BAB 2

Perjalanan di Barcelona pun dimulai,kini keluarga Aurora sedang menikmati jalan-jalan di sekitar  Barcelona untuk shoping,sudah tentu Aurora tidak masuk dalam daftar untuk berbelanja melainkan menjadi pembawa belanjaan ibu dan kakak tirinya.

"Ma lihat gaun ini sangat pas di badanku,bagaimana menurut mama??" Gea memutar badan nya di depan ibunya

"Hmm itu luar biasa, mama dengar malam ini akan ada pesta khusus para tamu di hotel, papa juga akan memperkenalkan kita dengan teman nya"

"Benarkah ma??"

"Iya jadi kau harus tampil secantik mungkin"

"Kyaaa..tentu saja ma" Gea tampak bersemangat mendengar hal itu berbeda dengan Aurora yang hanya bisa berdiri di pojokan melihat kelakuan ibu dan kakak tirinya tersebut

"Eh cupu kau pasti juga ingin membeli gaun 'kan..tapi sayang nya semua gaun disini terlalu indah untuk mu" Ujar Gea mengejek ke arah Aurora yang di iringi tawanya

"Biarkan saja dia,sampai kapan pun dia tidak akan pernah cocok memakai pakaian mahal" Ujar ibu tirinya melihat remeh ke arah Aurora

"Ini..bawa kantong belanjaan nya jangan sampai hilang itu barang mahal..!!" Gea melempar kantong belanja nya ke arah Aurora mereka pun berlalu dari butik mewah tersebut

Aurora hanya bisa mendesah pasrah,kakinya sudah terasa ingin lepas mengikuti kedua orang yang tidak berhenti nya berbelanja tersebut sampai akhirnya dia menabrak seorang pria tidak di kenal.

"Brukk.." Auroea hampir jatuh karena menabrak tubuh pria itu namun tangan sang pria dengan sigap memegang nya

"Hey kau baik-baik saja" Aurora tergagap dan merapikan kacamatanya yang hampir lepas mengapa dia suka sekali menabrak orang

"Maaf tuan maaf saya tidak hati-hati" Pria bertubuh tinggi di depan nya hanya tersenyum simpul

"Tidak apa-apa,apa kau baik-baik saja??".

"Iya saya baik-baik saja" Aurora medongak menatap ke arah pria di depan nya ternyata pria yang dia tabrak adalah pria tampan,Aurora terpaku sesaat melihatnya sampai suara pria itu menyadarkan nya kembali

"Hallo..nona.." Aurora terkesiap ketika mendengar namanya di panggil

"Ah ya maaf kan saya tuan" Pria itu tersenyum kecil menatap ke arah Aurora yang menenteng banyak belanjaan

"Apa perlu bantuan nona?? Sepertinya kau membawa banyak belanjaan"

"Tidak tuan..tidak apa-apa ini semua milik kakak dan ibu saya,saya permisi dulu"

"Tunggu"

"Iya??"

"Boleh tahu nama mu siapa??" Aurora melihat seklilas ke arah pria itu dengan tersipu malu

"Aurora itu namaku" Aurora langsung berjalan meninggalkan pria tersebut yang menyugingkan senyumnya

"Aurora nama yang indah seindah orangnya" batinya melihat kepergian Aurora yang melangkah jauh

Aurora berjalan tergesa-gesa mengejar ibu dan kakak tirinya yang kini sudah masuk ke mobil,dia menenteng belanjaan dan memasuk kan nya ke mobil.

"Kau naik taksi saja,kami masih akan pergi makan" Denisa ibu tirinya melempar uang ke arah Aurora yang langsung di tangkap dengan sigap olehnya

Aurora mendesah sejenak mendapat kan perlakuan kasar mereka,dia pun menunggu taksi di tepi jalan berharap ada taksi lewat siang itu,namun bukan taksi yang lewat melainkan sebuah mobil mewah berhenti di hadapan nya

"Butuh tumpangan??" Kaca mobil di turunkan dan disana wajah Delvian muncul,Aurora mengernyitkan dahinya ketika melihat mobil Delvian berhenti di depan nya

"Maaf tuan,terima kasih tawaran nya tapi saya naik taksi saja"

"Tidak ada taksi disini,naik saja,kita satu hotel" Aurora semakin mengeryitkan dahinya dalam

"Apa kita saling mengenal??"

"Tidak" Aurora bingung,jika memang begitu atas dasar apa pria itu membantunya

"Jika begitu terima kasih tumpangan nya,saya akan mencari bus saja tuan" Aurora hendak beranjak pergi namun Delvian keluar dari mobil dan menahan lengan nya,Aurora terkejut dan menoleh kearahnya

"Kita satu hotel dan searah,aku hanya ingin menolong mu tidak lebih" Ujar Delvian menatap Aurora,Aurora tampak berpikir sejenak

"Apa benar tidak apa-apa saya menumpang??"

"Masuk" Delvian membuka pintu mobil,Aurora masih terpaku di tempatnya hingga Delvian mendorong tubuhnya ke dalam mobil

Aurora heran dengan sikap Delvian,namun pada akhirnya dia menerima niat baik Delvian yang ingin menolong nya

"Terima kasih" Aurora melirik sekilas sembari menunduk ke arah Delvian,namun tidak ada jawaban dari Delvian kecuali deru mobil yang melaju pergi meninggalkan area mall.

Hanya ada keheningan diantara mereka,Aurora melihat keluar jendela pemandangan Barcelona di sore hari ternyata cukup indah,dia menyungingkan senyum ketika melintasi pancuran patung besar,matanya berbinar menatap pancuran tersebut

Delvian menatap sekilas Aurora,dia melajukan mobilnya menuju taman museum,Aurora mengernyitkan dahinya ketika melihat jalanan yang sepertinya bukan arah kembali ke hotel

"Maaf tuan,bukan kah seharusnya kita kembali ke hotel??"

"Aku ingin melihat beberapa lukisan di museum,bisa temani sebentar??"

"Tapi tuan saya.."

"Kau cukup hanya berdiri di sampingku,aku sudah membuat janji" Aurora terdiam sejenak mendengar hal itu,dia tidak enak hati jika harus menolak

"Baiklah tidak apa-apa jika begitu" Delvian tersenyum tipis sembari masih terus menyetir

"Terima kasih,anggap saja ini caramu membayar tumpangan ini" Aurora melirik Delvian sejenak

"Hmm iya benar,terima kasih tuan" Delvian menghela nafas sejenak

"Berhenti mengucapkan kata itu"

"Maksudnya tuan??"

"Maaf dan terima kasih,kau berulang kali mengatakan nya" Aurora terdiam menunduk

"Maaf" Ujarnya kembali yang membuat Delvian menghela nafas panjang,mobil pun berhenti di depan museum,Delvian turun di ikuti Aurora.

Aurora terperangah melihat bagunan kuno yang begitu megah di depan mereka,dia tidak menyangka jika museum Barcelona seindah itu,Delvian menaiki anak tangga di ikuti Aurora yang mengekor di belakang nya.

Mereka berjalan masuk menyusuri museum yang memiliki arsitektur bernuansa klasik namun begitu indah untuk di nikmati,Aurora tidak menyangka jika sekarang dirinya sedang berjalan-jalan menikmati keindahan Museum Barcelona,memang keberuntungan tidak terduga,sepertinya Barcelona memberi keberuntungan tersendiri bagi Aurora.

"Kau boleh berkeliling,aku akan menemui kolektor sebentar"

"Tidak tuan,saya tidak tahu jalan di museum ini saya takut nyasar"

"Baiklah,jika begitu ikuti aku saja"

"Baik tuan".

Aurora mengikuti langkah kaki Delvian memasuki ruangan lain yang lebih luas dan menyimpan banyak barang disana,ada lukisan,ukiran,patung dan banyak lagi hal lain nya,Aurora terpana melihat isi ruangan itu yang begitu besar dan penuh barang-barang antik dan unik

"Tuan Delvian,saya sudah menunggu anda" Seorang pria tidak terlalu tua menghampiri mereka dia menyambut kedatangan mereka dengan hangat

"Tuan Nilson,maaf saya baru kemari"

"Tidak masalah tuan kami sudah menunggu anda,mari saya tunjukan lukisan yang anda inginkan"

"Jadi namanya Delvian"  batin Aurora menatap sekilas ke arah Delvian dan kemudian mengikuti langkah kaki mereka.

Mereka sampai di depan sebuah lukisan besar yang megah dan indah,lukisan dengan hamparan lapangan rumput sabana yang indah tertera di depan mereka,Aurora begitu takjub melihat lukisan indah di depan mereka

"Ini lukisan yang anda cari tuan"

Delvian dan Aurora sama-sama memandang lukisan di depan mereka,lukisan itu benar-benar sangat indah dan mendamaikan namun ada satu hal yang menarik disana,dimana ada potret lukisan pria dan wanita yang berdiri di tanah lapang tersebut sembari berpandangan satu sama lain dan bergandeng tangan

"Ini cantik sekali" Gumam Aurora spontan ketika melihat lukisan di depan nya,Delvian menatap sejenak ke arah Aurora

"Lukisan ini dibuat di tahun 1876"

"Sungguh??" Aurora menatap tidak percaya ke arah Delvian

"Benar nona,ini sebuah lukisan langka pada abad itu" Ujar Nilson yang merupakan kolektor museum

"Wuah menakjubkan" Nilson menyungingkan senyumnya dan menjelaskan makna lukisan itu

"Ini melambangkan cinta sejati pertemuan kedua orang yang saling mencintai di tanah lapang sabana

"Kirim kan langsung ini ke hotel tempat aku menginap" Ujar Delvian ke arah Nilson

"Baik tuan,silahkan tanda tangan disini" Nilson menyodorkan sebuah bukti pembelian ke arah Delvian sebagai serah terima,Delvian mendatanganinya

"Kami pastikan ini sampai dengan selamat,oh ya apakah ini kekasih anda??" Delvian menatap Aurora yang tampak syok

"Bukan..bukan,saya hanya teman saja" Ujar Aurora cepat ke arah Nilson dan melirik Delvian

"Iya dia hanya menemani saya kemari"

"Oh begitu,saya pikir dia kekasih anda kami menyiapkan sebuah satu set periasan sebagai bonus karena anda membeli lukisan ini"

"Periasan??"

"Iya,saya pikir anda akan datang bersama kekasih anda" Delvian tampak menatap Aurora yang menunduk malu

"Ada hal yang harus dia urus dan tidak bisa hadir,tunjukkan saja periasan nya"

"Baik tunggu sebentar"  Nilson masuk mengambil satu set periasan yang akan mereka berikan kepada Delvian tak lama dia datang membawa kotak kecil beludru bewarna merah

"Ini tuan" Delvian mengambil kotak kecil tersebut dan membukanya sabuah kalung bermata rubi merah dan cincin bermata rubi merah tertera disana

"Wuah cantik sekali" Ujar Aurora berbinar melihat betapa berkilau dan indah nya periasan tersebut

"Ini adalah barang peningalan kerajaan mesir yang kami peroleh meski bukan aslinya namun dia adalah replika yang telah di poles,dia bertahta kan permata rubi merah mesir,periasan ini sering kali di pakai oleh ratu Nefertari kekasihnya firaun
Dulu"

"Hah ini hanya menyerupai saja tapi sangat cantik"

"Benar kami mencoba membuatnya sama dengan
asli menggunakan emas dan permata asli mesir"

"Tuan saya rasa kekasih anda pasti cocok memakainya" Ujar Aurora ke arah Delvian yang diam sedari tadi melihat ke arah periasan tersebut

"Baiklah aku akan menerimanya terima kasih" Nilson tersenyum senang karena Delvian menerima pemberian mereka

"Saya senang anda mengambilnya tuan ini bentuk terima kasih kami karena anda selalu menjadi pelangan setia dan donatur museum ini"

"Saya menyukai keaneka ragaman budaya,saya akan menyimpan periasan berharga ini"

"Baik tuan dan nona ini untuk anda" Nilson memberikan sebuah gelang emas putih dengan dihiasi patung para malaikat kecil disana

"Untuk saya??" Aurora menatap kaget ke arah Nilson yang memasang kan gelang emas tersebut ke tangan Aurora

"Iya ini untuk anda yang memiliki hati sebersih malaikat,semoga ini menjadi gelang keberutungan anda,anda tahu Barcelona selalu membawa keberuntungan bagi yang berkunjung" Nilson tersenyum hangat ke arah Aurora

"Sungguh?"

"Iya,karena anda sudah kemari ini ucapan terima kasih kami karena berkunjung kemari bersama tuan Delvian"

"Ini hanya kebetulan" Ujar Aurora tidak enak dan mencoba melepaskan gelang tersebut

"Tidak ada yang kebetulan nona,takdir selalu mempertemukan hal-hal di dunia ini termasuk pertemuan kita hari ini" Ujar Nilson terdengar sangat dalam dan penuh makna

"Tapi ini saya tidak bisa menerimanya"

"Sudah,terima saja hanya sebuah gelang tidak merugikan mu"

"Benar,barang-barang kami disini adalah barang antik yang memiliki nilai sejarah nona dan gelang ini adalah lambang dari cupid cinta"

"Hah cupid cinta??"

"Iya cupid romeo dan juliet,semoga anda akan segera menemukan cinta sejati anda melalui para cupid ini" Ungkap Nilson yang membuat Aurora terdiam membisu

"Baiklah,jika begitu kami pergi dulu,terima kasih Nilson"

"Sampai jumpa lagi tuan semoga saya bisa bertemu kekasihmu juga"

"Iya jika kemari lagi akan aku ajak dia berkunjung kemari"

"Hmm kami tunggu,kau juga nona"

"Baik tuan terima kasih"

Nislon menyungingkan senyum khasnya dan melentikkan jemarinya sembari menatap ke arah Delvian dan Aurora yang berlalu pergi

"Semoga cupid itu membawa cinta sejati untuk kalian,barang antik yang akan membawa cinta dan keberuntungan..ah aku selalu suka jika ada anak muda penuh semangat dan ikatan jodoh berkujung kemari" Gumam Nilson menyungingkan senyum bahagianya dan kemudiam berlalu

Aurora merasa bingung dan aneh ketika mendapatkan gelang dari Nilson dan makna kata yang tersirat darinya,seolah dia seperti menyimpan sesuatu yang tidak bisa orang lain lihat

"Tuan,tidak kah anda merasa tuan Nilson sedikit aneh??"

"Aneh??"

"Iya,maksudku setiap kata yang dia ucapkan itu penuh makna"

"Dia memang seperti itu karena dia adalah kolektor barang-barang antik"

"Sungguh kah hanya karena itu??"

"Iya" Aurora masih tidak percaya,perasaan nya mengatakan sesuatu yang lain dia memegang gelang yang melingkar di lengan nya dan gelang tersebut berkilau tanpa disadarinya.

Delvian dan Aurora melangkah pergi meninggalkan museum dan kembali ke hotel,Aurora terus melihat gelang di tangan nya dan terngiang dengan perkatan Nilson mengenai Barcelona selalu membawa keberuntungan bagi yang berkunjung

"Apa aku sedang mengalami keberuntungan itu??"  batin aurora mengingat perkataan Nilson

Sama dengan Aurora,Delvian juga memikirkan makna tersirat dari perkataan Nilson kepada Aurora tadi,apakah benar pertemuan nya dengan wanita ini bukan hanya kebetulan dan yang terjadi antara dirinya dan Sherlin adalah takdir,menepis hal itu Delvian dengan cepat mengelengkan kepalanya dan melajukan mobil pulang menuju hotel sore itu.

****
Delvian sedang bersiap di kamar nya untuk menghadiri pesta yang diadakan hotel dimana Delvian menginap,padahal malam ini Delvian sudah berencana akan melamar Sherlin namun itu harus di batalkan meski dia belum memberitahu yang mengurus acara

Di kamar lain,Aurora juga sedang bersiap untuk ke pesta yang diadakan hotel khusus untuk tamu kelas atas tersebut,dia mencoba gaun yang dia pilih secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibu dan kakak tirinya saat mereka ke Mall tadi siang gaun hijau selutut itu tampak simple namun cukup pas di tubuh Aurora dia hanya berpenampilan biasa untuk malam ini

Mereka keluar bersamaan dari kamar,ketika Aurora sedang mengunci pintunya dia melihat Delvian yang keluar dari kamarnya,dia tidak menyangka jika mereka berada satu lantai dan itu hanya berjarak satu kamar

"Tuan anda disini juga??" Aurora menyapa Delvian yang kemudian menoleh ke arahnya

"Kau..??menginap di lantai ini juga??"

"Iya,ini kamarku"

"Hmm..apa mau ke pesta dibawah??"

"Iya bagaimana dengan tuan??"

"Iya aku juga akan kesana,ayo pergi bersama"

"Hah..??"

"Iya ayo turun bersama"

"Ha ya mari" Aurora melangkah bersama Delvian menuju ke lift,Aurora tidak menyangka jika mereka ternyata satu lantai dan berada di kamar yang berdekatan

"Kita belum berkenalan,panggil aku Delvian"

"Aku Aurora"

"Kau sedang berlibur disini??"

"Iya aku pergi bersama keluargaku,bagaimana dengan tuan??"

"Seperti yang kau tahu kekasihku tidak datang kemari"

"Hmm awalnya tuan akan berlibur bersama kekasih tuan disini??"

"Iya"

Lift turun ke lantai dasar dimana acara pesta akan di adakan malam itu,Delvian dan Aurora melangkah keluar dari lift secara bersamaan ketikan pintu lift terbuka kemudian

"Kita berpisah disini tuan saya masuk duluan" Aurora berpamitan kepada Delvian dan berjalan lebih dulu memasuki pintu aula pesta

Delvian melangkah kan kakinya memasuki ruangan aula pesta yang kini sudah di sesaki oleh tamu pesta,penampilan Delvian yang tampan cukup mencolok dan menarik perhatian para tamu yang hadir disana,salah satu tamu yang ternyata kenalan Delvian menghampirinya dan mengajaknya mengobrol

Sementara itu Aurora sudah memasuki aula pesta,dia mencari keberadaan keluarganya namun tidak bertemu namun sebuah suara mengejutkan Aurora

"Aurora kita bertemu lagi" Aurora menatap ke arah pria yang menyapanya

"Eh tuan yang di Mall??"

"Iya panggil aku Sammy,kau sendirian disini??"

"Iya aku tidak mengenal siapa-siapa disini kecuali keluargaku dan mereka belum terlihat"

"Mau aku temani??"

"Apa tidak apa-apa??"

"Tidak masalah,ini minum lah" Sammy memberikan sebuah jus kepada Aurora

"Terima kasih"

"Jika boleh tahu dari mana asalmu??"

"London,kau??"

"London??aku Amerika"

"Ahh begitu"

"Disini sedang liburan??"

"Iya begitulah" Di tengah obrolan Aurora dan Sammy,Gea datang dengan wajah di tekuk masam,bagaimana tidak sedari tadi dia sudah mencari Aurora namun apa yang malah di dapatinya membuatnya kesal,dia malah mengobrol dengan pria tampan

"Aurora kau kemana saja?? Kami mencarimu"

"Kak aku tidak menemukan kalian"

"Kemari..!!" Gea menarik kasar tangan Aurora,Sammy ingin membantunya namun Gea sudah menariknya dan membawanya ke balkon

"Brukk" Aurora terjatuh ketika Gea menghempaskan tangan nya kasar dan mendorong nya lantai

"Dasar jalang,apa yang kau lakukan..!! Kau menggoda pria tampan ha..apa kau pikir kau pantas melakukan itu..!!"

"Kak apa maksudmu?aku tidak mengerti..!!" Gea mengeram kesal dia mengambil minuman dan menyiram tubuh Aurora dengan anggur merah

"Aaaah kak apa yang kau lakukan" Aurora basah kuyup dengan siraman air dari Gea,Gea menatapnya sinis

"Itu pelajaran untuk mu jangan berani mendekati pria kaya dan tampan..kau tidak pantas mendapatkan nya jalang..!!" Gea melemparkan gelas ke arah Aurora yang kini bersimpuh di lantai dengan pakaian basah

"Sebenarnya apa salahku dengan kalian" Lirih Aurora mencoba bangkit dari duduknya dia mengelap air matanya yang hampir menetes,Aurora mencoba bangun namun dia hampir tergelincir karena lantai yang licin

"Aarghhh" Beruntung tubuh nya tidak terjatuh untuk keduanya kalinya,karena ada tangan besar yang langsung menahan pinggang nya untuk tidak jatuh

"Tuan Delvian,apa yang anda lakukan disini" Delvian menatap tubuh Aurora yang basah kuyup dia pun memakai kan jasnya ke tubuh Aurora

"Ikur aku" Delvian mengengam tangan Aurora dan membawanya keluar dari pesta

"Tuan kita mau kemana??"

"Ikuti saja" Delvian membawa Aurora ke kamarnya,mereka menaiki lift menuju kamar Delvian

Delvian membawanya dalam diam membuat Aurora menjadi tidak nyaman,namun lift terus berjalan dan sampai di tempat tujuan,Delvian membawa Aurora ke kamarnya dan menduduk kan nya di sofa dan memberikan handuk kepadanya

"Bersihkan dirimu"

"Hah..tapi tuan ini"

"Cepat"

"Baiklah" Aurora tidak bisa membantah perintah Delvian,sorot matanya terlihat tajam ketika memerintah,Delvian mengambil ponselnya

"Aku ingin kalian ke kamarku sekarang ada pekerjaan yang jadi kalian lakukan malam ini" Delvian mematikan ponselnya ketika selesai bicara di telpon dia menghela nafas kasar ketika mengingat bagaimana Aurora tadi di tindas oleh wanita yang di sebutnya kakak itu membuat emosi Delvian meluap

Dia tidak mengenal baik siapa Aurora,tapi dia tahu Aurora bukan wanita jalang seperti yang di tuduhkan kepada dirinya bahkan ketika Delvian menolong nya kemarin dia tidak melakukan apa pun kepada Delvian selain ucapan terima kasih,ketika mendengar Aurora dikatakan jalang Delvian ingin menampar wanita itu saat itu juga

Aurora keluar dari kamar mandi menggunakan piyama mandi,Delvian sedang menganti jasnya ketika Aurora keluar dari kamar mandi

"Tuan sebaiknya saya kembali ke kamar saya untuk menganti pakaian"

"Tunggu saja disini akan ada yang mengurusimu"

"Maksud anda tuan" Delvian menoleh ke arah Aurora,dia cukup tercengang ketika melihat Aurora dalam piyama mandi untuk sesaat dia lupa jika wanita di depan nya adalah gadis polos dan lugu yang dia temui beberapa waktu lalu

"Tuan..anda mendengar saya??" Aurora melambaikan jemarinya ke depan wajah Delvian menyadarkan Delvian dari lamunan nya

"Iya,ada apa??"

"Siapa yang anda maksud akan mengurusi saya??" Delvian menghela nafas sejenak dan duduk di sofa

"Apa kau tidak bisa melawan saat di tindas seperti tadi??" Aurora terdiam mendengar pertanyaan Delvian

"Maaf,apa anda melihatnya tadi??"

"Aku bahkan ingin menampar wanita itu bagaimana biss kau pasrah di perlakukan begitu"

"Saya tidak apa-apa tuan,terima kasih untuk perhatian anda saya kembali ke kamar saya saja"

"Tunggu.." Delvian menahan tangan Aurora yang membuat Aurora menghentingkan langkahnya

"Malam ini temani aku menjadi pasanganku"

"Hah..?? Maksud anda??"

"Aku sudah mempersiapkan sebuah acara lamaran untuk kekasihku tapi itu tidak bisa dibatalkan jadi bisakah kau membantuku berpura-pura menjadi pasanganku"

"Tapi tuan..saya bukan.."

"Hanya untuk sebentar,anggap saja ini balasan aku menolong mu sekarang" Aurora menghela nafasnya,jika di pikir pria ini memang selalu saja menolong nya di saat yang paling dia butuhkan

"Baiklah apa yang harus aku lakukan??"

"Kau cukup berakting menjadi kekasihku menemani ku pesta dan melangsungkan acara lamaran palsu"

"Hanya itu??"

"Iya hanya itu"

"Baiklah jika begitu aku akan bersiap"

"Tidak perlu,akan ada yang mendandanimu"

"Apa..!!" Tepat saat itu bel pintu kamar Delvian berbunyi

"Aku rasa mereka sudah datang" Delvian membuka pintu kamarnya benar saja para penata rias dan busana yang Delvian siapkan untuk Sherlin datang memenuhi pangilan nya

"Tuan apa yang bisa kami bantu??"

"Poles dia menjadi secantik mungkin tanpa celah"

Ketiga penata rias dan busana melihat ke arah Aurora mata mereka menyelidik menatap Aurora

"Auuu itik buruk rupanya,baiklah kami akan membuatnya menjadi angsa putih yang cantik tuan anda tenang saja"

"Baik jika begitu aku percayakan dia kepada kalian telpon aku jika sudah selesai"

"Baik tuan"

"Aurora aku tingalkan kau bersama mereka"

"Tapi tuan.."

"Mari nona ikuti kami"

"Tuan Delvian..ini sungguh tidak perlu..!!" Aurora berteriak namun tubuhnya sudah diseret ke kursi rias,Delvian hanya menyungingkan senyum dan pergi meninggalkan mereka untuk mengmakeover Aurora

Mereka memulai pekerjaan dengan membersihkan area wajah Aurora,Aurora hanya memejamkan matanya sembari meringis ketika jerawat di wajahnya di bersihkan dan bulu-bulu halus di tangan dan kakinya di cukur

Dia sudah pasrah kepada tiga orang yang kini sedang mengmakeover tubuhnya,selesai dengan mencukur bulu kaki dan tangan nya,mereka beralih mengikir kukunya membersihkan nya sampai menimbulkan suara yang membuat Aurora meringis mendengarnya dan kemudian memberikan kutek di kuku tangan dan kakinya

Matanya tidak bisa dibuka karena kini matanya sudah di tutupi oleh mereka dengan penutup mata,dia tidak tahu bagaimana sekarang wajahnya di poles pria di depan nya yang terasa sangat cekatan dan mahir melukis wajahnya

Aurora sampai tertidur ketika mereka mendandani nya dari ujung rambut hingga ujung kepala,kini area rambutnya sedang di tata oleh mereka,wajahnya kini beralih ke area mata yang sepertinya sedang didandani,Aurora tidak sanggup membuka matanya karena tidur,ketika dia diminta memakai soflent yang di sudah di pilih dia membuka matanya dengan berat

Sampai pada sesi terakhir dimana mereka memintanya mencoba beberapa gaun yang hampir membuat Aurora ingin melarikan dirinya saat itu juga,semua pakaian nya sangat seksi dan terbuka menampakan dada dan pahanya,gaun terakhir menjadi pilihan mereka ketika gaun satin berwarna merah rubi melekat indah di tubuh mungil Aurora

Gaun itu melekat dengan pas di tubuhnya,menampakan tubuhnya yang slim dan kaki nya menjadi sedikit jenjang,mereka pun memakai kan sendal hak tinggi kepadanya yang kesulitan dia pakai pada awalnya karena tidak terbiasa

"Sempurna" Ujar ketiganya serempak ketika melihat pantulan indah Aurora di cermin

"Seperti malaikat..sangat cantik" Ujar mereka memuji Aurora

"Sungguh ini aku??"

"Iya itu dirimu sangat cantik" Aurora tersenyum melihat pantulan dirinya,gaun satin merah,rambut yang tegerai bergelombang,menampilka sisi elegan dan dewasa dari dirinya

"Baik mari kita telpon tuan Delvian"

Mereka pun menelpon Delvian dan memintanya melihat hasil karya mereka malam ini,mereka menunggu kedatangan Delvian dengan berbincang dengan Aurora sejenak sampai akhirnya pintu kamar terbuka menampilkan sosok Delvian disana

"Sudah selesai??" Dia menatap ke arah mereka tiga yang sedang duduk di sofa bersama Aurora yang duduk elegan dan hanya tampak punggung belakang nya

"Sudah tuan silahkan lihat hasilnya" Aurora berdiri dengan malu dan gugup dia berdiri sejenak membelakangi Delvian dan kemudian membalik kan badanya menatap lurus ke arah Delvian dan tersenyum

"Hay.." Sapanya lembut,Delvian terpaku melihat betapa cantiknya Aurora setelah di poles malam itu wanita itu sungguh mempesona

"Pekerjaan yang bagus,kalian boleh pergi,terima kasih"

"Selamat bersenang-senang tuan" Mereka pun pergi dari kamar Delvian menyisakan Aurora dan Delvian disana yang masih saling berdiri mematung

"Jadi bagaimana tuan??"

"Tunggu sebentar" Delvian berjalan ke arah laci lamarinya dan mengambil satu set periasan yang Nilson berikan kepadanya

"Pakai ini" Delvian memberikan kotak periasan itu kepada Aurora

"Tapi tuan ini.."

"Pakai saja"

"Apa tidak apa-apa??"

"Kau menjadi kekasihku malam ini jadi kau berhak memakainya sejenak" Delvian membuka kotak periasan dan memasangkan kalung bermata rubi ke leher Aurora

"Sangat cantik" Gumam Aurora memegang kalung yang kini melekat indah di lehernya

"Itu sesuai dengan kecantikan mu malam ini,ayo" Delvian memberikan tangan nya kepada Aurora,Aurora mengandeng lengan nya dan tersenyum

"Terima kasih aku akan membantu sepenuhnya malam ini,ayo"

Delvian dan Aurora melangkah menuju lift dan turun ke aula pesta kembali,Aurora sedikit gugup karena akan berakting menjadi kekasih Delvian dan berpenampilan yang sungguh berbeda dari dirinya yang biasa,mereka melangkah keluar dari lift dan berjalan memasuki pintu aulan hotel

Ternyata kedatangan mereka sudah di tunggu pembawa acara,Dekvian melangkah masuk beriringan dengan Aurora di samping nya yang kini berjalan dengan anggun,semua pasang mata melihat ke arah mereka terutama Aurora yang begitu cantik dan memukau setiap mata yang melihatnya

Mereka berjalan menuju podium dan berdiri di atas podium menatap ke arah para tamu undangan yanf hadir disana,pembawa acara pun memulai acara utama yang mereka siapkan untuk Aurora dan Delvian

"Inilah dia tamu hotel kita yang akan melamar kekasihnya malam ini,tuan Delvian Parker"

Para tamu memberikan tapuk tangan yang meriah,lampu ruangan tiba-tiba dimatikan dan kini hanya menyisakan lampu sorot yang kini menyorot ke arah Aurora dan Delvian,musik piano pengiring mulai terdengar dan hujan bunga mulai berjatuhan dari atas mengenai mereka berdua

Aurora terkejut sekaligus takjun melihat bunga mawar beraneka ragam jatuh berguguran mengenai mereka seiring musik piano yang di alunkan,para tamu berdecak kagum melihat keindahan prosesi lamaran yang mereka sajikan

"Will you marry me??" Delvian berlutut di hadapan Aurora dan membuka kotak perisan nampak lah sebuah cincin berlian bermata rubi tertera disana

Meski itu hanya pura-pura namun Aurora tidak bisa berakting dengan baik,dia sangat tersentuh mendapat kan kejutan lamaran romantis itu,siapa yang mengira beberapa jam yang lalu dia adalah wanita yang di siram di balkon dan kini berdiri di podium dengan anggun dan cantik dan sedang dilamar romantis oleh pria tampan,Aurora menutup mulutnya menahan air mata nya ingin menetes dia menatap Delvian sesaat

"Yes i will" Delvian tersenyum dan memasangkan cincin bermata rubi itu ke tangan Aurora,tepuk tangan terdengar dari para tamu yang hadir disana,Delvian berdiri di samping Aurora yang tampak nya sangat terharu dan meneteskan air mata

"Kau menangis?? Kenapa??" Delvian menatap aurora yang menyeka air matanya

"Tidak apa-apa aku hanya terharu"

"Sudah lah jangan menangis ini hapus air matamu"

"Terima kasih"  Aurora mengambil sapu tangan dari Delvian dan menyeka air matanya

Lampu ruangan kembali menyala dan pembawa acara membuka kembali pesta malam itu

"Selamat untuk tuan Delvian dan kekasih semoga segera berbahagia dalam pernikahan,untuk merayakan pesta lamaran ini mari kita berpesta sekarang..musik"

Lampu sorot pun menyinari lantai yang kini siap digunakan untuk berdansa,musik dance terdengar seketika Aula pesta berubah seperti sebuah club malam

"Ingin mencoba??" Bisik Delvian ke arah Aurora,Aurora hanya mengangguk pelan dan kemudian Delvian membawanya ke lantai dansa untuk menari disco bersama tamu yang lain

Malam itu mereka merayakan pesta lamaran Delvian yang dikira orang sukses,mereka tidak tahu kenyataan jika ternyata itu hanya lamaran palsu,namun Delvian dan Aurora menikmati pesta malam itu hingga mereka minum dan lupa diri

One night stand tidak bisa dihindari ketika Aurora dan Delvian saling mabuk,Delvian membawa Aurora ke kamarnya malam itu dan berciuman panas di sepanjang lorong menuju kamar,Aurora seolah melupakan semua beban di pundaknya alkohol sudah mengambil alih tubuh dan kesadaran nya

Pintu kamar terbuka,Delvian mengendong masuk Aurora ke dalam kamar dan melemparkan nya ke kasur,melepaskan pakaian nya dan menatap Aurora sejenak,dia mematikan lampu kamar nya dan hanya menyisakan lampu kamar tidur

"Sherlin" Gumam Delvian ke arah aurora yang kini menunggu Delvian siap menyentuh nya Aurora sudah melepaskan semua pakaian nya

Delvian mencumbu tubuh mulus Aurora dan memberikan ciuman yang lembut di setiap tubuhnya,Aurora mejemakan matanya menerima kelembutan tangan Delvian yang menyentuh tubuhnya,suara desahan keluar dari bibir Aurora ketika Delvian mulai menyentuh dadanya

Percintaan panas terjadi begitu saja,bahkan Aurora menjadi begitu liar saat ditiduri oleh Delvian,suara erangan nya mengema dan langit malam Barcelona menjadi saksi percintaan liar mereka malam itu

To be continue..dont forget to vote thank you🌹

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top