Kuntum 7 : 第七 章 (2)

Ling Yi Fei turun dari bus yang biasa ia tumpangi, mengambil langkah lebar menyusuri jalan setapak menuju kampus yang masih sepi karena masih pagi. Ia menggenggam bakcang buatan ibunya, ada dua. Rencananya ia mau kasih untuk Lynn. Siapa tahu anak itu belum sarapan. Kalau sudah juga, Feifei bisa simpan untuk dirinya sendiri nanti.

Melipir ke koridor menuju gedung F-1 zhuanye perfilman semester 4, udara pagi sangat bermerbak sejuk. Mengingat beberapa bulan lagi musim semi masih menghadang, rasanya terlalu singkat untuk melewati hari-hari indah kala penuh beban tugas. Sudah nasibnya menjadi mahasiswi. Tidak bisa bermain-main lagi seperti masa SMA. Waktu SMA untuk menanam benih kenangan, sangat cocok dinostalgiakan pada masa-masa ini. Terlebih, pada belahan hati yang selama ini masih ia nantikan. Pada masa depan, ia sangat ingin menanti momen di saat ia menemukan cintanya yang sebenarnya.

Setelah menghabiskan satu bakcangnya, Feifei berjalan ke ruangan loker yang letaknya ada di koridor sebelum belokan menuju kelas. Dari kejauhan, Feifei menyipitkan matanya, memperjelas satu objek yang ia perhatikan lamat-lamat sebelum langkahnya berhenti di jajaran lemari lokernya miliknya. Dan ketika objek itu jelas, Feifei membeliakkan matanya, terkejut di tempat.

Jun Lei Han? Sedang apa dia di lemari loker.. Tunggu sebentar. Feifei memajukan kepalanya, makin memicingkan matanya. Itu loker 101, milik.. Lynn?

Pemuda jangkung itu kini menutup pintu lemari Lynn, dan dengan cekatan, berjalan tanpa menyadari keberadaan Feifei yang hanya dipisahi satu jajaran lemari tinggi. Sementara itu, Feifei masih berusaha mengendalikan diri sebelum ia ingin menduga-duga satu hal yang hampir meledak dalam kepalanya.

Kenapa Jun Lei Han menutup loker Lynn? Bagaimana bisa dia membuka loker itu? Kan kunci loker hanya satu?

Jangan-jangan, peony itu...

Kepala Fei tersentak dari lamunan. Ia langsung mengambil langkah pertama, agak terburu-buru hendak berlari ke kelas, menyampaikan berita yang dimaksud. Tapi keinginannya itu ditunda ketika matanya melihat Jun Lei Han terdiam di tengah koridor yang tak jauh dari ruang loker, memandang sekawanan Zi Wei yang sedang mengolok Lynn dan Xiao Song di depan kelas.

"Apa yang terjadi?" tanya Feifei dengan alis merudung, mulai menahan geram karena suara melengking Yan Zi Wei kian merebak. Jun Lei Han tak berpaling dari tatapan tajamnya. "Zi Wei berulah."

Diam-diam, dari belakang, Feifei mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya, tak tahan lagi ketika Xiao Song dikatai transgender.

"Jaga mulutmu Zi Wei!"

***

Lynn memanjangkan lehernya, sekilas, ia melihat Feifei membelah kawanan teman-teman Zi Wei dengan gaya khasnya. Wajah Feifei yang kutubuku, seketika beralih menjadi sangat arogan. Bahkan dibanding Zi Wei yang licik, Feifei sangat menguasai ekspresinya sendiri. Di alis yang mencuat tinggi dengan dagu teracung itu, Lynn bisa lihat, kalau kemampuan Feifei dalam melawan, bukan hal main-main. Dan Zi Wei, berhasil mundur selangkah. Tapi, bukan berarti ia menyerah.

"Oh, jadi kau membawa pacarmu ya, pemuda transgender," sinis Zi Wei menatap Feifei penuh tuduhan. Xiao Song maju selangkah, menarik Feifei untuk menjauh dari wajah tengil Zi Wei. Takut Feifei marah dan kalut.

"Zi Wei, aku tahu kau gadis paling sempurna, tapi walau kau mengatai Xiao Song transgender, setidaknya dia masih memiliki mulut tidak sesampah milikmu!" ketus Feifei melotot. Lynn ngeri menatap temannya itu. Zi Wei maju selangkah, mendengus seperti kuda, matanya melotot penuh hina.

"Jangan sok membela pacarmu ini, Feifei. Memangnya kau sudah benar? Mulutmu juga sama sampahnya!"

"Kau lebih kotor!"

"Bedebah! Kau gadis sok pintar!"

"Diam!" teriak suara bariton itu, mengejutkan Lynn. Itu bukan suara Xiao Song. Tapi suara Brandon Jun. Feifei dan Zi Wei yang saling menatap keji itu beralih ke arah pemuda jangkung memakai kemeja dibalut bomber sederhana itu, galak. Lynn terpengarah, kaget dengan kehadiran Brandon Jun tiba-tiba.

Xiao Song angkat bicara. "Feifei, jangan buang tenagamu meladeni nenek lampir seperti dia. Ayo masuk." Dengan gerak yang tak bisa ditolak, Xiao Song meraih tangan mungil Feifei, dan langsung menariknya masuk, meninggalkan Zi Wei yang kini bungkam. Lynn tetap di tempatnya, memandangi reaksi Zi Wei yang berubah. Kedatangan Brandon Jun mengulik keingintahuan Lynn tentang reaksi Brandon terhadap Zi Wei barusan.

"Kau pikir kau hebat, Zi Wei?" Brandon Jun menatap tajam ke arah gadis yang lebih pendek darinya itu. Ajaibnya, dagu lancip Zi Wei yang tadi teracung tinggi, kini tenggelam, menunduk dalam-dalam seperti kucing yang takut dipukul majikannya. Zi Wei tak menjawab, beberapa saat, kawanan teman-temannya berbarengan pergi dan memasuki kelas dengan langkah kikuk.

"Kau pikir kau pantas berkata begitu? Kau pikir kau siapa bisa mengatai teman sekelasmu seenaknya? Aku dengar semuanya. Kau mengatai Lynn, dan Xiao Song. Ini bukan pertama kalinya, tapi kau tahu, aku tidak pernah sudi memiliki teman sepertimu." Tepat setelah berkata begitu, Zi Wei mengangkat wajah ingin menghentikan Brandon. Tapi terlambat. Pemuda itu sudah berpaling ke arah Lynn, meluruskan alisnya yang mencuat, menatap Lynn lembut dan menarik tangannya, masuk ke kelas meninggalkan Zi Wei.

"Lynn, ayo masuk."

Dan entah kenapa, itu adalah pertama kalinya ia merasa Brandon Jun, melindunginya dan menenangkannya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top