1b
PoV Zanna
1b
"Jen, siapkan gadis itu untuk malam ini, pilihkan baju yang paling bagus, dan berkelas, pastinya juga yang mengundang gairah," perintah Mami Erna pada Jenny, asistennya.
"Siap, Mami, percaya sama pilihan eyke," jawab Jenny, yang setauku bernama Joni itu. Mami Erna menyeringai dan kemudian berlalu keluar.
Pria cantik itu berjalan ke arahku, memindai wajah dan tubuhku.
"Sempurna," ucapnya sambil memiringkan badanku ke kanan dan kekiri, mengangkat daguku, dan pandangannya turun ke dadaku, alis itu terangkat. Spontan aku menutup dada yang sedikit terlihat karena kerah baju yang aku pakai terlalu lebar.
"Eyke sudah punya balon sendiri, nggak nepsong sama punya you," ucapnya kemudian. Walaupun dia sudah terlihat seperti perempuan asli, tetap saja aku masih merasa risih.
"Ingat semua yang sudah diajarkan, bagaimana cara melayani pelangan. Jangan buat pelanggan sampai kecewa, Tuan Bram sudah membayar mahal, beri pelayanan terbaik," jelas pria cantik itu lagi.
Zanna Kirania Gianina, nama yang sangat cantik, secantik itu juga wajah yang aku miliki. Yang tidak cantik adalah nasibku. Lahir tanpa seorang ayah, dan ditinggalkan begitu saja oleh ibuku, pada keluarga tetangga kontrakannya. Tak ada yang di rahasian mama ella, seorang wanita paruh baya yang mengasuhku bersama dengan dua anaknya.
Sejak umur lima belas tahun, Mama Ella yang bekerja sebagai buruh cuci di tempat Mami Erna, terpaksa menjualku. Waktu itu kakak angkatku mengalami kecelakaan dan membutuhkan biaya. Mama Ella membawaku kerumah Mami Erna untuk memperkenalkan diriku, sebagai pengantinya dalam pekerjaan sebagai buruh cuci.
Mama Ella yang juga memerlukan biaya, memohon bantuan pada wanita itu. Mami Erna menyetujui dengan syarat setelah aku berumur tujuh belas tahun, aku harus bekerja padanya. Demi Mama Ella, aku menyetujuinya, tanpa tau pekerjaan apa yang akan aku kerjakan nantinya.
Sejak saat itu aku tak diijinkan keluar rumah. Segala kebutuhanku juga dipenuhi oleh Mami Erna. Dan sejak setengah tahun yang lalu, aku tinggal bersama dengan wanita bertubuh besar itu. Di sini aku mulai diajarkan banyak hal, mulai berpakaian, merawat diri dan juga memijat.
Setiap hari sejak tiga bulan yang lalu, aku dicekoki dengan tontonan film dewasa. Pikiran yang semula polos, mulai berangan liar. Semua pelajaran yang diberikan terekam sempurna dalam ingatanku. Tidak lupa iming-iming, baju baru, perhiasan dan juga ponsel terbaru.
Aku sudah benar-benar siap untuk nanti malam, malam dimana aku harus menyerahkan keperawananku, kepada seorang pria yang telah membeliku, yang Jenny pangil Tuan Bram itu.
***
Ramaikan !
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top