10b

Setelah memperbaiki riasanku, Bara menemaniku kembali ke ruangan Mami Erna, tampak sudah ada seseorang di sana

"Kenapa kalian lama sekali, baru akan kusuruh Jenny menyusulmu," ucap Mami Erna. Tak ada jawaban dari Bara ataupun dariku.

"Kak, aku pergi dulu ada janji sama temen," pamit Bara kemudian. Dia meletakkan koper di sampingku. Sesaat mata kami masih beradu, sebelum dia keluar dari ruangan itu. Aku mengigit bibirku, entah kenapa aku ingin berlari mengejarnya.

"Zanna, ini Tuan Bram. Kamu tangung jawabnya sekarang. Ikutlah dengannya, nikmati kehidupan barumu," ucap Mami Erna memperkenalkan Pria berbadan tegap itu. Aku menganguk pelan.

"Nona Jenny, bisa antarkan gadis ini ke mobil saya, saya masih perlu dengan Sist Erna," pinta Pria bernama Bram itu.

"Dengan senang hati, Tuan," balas Jenny.

Wanita jadi-jadian itu membantuku mengangkat koper, kemudian mengantarkanku ke halaman depan. Sebuah mobil besar berwarna hitam mununggu di sana, seorang pria berseragam keluar dari dalam mobil. Pria itu mengambil koperku dari Jenny dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Silahkan Nona," ucap pria berseragam itu membukakan pintu mobil untukku.

"Dah sana masuk," suruh Jenny kemudian.

"Selamat tinggal," ucapku padanya. Kembali mataku berkaca-kaca bukan karena Jenny, tapi melihatnya selalu mengingatkan diriku pada sosok Bara.

Segera kuseka air mataku dengan jari, dan beranjak masuk kedalam mobil. Tak berapa lama pria berbadan tegap itu memasuki mobil, dan memerintahkan sopirnya untuk jalan.

"Kamu menangis?" tanyanya padaku, saat menoleh kearahku.

"Maaf Tuan, saya terlalu bahagia," jawabku menutupi. Pria itu tertawa.

"Pantas Tuan Muda memilihmu, kamu memang lain dari gadis lainnya," ucap pria itu entah apa maksudnya.

Kami tak banyak bicara sepanjang perjalanan, aku hanya menjawab singkat setiap pertanyaan darinya, hanya dengan ya dan tidak.

Mobil memasuki rumah yang sangat besar, dengan halaman yang luas. Taman tertata rapi di sisi bangunan. Apakah ini yang dinamakan istana. Aku benar-benar takjub melihatnya.

"Turun," perintah Tuan Bram saat mobil telah berhenti. Aku mengikuti keluar dari dalam mobil. Langkahku mengekor pria berbadan tegap itu memasuki rumah, tapi sepertinya ini bukan pintu utama.

Pria itu berhenti di depan sebuah ruangan, tangannya memencet sesuatu, sampai ada suara yang menyuruh masuk, tapi entah berasal dari mana. Tuan Bram mendorong pelan pintu, dan memintaku masuk terlebih dahulu.

Di dalam ruangan besar itu, nampak dua orang sedang duduk di dalamnya. Seorang pria dewasa dan ada Kenzi juga. Pria dewasa seumuran Tuan Bram itu memindaiku. Aku hanya menunduk memandangi lantai.

Tuan Bram memintaku duduk di sofa, di samping Kenzi, berhadapan dengan Pria dewasa yang terus memperhatikanku sedari tadi.

"Siapa namamu?" tanya Pria itu kemudian.

"Zanna." Belum sempat aku menjawab Kenzi terlebih dahulu menyahutnya. Pria dewasa itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

"Baiklah, Bram, kamu sudah menjelaskan apa saja tugasnya?"

"Belum, Tuan. Akan saya jelaskan, sekarang," jawab Tuan Bram kemudian melihat ke arahku.

"Baiklah nona, akan aku jelaskan apa saja yang menjadi tugasmu, dan bagaimana kesepakatan antara nona dan keluarga Hadi Pranata. Tuan Pranata menebusmu, atas permintaan Tuan Muda Kenzi. Nona akan terikat kontrak pernikahan dengan Tuan Muda selama satu tahun. Selama satu tahun, nona harus membuat Tuan Kenzi menjadi pria seutuhnya. Jangan libatkan perasaan dalam hal ini, karena setelah Tuan Muda menjadi pria sepenuhnya, Dia akan menikah dengan gadis lain. Dan semua ini rahasia, tolong jaga seumur hidupmu, atau nona akan terkena masalah bila berani membocorkannya," jelas Tuan Bram padaku.

Aku mengangguk pelan. Ada sesuatu yang tersayat dalam dadaku. Apa yang aku pikirkan, berharap di perlakukan selayaknya manusia. Ternyata aku salah, aku tetaplah hanya akan menjadi pelampiasan nafsu semata tanpa di hargai selayaknya manusia apalagi seorang wanita. Mereka hanya menginginkan tubuhku, untuk membangkitkan gairah Tuan Mudanya saja.

"Kamu mengerti?" tanya Tuan Bram memastikan.

"Saya mengerti, Tuan," jawanku, masih dengan menunduk.

"Bagus, Bram kamu siapkan semua hal berkaitan dengan hal ini, secepatnya."

"Sudah, Tuan. Semua berkas perjanjian sudah saya siapkan. Tinggal di tanda tangani saja," jawab Tuan Bram.

"Boleh saya meminta sesuatu." Aku memberanikan diri untuk berbicara. "Apakah saya boleh meminta di nikahi secara agama, saya berjanji tak akan menuntut apapun."

Kedua orang di depanku saling berpandangan. Aku tak tau apa Kenzi akan menjamahku, tapi bukankah tugasku adalah merayunya, menjadikan dia pria seutuhnya. Setidaknya aku akan mendapatkan kehormatanku sebagai seorang wanita, sebagai istri, bukan hanya sebagai pelacur apabila aku berhasil merubahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top