak mengetahui itu??" Neneknya menatap tidak percaya semburat rasa senang langsung menghampiri wajahnya.
"Hamil?? Aurora hamil?? Anda yakin dokter??" Delvian tampak syok di tempatnya ketika mendengar pernyataan dokter.
"Iya benar dia sedang hamil muda sekarang jadi mohon jaga kondisinya sangat lemah sekarang kami sudah memberikan infus dan vitamin untuknya dia akan segera membaik"
"Terima kasih dokter"
"Jika begitu saya permisi dulu"
Dokter meninggalkan Delvian dan neneknya. Delvian melemas duduk di kursi sangat terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Aurora hamil dan dia tahu wanita itu pertama kali melakukan nya dengan dirinya jadi mungkin kah itu anaknya. Delvian tidak bisa berpikir jernih pikiran nya sangat kalut saat itu.
"Delvian" panggil neneknya duduk di dekat cucunya. Elizabeth tahu jika cucunya sangat syok saat itu.
"Grandma mari kita periksa apakah itu anak ku atau bukan,bisa saja dia tidur dengan pria lain setelah aku kan kan" Delvian meracau panik ke arah neneknya.
"Delvian..!!!" bentakan neneknya menyadarkan Delvian. Neneknya menatapnya dengan tajam.
"Grandma ini tidak mungkin dia tidak mungkin hamil anak ku kan" Elizabeth menghela nafasnya dan meremas pelan pundak Delvian.
"Tenangkan dirimu kita bicara lagi nanti setelah Aurora sadar"
"Tapi grandma"
"Delvian..jernikan pikiran mu sekarang,grandma akan ke dalam menemui Aurora" Neneknya meninggalkan Delvian di kursi ruang tunggu. Delvian mengacak rambutnya prustasi.
Dia tidak mengerti dan bingung semua hal yang terjadi benar-benar membuatnya kalut dan pusing. Delvian menghela nafas kasar dan berlalu menyusul neneknya menemui Aurora.
Aurora masih terlelap tidur di ranjang nya,neneknya tampak melihat ke arah Aurora dalam diam. Ada perasaan iba ketika melihat tubuh lemah Aurora yang terbaring di kasur.
"Grandma,biar aku saja yang menjaganya disini"
"Kau yakin??"
"Iya,grandma kembali ke hotel saja"
"Grandma akan mengirim pakaian untuk mu dan makanan untuk kalian"
"Baik grandma"
"Delvian"
"Iya grandma"
"Bicarakan baik-baik dengan nya ketika dia sadar tanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya"
"Baik grandma"
"Jika begitu grandma pulang dulu"
"Iya"
Delvian duduk di kursi dekat ranjang Aurora. Sepeninggal grandma nya dia melihat ke arah Aurora dan menatapnya sejenak.
"Katakan kepada ku apa ini keberutungan yang Barcelona berikan kepada kita??" Tanya Delvian ke arah Aurora yang masih pulas tertidur.
"Apa itu benar anak ku? Apa benar kau hamil karena ku??" Tanya nya lagi yang masih belum ada jawaban dari Aurora.
"Apa yang harus aku lakukan Aurora? Aku mencintai Sherlin dan dia kekasihku tapi bagaimana dengan anak ini?" Lirih Delvian prustasi ke arah Aurora. Delvian menunduk kan kepalanya ke tepi ranjang Aurora.
"Aku tidak mungkin membuang nya dia darah dagingku" Ujar Delvian lirih dan berkaca-kaca menatap Aurora. Tak lama pintu kamar diketuk terdengar suara supirnya di luar pintu
Toktokk
"Siapa??"
"Tuan saya mengantarkan pakaian dan makanan" Delvian beranjak dari dekat Aurora dan berjalan ke pintu.
"Terima kasih kau boleh kembali"
"Baik tuan,nyonya berpesan jangan membuat nona Aurora stress"
"Aku akan menjaganya"
"Baik tuan saya permisi" Delvian menutup pintu kamar kembali dan berjalan masuk.
Dia membuka bingkisan pakaian yang grandma nya kirimkan dan beberapa buah dan makanan. Delvian menatap sejenak ke arah Aurora yang masih terbaring lemah di kasurnya. Dia berlalu ke kamar mandi untuk mandi malam itu dan berganti pakaian.
Aurora mendengar suara hati yang Delvian ucapkan. Namun dia tidak bisa membuka matanya,terlalu lelah dan berat rasanya untuk dia membuka matanya. Sebulir air mata keluar dari matanya yang terpejam. Situasi yang dia alami saat ini memang tidak menguntungkan dan hanya menjadi beban bagi Delvian. Aurora tidak berharap Delvian akan beratanggung jawab akan anaknya jika memang anaknya harus menghilang agar semua tidak menjadi masalah mungkin dia akan merelakan anaknya walau dia tidak menginginkan nya.
Delvian keluar dari kamar mandi setelah membersihkan dirinya. Dia mengambil selimut dan bantal yang ada di lemari kamar. Delvian mematikan lampu sembari berjalan ke sisi ranjang Aurora. Menyalakan lampu tidur. Dia juga merapikan selimut Aurora.
"Aku tidak akan membiarkan menangung beban ini sendirian" Ujar Delvian duduk diatas ranjang Aurora dan mengengam tangan dingin Aurora yang mulai menghangat.
"Aku akan bertanggung jawab untuk anak itu jadi cepatlah sadar Aurora,selamat malam" Gumam Delvian kearah Aurora dan beranjak ke arah sofa. Lampu kamar di matikan menyisakan lampu tidur di dekat nangkas.
Udara dingin cukup menyegat kulit malam itu. Delvian menghidupkan penghangat ruangan dan bergelung dalam selimut diatas sofa dan memejamkan matanya.Aurora bisa mendengar apa yang Delvian katakan. Dia mengulas senyum tipis dalam keterpejaman nya mendengar kata-kata hangat Delvian.setidaknya ketika bangun besok dia bisa menghadapi Delvian yang akan menerima kehadiran anak nya. Mereka berbagi kamar kembali malam itu dimana Delvian tidur di rumah sakit menjaga Aurora yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit saat itu di temani dengan hujan yang masih menguyur London semalaman.
To be continue..dont forget to vote thank you 🌹
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top