Part 4
Haii, udah pada follow belum nih, hihi ... Follow dulu yuk, jangan lupa kasi bintang cantiknya💜
Happy reading guys
Suara renyah Mikayla tak mengalihkan tatapan Widuri dari punggung Panji.
"Aunty ..., mau yaa," Mika mengguncang tubuh Widuri. Gadis lembut itu tersenyum mengangguk yang di sambut sorak bahagia Mika.
Tak lama mereka berdua keluar menuju mobil.
"Papa! Aunty mau ikut," teriak Mika riang. Sementara Panji hanya tersenyum sekilas untuk kemudian menyalakan mobilnya.
"Aunty, ayo duduk di depan bareng Mika," pintanya.
Widuri menggeleng tersenyum.
"Aunty di belakang aja, Mika."
"Ayo Aunty," rajuk Mika manja.
"Mika! Duduk, kita pulang sekarang," perintah Panji membuat gadis kecil itu diam dan duduk.
Sepanjang jalan Mika tak henti berceloteh bertanya apa saja yang dia lihat pada Panji maupun Widuri. Tak jarang mereka bersamaan menjawab pertanyaan gadis kecil itu. Hingga tak terasa mereka sampai di rumah.
"Ayo Aunty," ajak Mika menggandeng Widuri.
"Papa, Aunty tidur di kamar Mika ya?"
Panji yang masih di mobil mengangguk tanpa menoleh.
"Yeay, ayo Aunty, nanti kita main boneka ya Aunty." Suara Mika riang meninggalkan Panji.
***
Malam menjelang.
"Aunty, Mika lapar," ujar gadis kecil itu seraya mengusap perutnya. Melihat tingkah Mika, Widuri tertawa kecil.
"Oke, kita masak yuk!"
Ucapan Widuri ditanggapi anggukan semangat dari Mika.
"Ayo, kita ke dapur sekarang, Aunty!"
Di dapur sigap Widuri membuka kulkas.
"Mika mau dimasakin apa?" tanyanya menatap gadis kecil yang tengah duduk di pantry.
"Mika mau ayam goreng kremes, Aunty," sahutnya.
"Oke, princess, Aunty bikinin ayam goreng kremes sama brokoli crunchy yaa." Gadis itu segera memakai apron dan mulai memasak.
Setengah jam kemudian, masakan siap.
"Hmm, sedap!" Mika menirukan gaya seperti iklan di televisi. Mereka berdua tertawa.
Widuri melayani Mika dengan penuh kasih sayang. Sementara gadis kecil itu terlihat sangat bahagia.
"Aunty nggak makan?" tanyanya di sela-sela menikmati masakan Widuri.
"Aunty nggak lapar," sahutnya.
"Tapi kan Aunty belum makan?"
Widuri menggeleng tersenyum.
"Oh iya, papa juga belum makan, Mika panggil ya?" Gadis kecil itu menatap meminta persetujuan.
Widuri hanya mengangguk menanggapi. Sambil menunggu Mika kembali ke ruang makan, gadis itu membersihkan dapur.
Dapur sudah bersih, dia tersenyum puas. Tapi senyumnya hilang saat melihat Mika melangkah pelan dengan wajah dilipat.
"Ada apa, Mika?" tanyanya membungkuk hingga sejajar dengan kepala gadis kecil itu.
"Papa nggak mau makan bareng Mika," jawabnya kecewa.
"Papamu bukan tak mau makan bersamamu, tapi dia tak ingin melihatku, Mika," batin Widuri.
"Mika tunggu di sini, biar Aunty yang bicara ke papa, ya."
Widuri melangkah menuju kamar Panji. Ragu dia mengetuk pintu.
"Mika, papa kan sudah bilang, papa nggak lapar." Suara Panji terdengar. Segera gadis itu membuka pintu yang memang tidak menutup sempurna.
"Ini saya," ujarnya menatap Panji.
Pandangan lelaki itu berubah dingin.
"Siapa yang menyuruhmu membuka pintu itu?" tanyanya tanpa menoleh.
"Maaf, tapi Mika, ini semua tentang Mika!"
Lelaki itu tersenyum miring seraya memainkan kuas pada kanvas di depannya.
"Kenapa kamu peduli pada putriku?" tanyanya menginterogasi.
"Karena saya menyayanginya, itu saja."
Lagi-lagi Panji menaikkan sedikit bibirnya.
"Dia ingin makan bersama, Mas. Temani Mika. Saya tahu, Mas tidak suka saya ada di sini, temani Mika makan malam, saya tidak akan ada di sana," mohonnya pada Panji.
"Bisa kamu pergi dari situ?" sinis Panji.
"Saya tidak akan pergi, sebelum Mas menemani Mika!" balas Widuri.
"Kamu keras kepala! Sebenarnya mau kamu apa? Hah!"
"Saya? Mas bilang saya keras kepala? Mas tahu, Mas adalah orang terpicik yang pernah saya kenal! Saya tidak menyangka, orang berpendidikan seperti Mas punya pikiran buruk!"
"Kamu menceramahiku?"
"Terserah apa namanya! Tapi memang begitu adanya, Mas egois! Semua harus berjalan seperti kemauan Mas!"
Panji menyeringai, kali ini mata tajam itu menatap Widuri.
"Bagus! Sudah pintar menilaiku sekarang! Kamu tahu, kalau bukan karena Mika kamu sudah aku usir dari sini!"
"Dan jika bukan karena Mika, aku tidak akan sudi memohon seperti ini! Paham?"
Panji menggenggam kuas dengan erat. Rahang lelaki itu mengeras hingga terdengar deritan giginya.
"Kalau kamu tahu aku tidak suka kamu ada di sini, kenapa masih berdiri di depan kamarku? Bagaimana aku bisa lewat? Mika pasti sudah lama menungguku!"
Widuri sedikit menarik bibirnya mendengar perkataan Panji. Segera dia pergi meninggalkan kamar Panji menuju kamar Mikayla.
***
Pagi-pagi sekali Widuri bangun, setelah semalam mengikuti kemauan Mika membacakan beberapa dongeng untuknya. Setelah dia rasa Mika masih lelap, Widuri menuju dapur menyiapkan sarapan.
Semalam sebelum tidur Mika menyampaikan bahwa hari ini mereka akan jalan-jalan. Masih menurut Mika, Sang Papa tidak keberatan untuk menonton film Disney yang sekarang sedang tayang di bioskop.
Bibir gadis itu melengkung mengingat obrolannya dengan Mika.
"Aunty, papa galak ya?"
"Nggak, kenapa emang?"
"Iya, papa suka galak sama Aunty, padahal kan Aunty baik."
"Papa nggak galak, cuma ...."
"Cuma apa?"
"Cuma mungkin papa lagi banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan," jelas Widuri.
Kemudian gadis cilik itu tertidur.
"Aku harus ke kantor, tolong bilang ke Mika! Kalau kamu mau ajak dia jalan-jalan silahkan." Tiba-tiba Panji muncul dengan kemeja putih dengan tatanan rambut rapi seperti biasa. Aroma perpaduan dari bergamot, neroli, rosemary, dan cittrus menguar memanjakan indra penciuman siapa saja yang dilewati.
"Tapi kalau nanti, Mika ...."
"Teleponkan ke aku! Biar nanti aku bicara langsung, " Panji melangkah tanpa menoleh, "Oh iya, kamu bisa minta tolong Pak Mul jika Mika minta diajak jalan," sambungnya lagi kemudian pergi.
"Eum, tunggu!" ucap gadis itu ragu mendekat tepat di belakang Panji.
"Ada apa?" Lelaki itu memutar tubuhnya, hingga mereka tak berjarak, "butuh uang?" sambungnya menatap tajam. Mendengar ucapan Panji sontak Widuri melayangkan tangannya ke pipi Panji. Tak menyangka akan mendapat respon mengejutkan, Panji semakin menatapnya sinis.
"Seharusnya kamu cuci bersih otakmu, Mas! Aku hanya ingin menawarkan sarapan, tidak baik jika pagi tidak diawali dengan sarapan!" sergah Widuri dengan suara bergetar dan wajah memerah.
"Aku tidak memerlukan perhatian darimu! Terima kasih untuk tamparannya!" Panji berlalu meninggalkan Widuri yang masih berdiri dengan mata mengembun.
Setelah Panji pergi, Widuri menuju ruang tamu. Ada foto pengantin Panji dan Diandra di sana. Mama Mikayla memang cantik, memiliki senyum indah dan gigi putih dengan sedikit gingsul di sana. Di foto itu terlihat bias kebahagiaan terpancar dari keduanya. Mereka berdua mengenakan baju adat Jawa, sangat sempurna.
"Aunty?" Suara Mika mengejutkannya.
"Mika sudah bangun, Sayang?"
Gadis kecil itu berlari ke arahnya, dengan senyum Widuri menyambut dam merangkul tubuh mungilnya.
"Aunty ngapain di sini?"
"Aunty lihat foto Mamanya Mika,"jelas Widuri.
"Mama Mika cantik kan, Aunty?" ucapnya seraya menatap figura besar yang bergantung di dinding.
Widuri mengangguk tersenyum.
"Tentu saja, mama Mika cantik! Sangat cantik!"
"Aunty juga cantik!" puji Mika menatap Widuri.
"Mika juga, mau tahu kenapa?" ucap gadis berbibir merah muda itu.
"Kenapa, Aunty?"
"Karena kita perempuan, semua perempuan itu cantik!"
Mikayla tertawa menanggapi. Tetapi kemudian seolah tahu bahwa Panji tidak di rumah.
"Papa pergi ya, Aunty?"
Widuri mengangguk.
"Kita nggak jadi jalan-jalan dong," ujar Mika kecewa.
"Kalau jalan-jalan sama Aunty aja gimana?"
Mata Mika membeliak indah. Wajah murungnya kembali cerah.
"Iya, Aunty? Beneran Aunty mau ajak Mika jalan-jalan?"
Widuri mengangguk cepat.
"Sekarang Mika mandi, sarapan lalu kita berangkat," ujarnya disambut tepuk bahagia oleh Mika.
***
Sepanjang siang hingga sore Mika dan Widuri menghabiskan waktu di luar. Ke kebun binatang, setelah puas mengeksplore di sana, Mika mengajak Widuri ke mall, bermain dan makan.
Hingga sore menjelang.
"Mika, kita pulang yuk, sudah sore," ajaknya pada Mika yang tengah menghabiskan es krim.
"Aunty, kalau papa ada pasti lebih seru kan?"
Widuri menghela napas.
"Kapan-kaoan kalau papa ngga sibuk, Mika bisa ajak papa kan?"
"Tapi Mika mau sama Aunty juga," rajuknya.
Widuri tak menyahut, dia hanya mengusap kepala gadis kecil itu.
"Oke, kita pulang sekarang?"
Mika mengangguk setuju.
***
"Papa!" panggil Mika setelah sampai di rumah. Nampak Panji tengah duduk di teras menikmati secangkir kopi.
"Hei! Kemana aja seharian, cantiknya papa?"
Mika duduk dipangkuan Panji kemudian berceloteh kisahnya sepanjang hari tadi. Sementara Widuri masuk ke dalam, dia berkemas untuk kembali pulang ke rumahnya.
"Papa, Mika seneng banget bisa jalan sama Aunty, tapi ...."
"Tapi kenapa, Sayang?"
"Tapi Mika lebih senang kalau Papa juga ikut," ucapnya manja.
Panji mengecup kening Mika.
"Papa kan masih ada kerjaan."
"Papa," panggil putri kecilnya.
"Ya, Sayang?"
"Kalau Papa sudah nggak ada kerjaan, boleh Mika ajak jalan-jalan?"
"Boleh dong!"
"Tapi sama Aunty juga, Papa mau kan?"
Panji bergeming. Ingatannya kembali pada peristiwa pagi tadi. Gadis cantik itu telah memberinya tamparan. Mengingat itu Panji tersenyum miring.
"Pa, kok diam?"
"Papa nggak janji, Mika."
Mika nampak tak suka mendengar jawaban papanya.
Saat gadis kecil itu kembali hendak protes, Widuri keluar dengan membawa tas, siap untuk pulang.
"Aunty mau kemana?" tanyanya dengan berharap.
"Aunty mau pulang ke ruang eyang, Mika," jawab Widuri.
"Nggak boleh! Aunty tinggal di sini aja!"
"Mika, besok Aunty sudah harus kembali kerja, Mika juga harus kembali belajar sama Bu Lastri, kan?" ucap Widuri lagi.
Sementara Panji diam seolah tak ingin ikut ke dalam obrolan mereka.
"Aunty, jangan pergi ..., Papa, bilang ke Aunty supaya nggak pergi," ucap Mika memohon.
***
Bersambung.
Pada suka nggak yaa?
Ditunggu VoMen cetar nya yess ...
Colek cantik jika typo. Mamacih all readers 💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top