BAB 25

Setelah hari pengusiran keluarga Aurora dari kediaman Parker. Tidak pernah lagi Aurora mendengar kabar ayahnya begitu juga dengan ibu dan adik tirinya. Tapi hal lain terjadi,Sherlin belum juga kembali ke inggris. Hal itu sempat membuat Delvian bertanya-tanya.

Hari itu Delvian sedang pergi bersama Aurora. Keluar dari restoran,Sherlin ada disana. Dia tersenyum menatap Delvian. Delvian tidak meyangka jika Sherlin akan datang menyusul ke restoran.

"Sherlin apa yang kau lakukan disini?"Aurora hanya diam berada disamping Delvian. Tanpa basa-basi Sherli tersenyum dan mengamit lengan Delvian.

"Menyusulmu."Delvian menghela nafas. Melepaskan rangkulan tangan Sherlin dari lengannya.

"Kami akan pulang."

"Aku ikut."

"Sherlin tidakkah kau tahu jika ini didepan publik."

"Aku tahu tapi apa salahnya." Tanpa dosa Sherlin mengatakan itu. Tanpa memikirkan keberadaan Aurora yang ada disana.

"Terserah padamu."Tanpa memperdulikan Sherlin. Delvian menuju mobilnya. Aurora berjalan disamping kiri Delvian. Tanpa disangka para wartawan justru mengikuti Delvian dan Aurora.

"Tuan Delvian bukankah ini nona Sherlin mantan kekasih anda?"Delvian kaget karena tiba-tiba wartawan mengerumbungi mereka. Delvian mencari keberadaan Aurora yang tampak syok. Sherlin sendiri tampak terkejut dengan kedatangan para wartawan.

"Nona Sherlin apakah pria yang anda katakan kekasih anda adalah tuan Delvian?"

"Apakah kalia beneran berpacaran?"

"Jadi rumor jika nona Aurora merebut tuan Delvian dari anda itu benar?"

Pertanyaan beruntun di tujukan kepada Sherlin. Aurora terdiam mendengar semua tuduhan para wartawan. Sherlin kebingungan menjawab para wartawan. Pengawal Delvian langsung datang untuk menertibkan wartawan.

"Antar Sherlin dengan mobil lain."perintah Delvian kepada para pengawalnya.

"Baik tuan. Mari nona Sherlin."

"Delvian."Sherlin engan berlalu darisana berpisah dari Delvian. Tapi para wartawan sudah mengerubunginya. Delvian menarik pinggang Aurora dan merangkulnya melangkah menuju mobil.

"Nona Aurora apa benar anda merebut tuan Delvian dari nona Sherlin?"

"Apa benar anda hamil duluan? Nona Aurora."

"Tuan Delvian apa benar anda berselingkuh? Apa benar nona Aurora adalah selingkuhan anda."

Mendengar itu langkah Delvian terhenti. Dia tidak masalah dirinya diberitakan miring apapun tapi tidak untuk Aurora. Dia tidak menerima wanita sepolos Aurora dituduh macam-macam.

"Aurora tunangan saya dan saya tidak pernah menjadikan dia selingkuhan. Saya mencintainya dan melamarnya saat di Barcelona."

"Bagaimana kalian bertemu?"

"Kami bertemu ketika berlibur di Barcelona saat itu hubungan saya dan Sherlin sudah berakhir."Delvian tidak menapik jika dirinya merasa sudah berakhir dengan Sherlin ketika dia melamar Aurora. Hanya saja dia belum bisa meyakinkan hatinya sendiri. Mendengar hal itu membuat Aurora yang sedari tadi diam semakin syok mendengar pernyataan mengejutkan Delvian.

"Bisakah anda menujukkan bukti anda melamar nona Aurora tuan Delvian?"

"Itu adalah acara pribadi kami. Tidak dibagikan kepublik."

"Kami tidak pernah melihat foto pernikahan kalian bahkan foto pertunangan kalian. Apa kalian benar menikah dan bertunangan?" Delvian menghela nafas kasar.

"Nenek saya akan mengurus semua publikasi foto lamaran dan pernikahan kami. Jadi tidak ada lagi pertanyaan."Dengan emosi yang tertahan Delvian melangkah masuk membawa Aurora kemobil. Aurora tidak tahu harus berkata apa. Karena nyatanya semua yang ditanyakan wartawan terasa benar adanya.

Disisi lain Gea tersenyum puas dengan pekerjaannya. Dia tidak menyangka semudah itu menarik para wartawan dengan beberapa gosip. Senyum licik terpatri diwajah Gea saat ini. Tidak sia-sia dia menerima berita tentang kekasih Delvian dikalangan gosip sosialita. Ini menjadi momen yang pas untuk membalas penghinaan yang dia terima kemarin.

"Baru setengah Delvian dan Aurora kalian akan menerima lebih banyak kejutan,"ujar Gea tersenyum miring dan meninggalkan jalanan restoran siang itu.

****
Aurora dan Delvian keluar dari mobil. Aurora masih tampak syok dengan kejadian tadi. Pertanyaan wartawan cukup mengusiknya. Melihat Aurora yang diam. Delvian mengerti jika wanita itu pasti terpukul dengan pertanyaan wartawan tadi.

"Jangan dipikirkan, terkadang mereka bertanya sesuka mereka tanpa tahu apa yang terjadi."Aurora tersentak dari lamunannya. Dia menatap Delvian dan tersenyum.

"Aku tidak apa-apa."

"Grandma pasti akan mengurus semuanya. Kau lebih baik istirahat saja hari ini."Aurora mengangguk menurut. Dia memang merasa semakin lelah akhir-akhir ini. Mungkin saja karena kehamilannya yang mulai membesar.

"Delvian..."Sherlin turun dari mobil yang membawanya dan segera menghampiri Delvian. Rahang Delvian terkatup rapat melihat Sherlin.

"Kenapa kau kemari lagi."Suara dingin Delvian membut Sherlin tersentak. Bisa dia lihat raut wajah dingin dan marah Delvian saat ini.

"Delvian aku benar-benar tidak tahu jika akan ada wartawan disana. Aku juga terkejut mendengar semua pertanyaan mereka."

"Sudah berapa kali aku katakan. Jangan pernah menemuiku ditempat terbuka. Apa kau lupa status ku sekarang Sherlin!!"bentak Delvian meluapkan amarahnya yang sudah dia tahan kepada Sherlin beberapa waktu ini. Aurora melihat kemarahan Delvian. Sherlin menahan isak tangisnya ini kali pertama Delvian membentaknya.

"Maaf aku benar-benar tidak bermaksud mengacaukan semuanya."Delvian menghela nafas kasar. Dia memijat kepalanya yang terasa ingin pecah saat ini.

"Pulanglah ke Inggris. Biar aku yang mengurus media."Putus Delvian berlalu ke rumah tanpa menoleh kepada Sherlin lagi.

"Tapi Delvian..." Baru Sherlin ingin masuk Aurora menahannya.

"Biarkan dia sendiri saat ini Sherlin."Sherlin menatap Aurora.

"Tapi dia sedang marah denganku. Aku harus menjelaskan kalau itu bukan ulahku."

"Aku tahu kau bisa bicara dengannya nanti. Lebih baik sekarang kau kembali untuk istirahat sebelum grandma melihatmu disini." Sherlin lupa jika dia berada dikediaman Parker saat ini. Dia tahu jika grandma Delvian masih belum menyukainya hingga hari ini.

"Baiklah,aku mohon bicara kepadanya jika ini bukan kesalahanku Aurora."

"Aku mengerti nanti aku akan bicara kepadanya."

"Baiklah."Dengan berat hati Sherlin melangkah meninggalkan halaman kediaman Parker. Aurora menghela nafas. Dia butuh untuk mengambil waktu sejenak untuk dirinya. Dia berjalan kearah taman untuk menenangkan pikirannya saat ini. Mendekati Delvian disaat sekarang sama percumanya. Dia tahu pria itu sedang diliputi oleh emosi.

Aurora duduk ditaman menatap langit biru diatasnya. Suasana yang selalu dia butuhkan ketika pikiran dan perasaannya sedang bergejolak. Menatap hamparan langit biru dan juga tumbuhan hijau. Menarik nafas dalam untuk meredakan sesak di dadanya. Mengingat pertemuan dengan para wartawan tadi. Tidak bisa dipungkiri jika Aurora merasa sedih.

Dia tidak pernah tahu berita buruk apa yang sudah menyebar tentang dirinya atas pernikahannya dengan Delvian. Karena Aurora sendiri sangat jarang menonton atau melihat media yang memberitakan dirinya. Dia kini terlalu fokus kepada dirinya dan juga Delvian. Menikmati waktu keberasamaan mereka yang mungkin saja tidak akan lama lagi ada setelah anak mereka lahir. Aurora tersenyum getir dan menahan rasa lelah dihatinya saat ini.

Semua yang terjadi disekitarnya membuatnya terasa lelah dan ingin pergi. Tapi pria itu Delvian membuatnya menahan segalanya. Dia selalu berpikir akan bagaimana nasib pria itu jika dirinya pergi. Akankah Delvian benar-benar bisa menikmati hidupnya dan bahagia. Aurora selalu memperhatikan Delvian dalam diam. Dia tahu pria itu terkadang sulit untuk tidur dan hanya berfokus kepada pekerjaan hingga larut malam.

Terkadang Aurora melihatnya tidur diatas tumpukan kertas atu buku yang coba dia baca untuk membuatnya tertidur. Delvian menyimpan banyak kekhawatiran didalam pikirannya. Terkadang Aurora memahami itu tapi sulit untuknya mengukapkan kepada pria itu bahwa semua akan baik-baik saja.

Satu-satunya hal yang selalu Aurora lakukan adalah mencoba menenangkan Delvian. Ketika dia mulai sulit tidur atau terlalu sibuk dengan waktunya. Aurora selalu bertanya akankah Sherlin tahu semua kegelisahan Delvian. Apakah wanita itu memahami Delvian lebih daripada dia memahami pria itu. Segala hal tentang Delvian terkadang membuat Aurora lelah tapi disisi lain kakinya seperti engan untuk pergi beranjak dari sisi pria itu.

To be continue dont forget to vote thank you

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top