32. Kekhawatiran Nayya

Valdy sedikit menyesal menyanggupi permintaan Nayya untuk merahasiakan hubungan mereka. Karena hal itu menjadi bumerang bagi Valdy untuk mendekati Nayya. Cewek itu seakan punya radar bahaya yang kuat. Setiap kali Valdy mencoba menunjukkan perhatiannya, Nayya memilih menghindar. Apalagi kalau berada di tempat yang ramai. Nayya selalu menjaga jarak dengannya seolah Valdy adalah virus berbahaya yang bisa menular.

Valdy jadi pusing sendiri. Kenapa rasanya menyatakan perasaannya justru membentangkan jarak di antara dirinya dengan Nayya. Valdy bahkan tak bisa leluasa menghampiri Nayya saat berada di kampus, alasannya karena cewek itu tak ingin menjadi bahan gosip lagi.

Alhasil dari sekian banyak tempat di kampus, hanya ada satu tempat di mana Valdy bisa bersama dengan Nayya tanpa mengundang kecurigaan. Tempat yang hanya dikunjungi segelintir orang yang tak peduli pada gosip apapun, yaitu perpustakaan.

Suasana perpustakaan Gunadhya di sore hari memang selalu menjadi favorit Nayya untuk menyelesaikan naskah web komiknya. Suasana tenang dengan pengunjung yang hanya hitungan jari itu membuat Nayya betah berlama-lama di sana.

Di tempat ini pula Nayya merasa aman dari semua gosip yang mungkin akan timbul, lihat saja para pengunjung tempat ini yang lebih memilih fokus pada buku bacaan daripada berita yang meledak di Gu-date.

Kali ini tak sulit bagi Valdy menemukan Nayya. Cewek itu terlihat sedang fokus mengedit gambar dengan latopnya di salah satu barisan meja dekat jendela di sudut perpustakaan. Dengan langkah pasti Valdy menghampiri Nayya dan duduk di depannya. Nayya tampaknya tak menyadari kehadiran Valdy. Cowok itu pun ikut membuka laptopnya untuk menemani Nayya selama berada di perpustakaan. Berulang kali Valdy mencuri pandang ke arah Nayya di sela kegiatannya membuat program mini. Namun Nayya masih juga tak menyadari kehadirannya. Akhirnya, Valdy mengulurkan sebotol minuman dingin ke depan Nayya. Sayangnya cewek itu terlalu asik dengan kegiatannya sampai-sampai tak memedulikan sekitarnya. Valdy hanya bisa pasrah dan menunggu Nayya sampai selesai mengerjakan naskahnya.

Setengah jam kemudian, naskah komiknya selesai diperbaiki, Nayya meregangkan tangan ke atas untuk mengendurkan otot-otot tangannya yang pegal. Saat itulah Nayya sadar kalau Valdy masih ada di sana.

"Kakak kenapa ada di sini? Kok belum pulang?" tanya Nayya.

"Nungguin kamu."

"Ngapain nungguin aku?"

"Takut kamu kesasar pas pulang," jawab Valdy asal dan Nayya hanya bisa melongo bingung.

"Udah selesai kan? Ayo aku anter pulang!" Valdy menarik tangan Nayya setelah cewek itu selesai merapikan tasnya. Nayya yang terlalu terkejut langsung refleks menarik tangannya yang berusaha digenggam Valdy. Cewek itu menatap sekelilingnya dengan waspada. Siapa tahu ada paparazi Gu-date yang sedang mengintai di perpustakaan.

"Di sini masih di kampus ya Kak, gimana kalo ada paparazi Gu-date?" bisik Nayya dengan suara rendah. Pada akhirnya cewek itu berjalan lebih dulu keluar perpustakaan dan Valdy hanya bisa menghela napas pelan sambil mengikuti di belakang Nayya.

Di taman dekat perpustakaan Valdy sudah tidak tahan lagi diabaikan seperti ini oleh Nayya. Cowok itu tetap mengulurkan tangannya dan menggandeng Nayya lalu menariknya cepat menuju parkiran motor sebelum cewek itu sempat memprotesnya. Valdy segera memakaikan helm dan meminta Nayya cepat naik ke motornya.

Awalnya Nayya menggerutu, tetapi pada akhirnya cewek itu naik juga setelah memandang sekeliling lapangan parkir yang terlihat sepi. Aman, pikir Nayya.

"Kita mau ke mana sih, Kak?" tanya Nayya saat menyadari jalan yang ditempuh Valdy berlawanan arah dengan jalan menuju indekos.

"Pantai!"

"Apa?!"

Valdy tak mendengar jelas semua gerutuan yang keluar dari mulut cewek yang diboncengnya. Cowok itu fokus pada setiap jalan yang dilaluinya hingga mereka sampai di parkiran pantai.

Kali ini pemandangan pantai masih terlihat jelas. Langit dan air laut yang terlihat biru dengan dihiasi semburat jingga tanda matahari yang siap turun ke peraduannya. Sungguh indah dipandang mata.

"Kenapa kita ke sini?" tanya Nayya heran sambil melepas helmnya.

"Biar kamu nggak ketakutan terus kalo di deket aku! Di sini nggak ada yang kenal kita." Kali ini Nayya tak menarik tangannya yang digenggam oleh Valdy. Rasanya hangat dan kehangatan itu terus menjalar hingga ke dalam hatinya.

"Bilang aja kalo Kakak yang pengin nempel-nempel sama aku," balas Nayya tepat sasaran.

"Itu kamu tau. Kenapa ngehindar terus?" Nayya terdiam untuk sesaat. Sampai Valdy menuntun Nayya menyusuri dermaga cinta yang terlihat tidak seramai ketika mereka pertama kali ke tempat itu. Hanya ada satu atau dua pasangan yang asik mengobrol sambil duduk bersandar pada pagar dermaga.

Valdy memilih membawa Nayya ke sebuah cafe terbuka yang berada di tengah dermaga. Cowok itu memilih meja yang terletak di tepi pagar, menghadap ke arah laut yang terbentang luas dengan pemandangan langit yang memesona.

"Waah, pantainya bagus banget," seru Nayya girang saat melihat semburat jingga mulai merebak di ujung lautan sambil bersandar di tepi pagar pembatas.

"Hmm ... cantik."

Nayya menoleh dan menemukan Valdy sudah berdiri di sebelahnya. Cowok itu kini tengah menatapnya lekat-lekat. Untuk sesaat Nayya terasa seperti terhipnotis oleh pesona Valdy. Wajah cowok di depannya ini terlihat seolah sedang bersinar karena membelakangi cahaya matahari yang hendak terbenam. Sungguh tampan.

"Kamu lebih bagus senyum kayak tadi," kata Valdy masih sambil menatap Nayya tepat di kedua manik mata cewek itu.

"Ha?"

"Apa berada dekat denganku membuatmu jadi beban?" tanya Valdy tiba-tiba. Cowok itu baru sadar kalau Nayya jarang sekali tersenyum manis seperti tadi kalau sedang berada di kampus.

Nayya membalas tatapan Valdy sebelum menjawab, "Ya ... memang terasa membebani," ucap Nayya jujur kemudian melempar tatapannya ke lautan lepas di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Valdy sungguh ingin tahu perasaan Nayya yang sesungguhnya.

"Kakak ini idolanya Gunadhya, semua orang menilai kalau Kakak lebih cocok dengan tipe cewek kayak Kak Zelia yang cantik, modis, dan pintar itu."

"Tapi yang aku suka bukan dia. "

"Walaupun begitu, mereka lebih seneng lihat Kakak punya pacar yang cantik dan selevel sama Kakak. Berbanding terbalik sama aku pokoknya."

"Memangnya kamu kenapa? Nggak ada yang salah sama kamu."

"Tapi aku kan ...." Nayya menunduk, sangat sulit mengeluarkan segala unek-unek yang selama ini mengganjal hatinya.

Lalu sentuhan lembut dan hangat itu menyentuh pipinya. Nayya pun mendongak menatap Valdy yang menatapnya dengan hangat.

"Aku sukanya cuma sama kamu, Nayya." Valdy pun menangkup kedua pipi Nayya dan menatapnya lekat-lekat. "Kenapa kamu harus dengerin kata orang? Kalo kamu nggak yakin, kamu bisa langsung tanya sama aku. Jadi, mulai sekarang kamu nggak usah khawatirin hal lainnya. Cukup khawatirin aku aja."

Nayya terenyuh. Cowok di hadapannya ini terlihat serius dengan kata-kata yang baru saja diucapkannya. Pada akhirnya Nayya mengangguk pelan dan tersenyum. Kali ini perasaannya terasa lebih ringan dan kepercayaan diri yang sempat hilang itu mulai muncul kembali.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top