Bab 24

Hidup Aurora hampir sempurna kini terutama ketika dia tidak lagi pernah berhubungan dengan keluaragnya tapi mendadak kesempurnaan itu sirna ketika ayah,ibu dan adik tirinya datang berkunjung ke kediaman Parker.

"Senang melihat kalian disini tuan Helson.'' Grandma menyambut kedatangan Helson dan keluarga. Helson tampak canggung.Terakhir mereka bertemu ketika pernikahan Aurora dan Delvian dilakukan. Dan ini adalah kali kedua mereka bertemu kembali.

"Kami merindukan Aurora dan calon cucu kami. Kami melihat berita dimedia mengenai acara syukuran kehamilan Aurora.'' Elizabeth hanya tersenyum simpul.

"Cucuku tidak ingin kalian datang jadi aku tidak bisa mengundang kalian,''Ujar Elizabeth berbohong. Meski memang jika Delvian memang tidak menyukai mereka. Denisa menatap Helson sejenak dan memasang wajah manis sebisa yang dia mampu.

"Dimana Aurora kami belum melihatnya sejak tadi."

"Aurora sedang berada diperusahaan bersama Delvian." tidak lama suara mobil terdengar digarasi.

"Nah kurasa mereka baru kembali sekarang."

Aurora dan Delvian melangkah keluar bersama sembari mengobrol dan tertawa kecil. Gea melihat betapa berbeda Aurora yang sekarang dan dulu. Dan itu membuatnya tidak suka. Dia berdecih sinis ketika melihat Aurora berjalan masuk.

"Aurora akhirnya kami bisa melihatmu. Bagaimana kabarmu nak?"Denisa langsung melangkah kearah Aurora dan memberikan pelukan. Delvian menatap malas kearah mereka. Aurora sendiri tetkejut dengan kedatangan mereka yang tanpa diduga.

"Mama kalian disini?"Aurora masih diam mematung melihat kearah ayahnya dan juga Gea.

"Iya kami merindukanmu dan ingin mengujungimu."Aurora tidak tahu harus membalas apa. Karena seingatnya hubungannya dengan keluarganya tidak sedekat itu.

"Aku baik bagaimana dengan kalian pa?Gea?"Aurora berjalan mendekat ke ayahnya yang langsung memeluknya. Gea sendiri masih bersikap acuh dan mencoba menyalami Delvian tapi tidak dihiraukan Delvian.

"Kami baik senang bisa melihatmu."

"Baiklah sepertinya kami harus meninggalkan reuni keluarga ini. Ayo Delvian temeni Grandma kedalam."

"Tapi grandma."

"Sudah ayo."  Elizabeth membawa Delvian masuk bersama dengannya. Meninggalkan Aurora dan keluarganya disana.

"Aurora hidupmu sekarang sungguh berbeda. Kau sudah menjadi menantu Parker sekarang."Denisa memulai percakapan mereka.

"Benar,seharusnya kau bisa membantu perusahaan papa sekarang."Aurora mengeryitkan dahinya menatap ketiga orang didepannya.

"Ada apa dengan perusahaan papa?"Helson ttampak tidak nyaman. Tapi atas desakan Denisa dia menceritakan kepada Aurora.

"Jadi papa berhutang kepada mereka?"

"Iya dan papa butuh dana untuk mengembalikannya." Aurora menghela nafas. Seharusnya dia tahu dan dia memang tidak perlu berharap bahwa keluarganya itu sudah berubah.

"Aku tidak memiliki cukup uang untuk membantu."

"Aurora kau keterlaluan sekali! Kau menantu keluarga Parker tidak mungkin kau tidak memiliki uang itu."Gea langsung meradang ketika mendengar perkataan Aurora.

"Aku memang menantu keluarga ini. Tapi bukan aku pemilik uang keluarga ini. Ku pikir kalian kemari benar-benar datang untuk mengunjungiku."Baru kali ini Aurora berani menyatakan rasa kecewanya kepada keluarganya itu terutama ayahnya. Helson langsung memegang tangan Aurora mencoba merayu anaknya itu.

"Kami benar-benar ingin mengunjungimu. Maafkan papa hanya saja keadaan papa saat ini membutuhkan bantuan."

"Jangan terlalu sombong kau Aurora. Jika tidak karena menikah dengan Delvian kau masih seorang gadis cupu dan bodoh tidak tahu apapun,"sungut Gea emosi.

"Gea!!"Helson menatap Gea tajam.

"Apa?? Apa yang aku katakan itu benarkan? Hidupnya berubah hanya karena pria itu menikahinya. Selebihnya dia bukan siapa-siapa." Denisa mencubit lengan Gea.

"Aww mama apa-apaan sih. Sakit tahu!"

"Jika tahu sakit maka diamlah."Denisa melotot kearah Gea. Gea memasang wajah masamnya menatap Aurora. Gara-gara wanita ini orang tuanya jadi pilih kasih kepadanya sekarang.

"Siapa bilang dia bukan siapa-siapa. Dia ibu dari anak ku dan menantu utama keluarga ini. Kau mengatakan hal seperti itu apakah kau sudah sadar dimana posisimu?"Delvian keluar dari ruang dalam. Dia tidak tahan melihat Aurora dihina. Siapa mereka berani menghina istrinya. Helson dan Denisa langsung minta maaf ketakutan.

"Maafkan anak kami tuan Delvian dia tidak bermaksud menghina istri anda."

"Sangat jelas dia mengatakannya dengan lancar. Bukan begitu nona Gea?"Delvian menatap berang kearah Gea. Gea kegalapan dan merasa malu.

"Maafkan saya, saya hanya tidak tega melihat papa saya kesusahan. Sementara Aurora tidak mau membantu kami."

"Aku rasa dia sudah melakukan hal yang benar mengingat perlakuan kalian kepadanya dulu. Terutama kau yang memperlakukannya seperti pembantu bukan keluarga! Denisa,Helson dan Gea terdiam. Aurora menenangkan Delvian. Dia tidak menyangka pria itu akan mendukungnya seperti ini.

"Sudah Delvian jangan ingatkan masa lalu."

"Aku tidak suka mereka menghinamu. Kau istriku siapapun tidak boleh menghina keluarga Parker. Aku akan mentransfer uang yang kalian minta tapi itu untuk yang terakhir kali dan jangan lagi kalian tampakan wajah kalian dirumah ini atau didepan istriku. Terutama kau!!" Delvian berang dan menunjuk Gea. Membuat wanita itu terperanjat.

"Delvian.."Aurora belum pernah melihat pria itu semarah ini. Dia tahu Delvian tidak menyukai keluarganya tapi ini adalah kemarahan yang seharusnya tidak perlu keluarganya terima.

"Baiklah tuan Delvian kami akan menunggu uangnya,"Ujar Denisa. Delvian tersenyum sinis.

"Aku tidak tahu hati kau terbuat dari apa Aurora. Masih menganggap para bajingan ini adalah keluargamu. Orang-orang yang bahkan melihat kau sebagai sampah bukan keluarga apa lagi anak."Aurora hanya terdiam. Ya Aurora tahu bahwa dia tidak pernah dianggap dikeluarganya. Tapi dia tidak meyangka bahkan setelah dia menikahpun mereka masih berlaku seperti ini kepadanya.

"Aku rasa sudah cukup untuk semuanya sekarang. Aku ingin istirahat kalian pulanglah. Seperti yang Delvian katakan kalian tidak perlu datang lagi kemari. Urusan kita selesai ketika aku keluar dari kediaman kalian."

"Aurora maafkan papa,"ujar Helson lirih. Gea sudah ingin meledak lagi tapi melihat Delvian yang masih menatapnya tajam membuatnya mengurungkan niatnya.

"Jadi silahkan kalian pergi. Istriku sudah tidak ingin bertemu kalian lagi. Pelayan!!"Delvian berteriak memanggil pelayan.

"Iya tuan."

"Antar para tamu kita keluar dan katakan kepada para penjaga untuk tidak membiarkan mereka semua datang kembali kemari untuk alasan apapun. Terutama untuk menemui istriku."

"Baik tuan, silahkan nyonya dan tuan lewat sini." Mau tidak mau Helson sekeluarga diusir secara tidak hormat dari kediaman Parker.

"Aurora awas kau!! Ku pastikan kau menyesal karena melakukan ini!!" Ancam Gea marah kepada Aurora.

"Sekali lagi kau berani menyentuh istriku. Ku pastikan hidupmu berakhir dipenjara Gea!!" Ancam balik Delvian kepada Gea. Gea meraung marah.

"Kau!! Kau akan menyesal!! Kalian berdua akan menyesal memperlakukan kami seperti ini!!"

"Gea!! Hentikan!! Plak" satu tamparan mulus mendarat kewajahnya. Gea terperangah tidak menyangka ayahnya akan menamparnya. Ayah yang selama ini selalu mendukungnya menamparnya hari itu.

"Papa!!"

"Helson?"Denisa membelalakan matanya tidak percaya.

"Pulang jangan membuat masalah lagi!!"
Dengan bersungut dan menatap marah kearah Delvian dan Aurora,Gea berjalan bersama orangtuanya menuju pintu keluar.

Aurora melemas langsung ditempatnya. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis kali ini. Tubuh dan perasaannya terlalu lelah saat ini. Hubungannya dengan keluarganya tidak pernah seindah seperti hubungan keluarga lain. Delvian duduk mendampingi Aurora. Dia tidak pernah mampu melihat kerapuhan Aurora jika itu menyangkut keluarganya. Sejak awal bertemu dengan wanita ini. Dia sudah melihat betapa tidak adilnya keluarganya itu kepada wanita yang kini menyandang gelar istrinya itu.

"Sudahlah lupakan mereka. Keluargamu ada disini, kau tahu aku dan grandma tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakitimu." Aurora masih menangis dalam diam. Delvian memeluknya mencoba menenangkan Aurora.

"Sejak kematian mama,papa menjadi orang yang tidak pernah aku kenali lagi aku sudah kehilangan sosoknya sejak aku masih kecil,"ujar Aurora sembari terisak.

"Aku mengerti,dia memang bukan ayah yang pantas untukmu. Aku berjanji jika anak kita lahir nanti aku tidak akan pernah memperlakukannya seperti itu."Aurora menatap Delvian.

"Kau berjanji?"

"Tentu saja atas namamu aku berjanji akan menjadi ayah terbaik dan menjaga dan melindunginya. Dia tidak akan pernah kekurangan apapun dalam hidupnya."Aurora semakin terisak haru.

"Dia pasti bangga memiliki ayah sepertimu."

"Dan dia juga pasti bangga memiliki ibu yang kuat dan tangguh sepertimu."Aurora tersenyum simpul. Dia melepaskan pelukannya dari Delvian.

"Terima kasih karena sudah mendampingiku menghadapi mereka."

"Itu tugasku sudah seharusnya aku selalu berada disampingmu sebagai suamimu."Aurora tersenyum. Senyuman yang selalu bisa meneduhkan hati Delvian. Senyuman yang pasti akan dia rindukan suatu hari nanti.

"Dan selama aku menjadi istrimu aku juga akan selalu mendampingimu." Delvian mengengam tangan Aurora.

"Kita akan selalu mendampingi selama kita bersama demi anak kita."

"Iya demi anak kita,"ujar Aurora lirih sembari mengusap pelan perutnya.

"Ayo masuk kau harus istirahat."

"Kau mau ngapain?"

"Mengendongmu."

"Delvian,aku masih punya kaki bisa untuk berjalan."Delvian terkekeh. Dia merangkul pinggang Aurora.

"Baiklah nyonya Parker jika begitu mari berjalan bersama." Aurora terekekeh dia merangkul pinggang Delvian.

"Ayo tuan Parker."Keduanya terkekeh. Delvian menatap Aurora dan megusap air matanya.

"Jangan lagi meneteskan air mata berhargamu untuk mereka berjanjilah."

"Aku berjanji."Aurora tersenyum dan Delvian tersenyum hangat. Mereka meninggalkan ruang tamu. Disisi lain grandma melihat mereka dan tersenyum simpul. Hatinya bisa tenang sekarang melihat hubungan Aurora dan Delvian yang sudah semakin dekat saat ini.

To be continue dont forget to vote thank you

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top