10. Seperti Penguntit

Teringat perkataan teman Nayya sewaktu di kantin tadi pagi, Valdy langsung mengetikkan sebuah nama dalam kolom pencarian dan muncullah laman Instagram yang tertata rapi dengan latar berkesinambungan dengan warna pastel khas gadis kue. Seperti sebuah gambar besar yang dipecah menjadi beberapa bagian yang setiap potongannya mempunyai gambar kecil yang punya cerita sendiri-sendiri. Niatnya ingin mencari tahu kenapa temannya sibuk mencarikan pacar untuk cewek itu.

Valdy menggulir tetikusnya dan mulai membaca beberapa unggahan tersebut. Wajah serius cowok itu sesekali mengerenyit heran, ada banyak kalimat yang tidak dia pahami di sana. Unggahan tersebut seperti cuplikan sebuah cerita yang saling bersambung. Lalu Valdy kembali menggulir tetikusnya ke profil sang pemilik akun, ada sebuah tautan di sana. Valdy iseng memeriksa isi tautan tersebut yang ternyata sebuah webcomic. Senandung Hujan judulnya.

Valdy membaca komik itu dan sering kali mengerutkan keningnya. Sama sekali bukan jenis cerita yang dia sukai, terlalu mellow khas anak perempuan. Lalu tatapannya teralih pada seorang cewek yang baru saja masuk ke perpustakaan. Duduk beberapa meja di depan Valdy. Cewek yang sudah beberapa hari ini selalu menarik perhatiannya.

Ya, Nayya langsung duduk dan membuka laptopnya. Semenit kemudian cewek itu sudah tenggelam dalam kegiatannya mengotak-atik sesuatu dalam laptopnya. Sore ini cewek itu terlihat sendirian. Tidak ada satupun teman yang biasa menemaninya dan suasana perpustakaan yang terlihat sepi membuat Valdy dengan mudah mengamati semua hal yang dilakukan cewek itu.

Wajah mungil yang terlihat serius dengan kening berkerut dan bibir yang sesekali mengerucut itu membuat Valdy tak bisa memalingkan tatapannya. Tak bosan-bosannya cowok itu mengamati setiap tingkah laku Nayya selama berada di perpustakaan. Sampai notifikasi kotak peringatan muncul dan berkedip-kedip dalam layar laptop Valdy. Cowok itu mengklik kotak hitam tersebut dan muncullah animasi kucing menari.

Valdy segera mengangkat kepalanya dan melihat Nayya yang kini terpekik kaget. Senyum tipis mengembang di bibir cowok itu. Satu hal yang Valdy tak suka adalah ketika cewek yang masih menatap layar laptopnya dengan ngeri itu mulai berselancar membuka media sosial mantan pacarnya. Ya, Valdy tahu itu. Cowok itu sempat menemukan foto Nayya dengan sang mantan pacar yang sempat terjatuh dari dalam buku harian cewek itu saat menemukannya tempo hari. Ada rasa tak suka melihat senyum Nayya di foto tersebut. Senyum yang tak pernah Valdy lihat saat cewek itu berada di hadapannya. Maka sejak saat itu pula Valdy mulai meretas akun media sosial milik Nayya. Setiap kali cewek itu mulai memeriksa media sosial mantan pacarnya, Valdy akan tahu dan animasi kucing menari akan muncul secara otomatis.

Suara denting notifikasi terdengar dari laptop Valdy bersamaan dengan Nayya yang tergesa menutup layar laptopnya. Nayya terlihat terburu-buru merapikan semua pekerjaannya dan beranjak pergi meninggalkan perpustakaan. Tak ingin ketinggalan, Valdy pun bergegas mengikuti Nayya keluar perpustakaan. Lalu berjalan diam-diam beberapa meter di belakang Nayya layaknya seorang penguntit.

Hingga beberapa meter di dekat indekos mereka, Valdy melihat Nayya memberhentikan sebuah mobil yang hendak lewat hanya karena seekor kucing yang meringkuk di tengah jalan. Cewek itu lalu menggendong si kucing dan membawanya pulang ke indekos.

"Loh, motor kamu ke mana Val?" tanya Davon begitu melihat Valdy memasuki gerbang indekos. Saat itu Valdy mendapati Nayya menoleh ke arah mereka untuk beberapa saat sebelum cewek itu masuk ke dalam kamar kosnya sambil membawa si kucing kelaparan.

"Di kampus."

"Kenapa? Mogok? Yah, padahal mau aku pinjam."

Valdy lalu melempar kunci motornya ke arah Davon yang dengan sukses ditangkap oleh cowok itu, "Kalau mau pakai, ambil aja di kampus."

"Ya ampun, aku harus jalan kaki dulu dong ke kampus?" keluh Davon.

"Kalau nggak mau, sini balikin!" Valdy mengulurkan tangannya untuk meminta kembali kunci motor yang baru saja diberikannya.

"Mau... mau kok. Yaudah aku ambil ke kampus."

"Jangan lupa isiin bensinnya, ya!" Davon pun mengacungkan jempolnya sebelum menghilang di balik tembok yang mengelilingi indekos.

Valdy naik ke lantai dua tempat kamarnya berada. Meletakkan tasnya ke atas meja dan membuka tirai jendela yang menghadap ke arah indekos putri. Untuk sesaat tatapannya terpaku pada kamar ke dua dari gerbang masuk indekos. Rasanya beberapa hari ini dia sudah seperti penguntit yang mengawasi penghuni kamar tersebut diam-diam. Sepertinya ada yang salah dengan otaknya akhir-akhir ini.

Bahkan setelah menyiram kepalanya dengan air dingin pun, pikirannya masih sama seperti sebelumnya. Valdy berdiri di samping jendela dengan tatapan lurus ke kamar nomor dua itu. Bertepatan dengan si pemilik kamar yang baru saja keluar dan mengunci pintunya. Dengan cepat Valdy melesat turun mengejar cewek itu. Mengikutinya diam-diam sampai ke warung makan di seberang gedung indekos mereka.

Senyum tipis muncul di bibir Valdy saat menyaksikan Nayya menyuap makanannya dengan tergesa, layaknya orang yang tak makan selama dua hari. Wajah mungil itu kini dihiasi pipi menggembung sebesar bola tenis.

"Makannya pelan-pelan aja. Enggak akan ada yang mau mencuri makananmu kok!" Cewek itu menoleh dan menatap Valdy dengan tatapan sengit.

"Kenapa sinis begitu? Tuh, aku bawakan minumanmu." Valdy meletakkan segelas es teh manis ke hadapan Nayya dan cewek itu justru menatapnya dengan tatapan curiga. "Jangan sampai tersedak, bisa semakin mengerikan wajahmu nanti," ledek Valdy yang membuat mata cewek itu semakin memelotot kesal.

"Mau seseram apa wajahku juga bukan urusan Kakak," balas Nayya sengit dan mulai mengabaikan Valdy yang kini duduk di sampingnya, ikut makan. Tanpa cewek itu tahu kalau Valdy tengah menatapnya diam-diam.

Seperti sadar sedang diperhatikan, Nayya refleks menoleh dan tatapannya berserobok dengan milik Valdy yang berada dua jengkal dari wajahnya. Karena terlalu terkejut, Nayya tersedak makanan yang hendak ditelannya. Nayya terbatuk-batuk kencang sampai Valdy harus membantunya dengan menepuk-nepuk punggung cewek itu.

"Minum dulu!" Valdy menyodorkan es teh manis yang tadi dia bawakan.

"Ini teh nggak ada racunnya, kan?"

"Ah, aku lupa. Racunnya udah aku masukin apa belum ya?"

Nayya memelotot ngeri, "Nggak ada, lah, Nay. Buruan minum!" Valdy kembali menyodorkan gelas tersebut ke hadapan Nayya dan cewek itu segera menyeruput minumannya dengan cepat.

"Gimana? Berasa ada racunnya nggak?" goda Valdy lagi.

"Ada, nih buktinya perutku langsung mules!" Cewek itu mengusap perutnya sambil memberengut.

"Itu sih namanya kekenyangan." Valdy terkekeh pelan.

Namun senyum Valdy kembali memudar ketika menemukan ekspresi cewek di depannya yang terlihat syok.

"Kenapa menatapku begitu?" tanyanya heran karena Nayya sempat terbengong-bengong untuk beberapa saat.

"Hari ini Kakak salah makan, ya? Atau salah minum obat?"

Duarrr!

****

Cepat amankan medsos kalian ya gaes ya. Kalo perlu sama hati kalian juga sekalian.
Bahaya nih ada hacker ganteng lagi bobol akun gebetan. Takutnya malah hati kamu yang kebobolan. 😎

Salam sayang dari author yang lagi galau mau makan apa malam ini. 😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top