73. Hidangan Utama
WARNING!
Apa yang ditulis dalam part ini dan part - part selanjutnya adalah hasil fantasi penulis, dengan tujuan untuk memberikan hiburan. Jangan dicocok-cocokkan dengan pengetahuan di luar sana. Pasti nggak cocok. Mohon maaf, para ahli bintang dan astronot, atas kehaluan ini.
☘☘☘
Sabtu pagi, tahu-tahu Dehen muncul di rumah Jata. Lelaki itu datang mengenakan celana kain berwarna khaki dan kaus polo. Kulitnya yang kuning terang terlihat semakin bersih. Wajah bulat, mata sipit, dan hidung kecil khas Dayak tersenyum cerah. Jata, yang sedari subuh berada di halaman untuk membersihkan rumput dan mengecek keutuhan garam yang mereka tabur, sama sekali tidak mendeteksi kedatangannya. Tahu - tahu lelaki itu menyapa dari belakang.
"Wuah, saya kaget. Nggak kedengaran langkah kakinya. Naik apa Bapak?" Dengan keheranan Jata mengajak lelaki itu masuk ke rumah.
Seperti biasa, Dehen hanya menjawab dengan senyum simpul. "Kita harus membahas beberapa hal sebelum memulai pelatihan," katanya. "Bagaimana lukamu?"
"Sudah kering. Cepat sekali reaksi salepnya. Dibuat dari apa, Pak?" Belum sempat Dehen membuka mulut, Jata sudah mendahului, "Pasti nggak mau menjawab."
Tawa Dehen meledak. "Sebentar lagi kamu akan tahu sendiri. Buat apa saya repot - repot menjawab?"
Mereka disambut sarapan yang disiapkan Puput di dalam rumah. Dehen mengamati gadis itu dengan saksama, lalu berbisik pada Jata, "Masih suci?" Sebelah matanya berkedip.
Muka Jata memerah seketika. "Kok tahu? Masalah, Pak?"
Dehen mengangguk - angguk. "Ooo, sekarang saya paham mengapa mereka mengincar istrimu."
Jata mengerutkan kening. "Mereka mau mengambil istri saya?"
Dehen menghela napas panjang sebelum memulai penjelasan. "Begini, makhluk ini, yang mendiami Riam Kanan dan Matang Kaladan, adalah makhluk bentukan baru. Artinya, dia diciptakan dari jiwa manusia biasa dengan diberi kekuatan oleh iblis. Artinya, dia sekutu iblis. Berbeda dengan para buaya dan jata. Mereka memang diciptakan bersamaan dengan penciptaan alam ini, namun berbeda dimensi dari kita manusia, bumi dan semesta galaksi."
Jata hanya berkedip mendengar penuturan itu. "Saya pusing. Berapa banyak dimensi sih di alam raya ini?"
"Hmm ... saya sendiri tidak tahu pasti. Menurut kata orang, ada ratusan dimensi. Bumi, galaksi kita dan galaksi - galaksi di semesta ini masih terhitung satu dimensi saja."
Jata membelalak. "Hah? Gila, sebanyak itu?"
Dehen tersenyum. "Nanti saat energi di tulang punggungmu bangkit, kamu akan tahu dengan sendirinya. Dari yang sangat besar dan luas, hingga yang sangat kecil, sehalus atom."
Jata menanggapi dengan menggaruk-garuk kepala. "Saya pasrah deh, Pak. Beda banget dengan ilmu listrik saya. Lantas bagaimana dengan makhluk Matang Kaladan tadi?"
"Karena mereka dibentuk dari jiwa biasa, maka pasti menggunakan perjanjian dengan iblis. Makhluk neraka itu tidak seperti Tuhan kita yang memberi segalanya secara gratis. Mereka pasti minta imbal balik. Maka makhluk -makhluk ini pasti dipaksa menyediakan upeti di waktu-waktu tertentu untuk mempertahankan kekuatan."
"Apa upeti itu adalah korban-korban yang meninggal di Riam Kanan dan sekitarnya?"
"Ya! Dan ciri khasnya adalah, korbannya diambil berdasarkan pola tertentu, karena biasanya itu berkaitan dengan perjanjian yang dibuat ketika makhluk itu dibentuk."
"Maksudnya gimana, Pak?"
"Misalnya, kalau mereka dibentuk karena keserakahan akan harta, maka setiap mau naik pangkat atau jabatan, harus memberikan keluarga yang disayang sebagai silih."
"Ngeri amat! Kalau kasus Matang Kaladan ini kira - kira berkaitan dengan apa?"
"Hmm ... kalau melihat korbannya adalah pasangan, saya rasa ada hubungan dengan kehidupan berumah tangga atau kehidupan seksual. Bisa saja jiwa seorang yang sangat menderita akibat pernikahan yang tidak bahagia. Atau seseorang yang disiksa secara seksual, misalnya diperkosa."
"Lalu apa hubungannya dengan istri saya?"
"Makhluk ini meminta korban pasangan. Khusus untuk kalian, diminta yang istrinya masih suci. Saya khawatir, kalian adalah pasangan utama sebagai penutup seluruh syarat."
"Hah? Segawat itu? Bapak bisa berkomunikasi dengan mereka?"
"Semalam sudah saya coba. Tapi saya hanya kuat sampai level kedua. Itu pun hanya samar-samar dan saya hampir mati dibuatnya. Level tertinggi mereka masih gelap. Level kedua mereka ada lima; Kanaya, yang ketemu kamu, Kalila yang bertugas mencari korban. Mereka penjaga gerbang selatan dan barat. Lalu ada Karuna, penjaga gerbang timur, dan Kabili si penjaga gerbang utara. Di pusat mereka ada Kirey. Level tertinggi mereka, saya tidak tahu namanya. Yang jelas, dia dibentuk dari arwah seseorang yang mati secara mengenaskan."
"Mereka perempuan semua?"
"Ya. Pimpinan tertinggi mereka juga berasal dari jiwa perempuan."
"Kalau buaya dan naga ini, mereka jantan atau betina?"
Dehen terbahak. "Entah apa ada jantan dan betina di dimensi mereka. Yang jelas, saat di dunia ini, energi mereka bentuknya maskulin. Itulah mengapa mereka mengikatkan diri pada lelaki, tidak pernah pada perempuan. Nah, tentang istrimu, saya khawatir jiwanya telah diikat."
"Apa impotensi saya akibat ulah mereka juga, untuk menjaga hidangan utama tetap suci?"
"Ya. Itulah mengapa walau tempat kalian dekat dan sudah diganggu sejak lama, kalian belum juga diambil. Saat pertempuran kemarin, sebenarnya Kanaya ingin melumpuhkan kamu. Dia berhenti tiba-tiba karena terhalang istrimu, padahal istrimu tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Dari situ saya mulai mencari penyebabnya. Satu-satunya kemungkinan karena istrimu berharga untuk sesuatu yang lebih tinggi sehingga Kanaya tidak berani merusaknya."
Jata menjadi kesal. "Kenapa istri saya yang mereka pilih?"
Dehen menghela napas panjang. "Karena dia istrimu."
"Dia ditarget karena saya? Kalau begitu, apa posisi saya sampai mereka targetkan?"
"Kamu adalah pemegang kekuatan para jata di dimensi ini yang memungkinkan mereka menyeberang melampaui dimensi mereka untuk menyerang di dimensi lain. Pimpinan Kanaya mau meluaskan kekuasaan hingga ke tempat para jata berada. Bagi mereka, kamu semacam benteng pertahanan yang membuat gerakan mereka terhalang."
"Kalau demikian, mengapa mereka tidak menyerang saya sejak dulu, saat saya belum mengerti tentang ilmu ini?"
Dehen terbahak. "Kamu belum paham juga, ya? Menyerang dimensi lain itu tidak main-main. Mereka belum punya cukup kekuatan untuk melakukannya sekalipun kamu masih bayi. Itulah mengapa mereka mengumpulkan korban. Sayangnya, korban yang terakhir dan terbesar adalah istrimu. Karena separuh kekuatanmu saat ini adalah istrimu."
"Tahu begini saya tidak akan menikah."
"Itu tidak mungkin. Pasti akan ada perempuan yang dekat denganmu. Siapa pun dia, selama masih suci, otomatis akan menjadi target."
"Baru pacaran pun sudah ditarget?"
Dehen mengangguk.
"Wina dan Kania, mereka pacaran lama dengan saya tapi tidak pernah mengalami gangguan."
Dehen meringis lebar. Jata mengerutkan kening sejenak untuk kemudian melengos dan mendengkus keras.
"Jadi mereka sudah pernah berhubungan seksual sebelum pacaran dengan saya? Astaga!"
Tentang Wina, Jata tidak heran. Ia tahu kelakuan perempuan itu. Akan tetapi Kania? Oh, Jata tidak menyangka sama sekali.
"Tapi sejauh yang saya tahu, Puput tidak pernah diganggu juga," kilah Jata.
"Itulah mengapa dia sanggup menjadi istrimu. Jangan melihat fisiknya yang mungil. Auranya tebal dan kuat. Kalau tidak begitu, dia tidak akan sanggup mengimbangi kamu. Beda, kan, dari mantan-mantan? Cuma dia yang bisa bikin kamu kelimpungan, benar?"
Wajah Jata tentu saja memerah. Apa yang dikatakan Dehen sangat tepat.
"Jangan lupa, mereka sengaja menyimpan Puput untuk hidangan utama. Jadi, buat apa dikutik-kutik?"
Kalimat terakhir Dehen itu menorehkan nyeri dalam hati Jata. Ia tidak peduli bila harus berakhir dalam pertempuran. Akan tetapi, sanggupkah bila menyaksikan Puput disiksa dan dikorbankan?
"Kembali soal korban tadi. Mereka masih memerlukan berapa banyak lagi?"
Dehem memejamkan mata sejenak. "Hmmm, kurang sepasang lagi sebelum Puput."
Mata Jata sontak membelalak. "Apa bisa kita perlambat mereka dengan menolong pasangan korban itu?"
"Bisa. Kalau bisa ditahan sampai melewati bulan purnama merah, mereka harus menunggu seratus tahun untuk memulai dari nol lagi."
"Kapan bulan purnama merah itu?"
"Bulan depan. Masalahnya, siapa yang akan kita jaga? Kita tidak bisa menemani semua orang di kawasan ini. Baru kalau mereka menyerang pasangan itu kita bisa membantu."
//////////////
Jangan lupa follow akunku.
Btw, cerita ini sudah tamat di Dreame. Meluncurlah ke sana bila nggak sabar ingin maraton sampai tamat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top