Percikan Api Padam
{Cerita ini sudah tamat dan bisa kalian baca lengkap di Karyakarsa kataromchick, disini hanya berupa cuplikan. Terdiri dari 6 chapter dan total 55 halaman. Happy reading.}
Sofia tertegun di tempatnya. Mendapati segala hal yang diketahuinya kini. Pria yang sering datang ke rumah ayahnya adalah pria yang akan menjadi suaminya segera. Yang Sofia tahu pria itu hanya sering datang karena urusan pekerjaan. Sofia tidak pernah tahu tujuan pekerjaan seperti apa yang pada akhirnya membuat Sofia harus menikah dengan pria bernama Bagas itu. Intinya, ya, mereka menikah. Tidak ada yang spesial dari pernikahan itu. Sofia dan Bagas menjalani selayaknya pasangan pada normalnya. Termasuk dengan segala kebutuhan biologis mereka.
"Masih sakit?" tanya Bagas.
Sofia melirik ke arah suaminya yang membawakan air hangat di dalam baskom. Momen pertama Sofia setidaknya tidak dipenuhi dengan mimpi buruk. Selangkangannya memang terasa perih, tapi dengan sikap pengertian Bagas, perempuan itu setidaknya merasa lebih lega.
"Lumayan. Aku rasa ... kayaknya, bakalan aneh kalo dipaksa jalan."
Bagas tersenyum kecil dan meletakkan baskom tersebut di sisi ranjang. "Saya izin buka selimutnya. Maaf kalo kamu akan nggak nyaman karena saya berniat membersihkan kewanitaan kamu dengan handuk dan air hangat ini."
Sofia hanya bisa mengangguk kaku. Dia masih malu, tapi tidak berniat bersikap layaknya gadis super malu-malu di depan Bagas. Mereka sudah menyandang status suami istri, jadi wajar jika terjadi sentuhan fisik.
"Setelah ini istirahat. Kamu jangan jalan-jalan dulu, biar saya ambilkan pakaian baru untuk kamu."
"Tapi aku nggak nyaman kalo nggak cuci ke kamar mandi."
"Itu sebabnya sekarang saya bersihin. Ini air bersih juga, Sofia. Saya jamin bersih."
Sofia juga yakin begitu. Sebab melihat bagaimana fokusnya Bagas membersihkan seluruh area intim perempuan itu, sudah pasti seluruh sisa cairan yang tadinya terkena kulit Sofia diseka dengan sangat baik.
"Kamu nggak jijik?" tanya Sofia.
"Jijik karena bersihin kewanitaan kamu?"
Sofia mengangguk dan Bagas tetap fokus. Bahkan pria itu menyuruh Sofia untuk berganti menjadi posisi miring untuk melihat sisa di pinggul perempuan itu.
"Kalo saya jijik dengan kewanitaan kamu, ngapain kita melakukan malam pertama?"
Sofia merasa beruntung karena ayahnya tidak sembarangan memilihkan suami untuknya. Terbukti bagaimana Bagas yang telaten dan begitu lembut memperlakukan sang istri.
Bahkan hari-hari berikutnya menjadi pasangan suami istri juga tidak mengalami masalah sama sekali. Meski terbesit dalam pikiran Sofia bahwa Bagas seperti pria yang sudah biasa menghadapi kegiatan rumah tangga. Bukan maksud Sofia menuduh suaminya yang aneh-aneh dengan menduakannya, tidak. Hanya saja sikapnya memang selalu cepat dan tepat lama menjadi suami. Bagas tidak pernah meletakkan handuk dengan sembarangan hingga membuat Sofia kesal. Kadang-kadang memang lupa beberapa menit, tapi setelah itu Bagas langsung memindahkannya tanpa menunggu Sofia menegur.
Semua yang dilakukan oleh Bagas sangat membantu Sofia. Bahkan untuk urusan asisten rumah tangga, Bagas langsung memutuskan untuk mempekerjakan seseorang yang sudah bekerja lama di rumah orangtuanya. Orang itu dikenal dengan baik oleh mendiang ibu Bagas.
Lima bulan menikah, Sofia merasakan tanda-tanda kehamilannya. Meski belum dipastikan dengan tes yang lebih akurat, tapi dia merasakan mual dan keinginan-keinginan yang tidak biasanya dimiliki. Karena sudah sering berharap untuk cepat hamil sebelumnya dan hasilnya tidak sesuai yang diinginkan, Sofia lebih memilih untuk menyimpan saja tebakannya sendiri. Dia akan menunggu jadwal bulanannya yang harusnya datang ditanggal-tanggal sekarang ini untuk bisa merasa lebih teryakinkan. Jika telat dan tidak kunjung datang bulan, maka Sofia akan melakukan tes.
"Sofia, kata Bik Darmi kamu nggak mau makan. Kenapa?"
Sofia mendapati suaminya yang baru pulang kerja langsung menghampiri dan memberikan usapan pada pipinya. Bagas juga mengecek kening sang istri untuk bisa merasakan sesuatu yang lebih konkret—demam yang mungkin membuat Sofia malas untuk makan.
"Nggak tahu, Mas. Males makan aja."
Bagas menatap istrinya dengan cemas. "Kalo ini tentang kamu yang kecewa karena hasil tes kehamilan satu bulan yang lalu, aku bisa apa?"
Ya, sekarang pria itu menggunakan panggilan untuk dirinya sendiri aku dan tidak lagi saya. Untung saja Bagas memahami bahwa panggilan saya hanya membuat mereka tampak seperti bukan pasangan suami istri.
"Nggak. Aku nggak mikirin soal itu. Cuma lagi males makan aja. Tapi mungkin kalo Mas yang suapin selera makanku bisa balik lagi."
Menyadari bahwa istrinya dalam suasana ingin dimanja-manja, Bagas mengangguk paham. "Oke. Aku mandi dulu, setelah itu aku akan suapi kamu."
Sofia mengangguk dengan semangat dan membiarkan suaminya untuk mandi. Selama menunggu, Sofia mengamati isi pesan yang berisi informasi yang disampaikan oleh seseorang yang dia minta untuk mengawasi kondisi kesehatan ayahnya.
Tion: Mbak, dua hari lalu suami mbak Sofia ke kebun. Tapi tanpa pak Ageng. Saya bukannya mau nuduh atau gimana, tapi mbak Sofia tau atau nggak kalo kayaknya kebun bakalan dipegang suami mbak Sofia?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top