43. Dukun Billy


Gara-gara mimpi berulang, pindah tidur tanpa sadar, serta mendengar dan melihat makhluk aneh itu, Jata kembali mempertimbangkan untuk segera mencari paranormal. Mau tak mau ia memikirkan kisah Wina tentang dukun yang membantu mendapatkan Dedi. Ia pun merasa tengah dikelilingi oleh dunia gaib. Siapa tahu, usulan Wina untuk bertemu orang pintar tersebut memang berguna. Siapa tahu pula, dukun Wina lebih powerfull daripada Pak Dehen.

Seperti mempunyai hubungan batin, Wina tiba-tiba menelepon. "Jata, ada kabar baik, loh. Tapi ini kalau kamu mau aja. Kalau nggak mau ya nggak papa. Aku cuma menawarkan. Jangan salah paham dulu."

"Soal apa, Win?" tanya Jata. Suaranya jauh lebih lunak dari sebelumnya.

"Kamu ingat temanku yang pintar soal hal-hal gaib? Dia sedang mampir di ruanganku sekarang. Kalau mau konsultasi, kamu datang ke sini sekarang. Mumpung dia kasih konsultasi gratis!"

"Buat apa sih?" Jata bergaya malas menanggapi. Jauh di dasar hati, ia sebenarnya tertarik.

"Ya udah kalo nggak tertarik, nggak usah datang. Nanti malah mengajak berantem," keluh Wina.

"Aku mau ketemu tapi nggak sama kamu."

"Oh, jadi ini masalah laki-laki?"

Jata mengatupkan rahang. Kenapa belakangan ini radar Wina semakin tajam saja? Jangan-jangan dia....

"Kok diam aja? Jangan-jangan benar nih, kamu mau konsultasi masalah kejantanan." Sesudah berkata begitu, tawa Winda meringkik nyaring.

Jata menelan ludah. Bisa-bisanya Wina menuduh seperti itu.

"Pantas aja, pulang dari bulan madu bukannya menjadi cerah ceria, kamu malah semakin galak. Belum bisa nembuskah? Jangan-jangan istrimu masih perawan!"

"Kamu ngomongin apa, sih?" Sewotlah Jata tanpa ampun.

Entah Wina tidak peka atau sengaja menggoda. Perempuan itu terus saja berbicara. "Semua orang di kantor ngomongin kamu, lho. Pengantin baru kok malah sensitif. Itu gejala kalau istrimu masih perawan." Tawa meringkik itu berkumandang kembali. Telinga Jata benar-benar seperti ditusuk saat mendengarnya.

"Macam-macam aja kamu ini! Kamu pikir aku suamimu, yang nggak bisa bikin anak?" Jata malu sendiri saat mengatakan itu. Jangankan bikin anak, menembus istrinya pun belum sanggup.

"Sudah ah! Omongan kita semakin melantur saja. Kembali ke awal tadi, kamu mau ketemu sama Billy atau enggak? Mumpung dia masih di sini. Kamu tinggal jalan beberapa meter."

"Ngapain dia datang ke kantor?"

"Dia dipanggil Bos. Kamu tahu kan, Nyonya Bos sedang marah besar dan pulang ke rumah orang tuanya? Makanya Big Bos pusing tujuh keliling. Dia minta bantuan Billy buat memulangkan istrinya."

Rasanya Jata mau tertawa mendengar itu. Bosnya yang luar biasa galak itu kalah juga dengan istri.

"Emang si Billy bisa pulangin orang yang kabur dari rumah?"

"Jata, kamu belum tahu kalau paranormal itu juga punya bidang keahlian khusus? Mereka itu mirip dokter spesialis, punya spesialisasi. Ada yang spesialis mengobati orang yang kena teluh, ada yang khusus menetralkan rumah berhantu atau mencari sumber air. Nah, si Billy ini spesialis percekcokan rumah tangga."

"Apa dia berhasil merukunkan kamu dengan Dedi?"

"Ah, kalau itu sih akunya yang udah nggak minat buat nerusin. Aku malah minta Billy membantu supaya cepat pisah."

Ternyata Jata kalah juga oleh bujukan. Ia datang menemui lelaki bernama Billy itu.

Semula Jata mengira Billy itu seorang yang tua, berambut panjang, dan berdandan mirip dukun dari Amazon di dalam film. Ternyata dia seorang pemuda yang dandanannya modis. Rambutnya dipotong pendek dan diberi pelicin rambut hingga mengkilap. Kalung emasnya besar melingkar di leher. Kedua tangannya dihiasi dengan berbagai cincin batu akik. Jangan tanya tentang aroma tubuh. Lelaki itu harum karena mengenakan parfum yang berkelas.

Billy langsung menyapa dengan senyum dan jabatan tangan. "Wah, ini yang namanya Jata? Pantas Wina nggak bisa move on. Ternyata cinta pertamanya lebih ganteng dari artis Korea."

"Apaan sih kamu ini, Bil? Dia itu sudah menikah, lho. Pengantin baru lagi, masih panas-panasnya."

Lelaki yang tiga tahun lebih tua dari Jata dan Wina itu menatap Jata dari ujung ke rambut sampai ke ujung kaki, lalu kembali lagi ke atas. Sebentar kemudian matanya memicing.

"Bro, jangan lantas frustrasi begitu. Masalah alat yang tidak bangun itu sudah biasa. Banyak orang yang mengalami. Selama ini selalu bisa selesai dengan saya."

Muka Jata langsung merah padam. Bisa-bisanya ia ditembak seperti itu di depan umum? Dari sudut mata ia tahu wajah Wina memerah karena menahan tawa. Astaga, mau ditaruh di mana mukanya saat ini? Tangannya sudah gatal ingin menonjok si dukun.

"Jangan marah. Semua rahasia kamu aman di tangan saya. Tidak perlu malu. Si Wina dulu juga kesulitan melayani suami. Setelah minum ramuan dari saya, suaminya lengket terus tidak bisa pisah."

"Oh ya? Lantas kenapa mereka mau bercerai?"

Billy mendekatkan mulut ke telinga Jata. "Wina udah bosan. Mau cari yang baru yang lebih gagah dan perkasa. Suaminya kan selisih 20 tahun. Sebentar lagi juga...."

Sontak Jata menatap tajam pada Wina. Ternyata segala kisah sedih tempo hari itu bohong belaka.

"Billy! Kamu membuka aibku!" protes Wina dengan muka merah padam karena malu.

Diam-diam Jata curiga. Siapa tahu kondisinya ini sengaja mereka buat.

Billy menulis di secarik kertas. Setelah puas, ia memberikan kertas itu kepada Jata. Jata membacanya sejenak. Kedua alisnya bertaut ketika melihat beberapa kalimat dalam kertas itu.

Menyembelih ayam hitam total pada saat bulan purnama?

Melihat daftar catatan yang diberikan oleh Billy, ingatan Jata langsung melayang pada makhluk di belakang rumah beberapa waktu yang lalu. Melakukan ritual seperti itu apakah tidak malah mengundang mereka datang?

"Apa ini? Berendam di Waduk Riam Kanan setiap tengah malam selama tujuh hari?"

Wina menyahut. "Wah nanti barangmu bisa keriput nggak karuan."

"Iya deh. Kalo nggak mau berendam di danau, cukup berendam di bak mandi. Jangan lupa, airnya dicampur dengan garam dan diberi taburan bunga mawar, melati, dan kenanga," terang Billy.

"Seram amat? Kayak mau memandikan mayat aja!"

"Nah, memang begitu maksudnya. Supaya makhluk-makhluk dari dunia lain itu mengira dia sudah mati. Alias mereka tidak bisa melihat keberadaan Jata lagi."

"Lalu soal makhluk-makhluk halus yang mengganggu saya itu gimana?"

"Oh, kalo itu sih tidak terlalu sulit. Cukup sebarkan garam di semua halaman rumah. Kasih yang lebih banyak garam di tiang-tiang rumah kalau rumahmu rumah panggung."

Jatah mengerutkan kening. Rasanya perkataan Billy itu terlalu terlalu meremehkan. Sementara orang lain angkat tangan, ia malah menganggapnya biasa. Ketidakpercayaan pada lelaki itu terbentuk sudah.

"Kalau mau, kalian berdua dibersihkan bersama," usul Billy.

Wina langsung tertarik. "Maksudnya dibersihkan bersama itu gimana, Bil?"

"Ya, kalian bersama-sama menjalankan ritual pembersihan."

"Oh, jadi ritualnya harus berdua?"

"Iya. Soalnya aku melihat ada ikatan kuat yang membelenggu kalian. Hitam banget, jelek. Mau bersatu tidak bisa. Mau ke lain hati juga tidak bisa. Memutusnya tidak bisa satu-satu, tapi harus diputus bersama. Karena itu kalian harus menjalani ritual bareng."

Jata sama sekali tidak tertarik.

"Ritualnya ngapain aja, Bil?" tanya Wina.

"Gini, ada beberapa tahapan. Mula-mula kalian harus puasa tujuh hari, hanya boleh makan yang serba putih. Misalnya nasi putih, minum air putih, nggak boleh makan daging sayur, minum teh, kopi, dan sebagainya. Habis itu kalian dimandikan bersama. Caranya, kalian berdua berendam air kembang dalam satu bak, lalu disiram dengan air yang sudah diberi mantra."

Mata Wina melebar. Ia terlihat sangat bersemangat. Sebaliknya, Jata langsung merasa curiga. Jangan-jangan semua ini hanya akal-akalan Wina untuk menjebak dirinya. Dua masalah belum selesai, sekarang ditambah masalah ini pula. Jangan sampai dirinya terjerumus ke dalam jebakan dukun ajaib ini.

Jata segera pamit pulang.

"Loh, kertasnya nggak dibawa, Jat?" Winda mengingatkan.

Jata sebenarnya enggan, namun ia tidak ingin membuat konflik. Kertas itu pun dibawa pulang. Sampai di jalan, ketika yakin sudah tidak terlihat oleh kedua orang itu, kertas itu dibuang ke tempat sampah.


=Bersambung=

Buat yang nggak sabar nungguin apdetan, langsung cuuus aja ke Dreame.

Cerita ini udah tamat di sana. Sobat bisa memanfaatkan koin gratis di aplikasi itu.

Selamat maraton!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top