Romantisme Negara Tropis

Aku terkejut. Jantungku hampir lepas dibuatnya, ketika aku menyadari seseorang yang menarik tanganku adalah Freid yang segera menindih badanku bersandar di pohon besar. Seketika amarahku memuncak, aku mendorong badan jangkun itu dengan keras. dia mundur dengan pasrah.

"wat ben je aan het doen?" tanyaku membentak. Terdengar suara amarahku yang tersulut.(apa yang sedang kau lakukan).

Dia menatapku tajam. Tapi tatapan itu seolah bertanya. Aku membuang mukaku berusaha meredam amarah yang ada didalam hatiku. Haruskah aku menjelaskan apa yang kulihat dan apa yang aku rasa sekarang?. tapi untuk apa, dia adalah seorang yang seharusnya aku benci demi sebuah kecintaanku pada tanah air, demi jiwa patriotik sebagai inlander yang dijajah.

"waarom?" (kenapa) tanyanya Lirih. entah mengapa suara itu semakin membuat merasa marah. Seolah apapun yang dia ucapkan akan selalu menjadi kesalahan, aku kesal. Tidak hanya dengannya tapi pada diriku sendiri juga.

Aku berdaham. "tidak perlulah aku menjelaskan ada apa denganku ketika kau sudah tahu jawabannya" jawabku hendak pergi. tapi tangannya menarikku halus, dia menunddukkan kepala. Tidak tahu apa yang sedang dilakukannya. Aku berusah melepaskan tangannya, tapi dia samakin erat menggenggam tanganku.

"aku tahu kau melihat kegilaanku malam kemarin. maaf, aku hanya diluar kendaliku. Malam itu" ujarnya menjelaskan, menatapku dengan tatapan bersalah.

Aku menarik napas panjang. Dalam tarikan napas itu ada sebuah belenggu yang kembali memabukkanku. Bahkan lebih memabukkan dari pada cinta saat pertama bertemu dengan lelaki berambut keriting ini. tapi pemikiran itu segera kutepis, aku tidak boleh terperdaya hanya dari kata-katanya yang lembut.

"sepertinya banyak wanita yang kau perlakukan seperti ini. kemarin ada seorang wanita, lalu wanita yang lainnya. Mungkin aku adalah wanita ketiga atau mungkin wanita yang ke sekian ribu kau perlakukan sehalus dan semanis ini. hey, apakah kau casanova?. Aku bahakan tidak punya uang untuk memberikanmu apapaun" omelku mengeluarkan amarah.

Freid menatapku tajam, tapi aku tidak takut dengan tatapan itu. tidak ada terbesit dalam otakku menjadi tunduk kepadanya meskipun aku tahu hatiku adalah miliknya, dan cintaku memuji namanya. Cinta adalah sesuatu tanpa tapi, tapi kupikir lebih baik kuakhiri dengan sakitnya sakit hati. Daripada aku harus melanjutkan tapi hanya sekedar kepura-puraan yang manis.

"kau yang pertama" ujarnya menatapku dengan tatapan penuh arti.

Aku melempar senyuman mengejek. Berusaha melepas genggamannya, "aku tahu itu hanya kebohongan. Dan jangan mencoba membodohku, aku tidak sebodoh wanita-wanitamu yang berpenampilan ayu dengan tusuk konde emasnya" cercaku.

"kau yang pertama, kau yang tercantik. Percayalah kepadaku mooi meisje" ujarnya merayu, mengambil tanganku untuk di kecup. Jantungku berdegup dengan kencang ketika dia melkaukan itu. seolah badanku meleleh dengan perlakuannya yang manis.

Aku melapaskan genggaman tangannya menyembunyikan diriku yang salah tingkah, aku yang telah lepas dari genggaman tangannya dan ingin pergi darinya tidak lagi ingin pergi darinya. Ada sebuah kenyamanan ketika dekat dengannya. ada banyak hal yang ingin ku katakan kepadanya, kata-kata yang berputar dikepalaku sejak kemarin malam dan mengganggu tidurku. Diriku seolah haus dengan perlakuan manisnya.

Dia mengenggam kedua tanganku dengan kedua tangannya. Senyuman mengembang di simpul bibirnya. Tetap senyum yang menggodaku untuk melupakan amarah didalam hati. Aku ikut mengembangkan senyum kepadanya, "kau tidak lagi marahkan denganku?" tanyanya.

"aku masih sangat marah" ujarku dengan senyuman.

"aku tidak akan melakukan hal bodoh lagi. ik beloof(aku berjanji)" ujarnya mendekatakan wajahnya kewajahku. Aku mundur dengan tingkahnya, dia kemudian tertawa. "ik hou van jou" ujarnya cepat hampir tidak terdengar di telingaku.

"ha?" tanyaku, meninginkannya mengulangi. Tapi dia malah tersenyum. Kami keluar dari persembunyian kami di balik pohon mangga besar itu. dia melepaskan gandengannya, tapi malah mengebit tanganku di sela lengannya. Seolah memamerkan diriku sebagia pasangannya, jujur saja itu membuatku rikuh.

Kami masuk ke loji serdadu belanda. Dimana semua mata tertuju kepadaku. Tapi Freid tidak menggubrisnya, beberapa orang memberi hormat kepadanya. dia mengangguk dan melirik jahil kepadaku. Ditempatkannya aku disebuah ruangan yang besar, dimana dipojok ada meja kayu. Aku duduk di kursi empuk yang panjang yang ada di sisi lain ruangan itu.

Freid dengan etika sopan santunya menyuruhku masih terlebih dahulu. Dia dibelakangku dan berbincang dengan seorang pegawai, dimana pegawai itu menatapku dengan senyuman menghargai. Dia juga mengangguk kepadaku, aku menganggukkan kembali pertanda menerima salam. Freid menutup pintu yang besar dan membuat kami hanya berdua saja diruangan itu.

"ini ruang kerjamu?" tanyaku. Berjalan masuk mengitari setiap sudut yang mungkin sebesar rumahku.

"yeah ruang kerjaku yang baru" pamernya.

"siapa lelaki ini. ayahmu?" tanyaku menunjuk kepada lukisan lelaki bertubuh sempurna dengan wajha yang tampan. Dari wajahnya tidak terlihat jauh berbeda dengan Freid.

Freid tertawa. "kalau lalki itu ayahku, tidak mungkin aku bertemu denganmu sekarang" ujar Freid, duduk di meja kerjanya. Aku tidak mengerti apa yang dimaksudkannya. "raja Willem III" ujarnya. ah aku mulai paham dengannya.

Freid menggenggam tanganku ketika aku melihat-lihat hiasan tropi yang ada di raknya. Tersesun dengan rapi. Aku menatap Freid, dia tersenyum dan menuntunku untuk duduk dipangkuannya. Ketika aku sudah berada di pangkuannya, "apa kau akan memperkosaku sekarang?" tanyaku memberikan peringatan kepadanya.

Dia tersenyum. "aku hanya ingin memeluk" ujarnya melingkarkan tangan di pinggulku. Kepalanya di sandarkan dilenganku. Aku tersenyum, dekat dengannya membuatku nyaman.

"kau ingin tanganmu patah?" tanyaku.

Freid tersenyum dan melepaskan pelukannya. Aku berdiri, berjalan untuk berpindah posisi. Ketika seorang tentara datang membawa dua cangkir teh, Aku memilih untuk duduk di kursi empuk. Belum pernah bokongku duduk di kursi yang seempuk ini. kunyamankan senyaman mungkin bokong yang selalu berpijak pada tempat yang keras.

Freid duduk di sebelahku. Dia tersenyum sembari terus memandangiku. "apa?" tanyaku rikuh ketika dia menatapku dengan seulas senyum jahil.

"kau cantik. Seperti yang selalu orang-orang bilang kepadaku tentang perempuan jawa" jelasnya mengambil menumanku.

"memang bagaimana cantiknya perempuan jawa?" tanyaku.

"sangat cantik. Kalian memiliki kulit dengan warna susu cokelat yang terbakar matahari. Bagaikan warna sepatu indah yang terbuat dari kulit sapi muda. Rambut kalian hitam tergurai indah" dia membelai rambutku, ketika tatapan kami bertemu "Ternyata benar yang dikatakan oleh prancis bodoh itu" ujarnya ditambah gelak tawa. Aku ikut tersenyum dengan ucapannya.

"berarti banyak perempuan jawa yang kau sukai" ujarku.

"tapi kau yang tercantik di mataku" ujarnya lirih. aku menunduk malu.

 "kau sudah tidak marah-kan dengan ku. mooi meisje?" tanyanya. Dia meraih janggutku seolah menyuruhku kembali menoleh kepadanya. dia menatapku dengan begitu dekat, wajah kami benar-benar dekat sekarang. Dia hanya menatap wajahku sembari tersenyum. Tidak ada yang dilakukannya, didepan wajahku aku bisa merasakan dengusan napasnya yang tenang. Dia tersenyum, dan terlihat gingsul di sisi kanan giginya. Ada dekik di pipi kirinya, dan itu membuatnya terlihat rupawan. 

"aku tidak akan melakukannya jika kau tidak mau" ujarnya kemudian.

"maksudmu?" tanyaku."melakukannya. 

Kau tahu apa maksudku" ujarnya. aku menghempas tangannya. Dia menyulut amarahku lagi, bagaimana dia bisa mengatakan hal itu kepadaku. Ketika aku merasa nyaman dengan sebuah keheningan saat bersamanya. ketika aku nyaman saat wajah kita sangat dekat.

"perempuan jawa selalu menggodaku" imbuhnya melirikku dengan tatapan nafsu. 

"aku harus pulang" pamitku beranjak pergi.

"ah, kau marah lagi" serunya.Aku hendak membuka pintu. Ketika dia menahanku dengan mendempet badanku. Aku tertunduk ketika berbalik. 

"mengapa kau tidak mengijinkanku pergi?" tanyaku membentak.

"aku mau kau disini bersamaku" bujuknya. 

"kau hanya ingin sex dariku aku paham betul dengan itu. kau dan semua kaum-mu sama saja. Hanya orang barat yang bangga dengan kastanya. Yang dengan bodohnya menggunakan kain wool di negara tropis. Kau dan mereka sama saja mencari mangsa karena Libido kalian yang gampang naik karena iklim panas dan makanan yang kaya bumbu pedas. Kutegaskan kepadamu Hei TUAN BELANDA, carilah Gundik jawa yang cantik yang bisa kalian beli dengan uang dan tahta.tapi lihat Tidak semua perempuan jawa bisa kau beli." Cercaku penuh umpatan kepadanya.

Dia menarik napas dalam-dalam, aku tau dia berusaha memahami kata-kata makian dariku. Mungkin dia selalu berpikir bahwa perempuan jawa selalu beretika. Tapi dia tidak pernah tahu, perempuan jawa memiliki tanduk ketika harga dirinya di lecehnya. Pelacur Jawa saja akan marah jika di ejek pelacur. Dia melangkah mundur. Kemudian berjalan ke meja kerjanya. Dia sama sekali tidak menoleh kepadaku, wajahnya terlihat bermuram durja. Membuat hatiku merasa bersalah berkata kasar dengannya. suasana hening diantara kita, aku berdiri mematung diambang pintu.

"freid" panggilku memecah kerikuhan yang aneh.

"pergilah jika ingin pergi, aku tidak memaksa seseorang untuk tinggal" ujarnya mengusir seolah tak memperdulikan aku. dia hanya duduk menulis sesuatu di atas buku. 

"baiklah" ujarku merasa terusir. Aku membuka pintu besar itu, dan meninggalkan ruangan kerja itu dengan meninggalkan pertengkaran kepada Freid.

aku keluar dari ruangan Freid dengan rasa penuh bersalah. aku tahu aku sangat kurang ajar membentaknya seperti itu. pantas saja Freid menyimpan amarah denganku. mungkin saja dia telah membenciku. yeah, tentu saja itu lebih bagus bukan setidaknya aku tidak lagi harus bermasalah dengan seorang tuan belanda. tapi bagaimana dengan hatiku yang telah berhenti berdzikir dan menggantikan Dzikir itu dengan menyebut  dan memuja namanya.

******************************************************************************************

dier,Cute Readers

gimana udah baper belum sama Ranti si Mooi Meisje dan si kriwil Babang Freid. please komen dibawah, kalian mau apa kelanjutan dari cerita geje author unyu ini. kritik saran juga boleh, kritik kalau memang kurang bikin kalian baper, atau kalian terganggu dengan cara Author cerita, kurangnya informasi atau mungkin salahnya Author dapet informasi, gak pake EYD yang bagus. apapun deh komen dibawah. insyaallah Author unyu bakal menerima masukan dari kalian, makhlumlahAuthor memang masih magang  yes, kalau bisa nanti author edit-edit lagi deh (kalau inget looh yahh), apapun deh komen aja pokoknya  yes.  dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan kasih Vote, dan ikutin cerita-cerita Kece lainnya dari HAI2017. 

di part ini, Author unyu menegaskan betapa strongnya perempuan jawa itu. AZEEKKH. dan pokoknya kalau di rayu sama cowok macam Sigfreid gak usah di percaya deh. biasalah Lambe Lanang itu kan manis. #truestory. gak sih bercanda. pokoknya ikutin terus yaah cerita geje ini... wkwkwkwk

kissxhugs dari Author unyu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top