Kuntum 62 - 第六十二章
Musim semi mengujung. Hari Lynn berpidato berjalan lancar. Semua masyarakat BFU respect terhadap kepergiannya, menghargai semua karya yang sudah sempat lahir di atap keluarga ini. Langit cerah membentang, seakan tersenyum merelakan Lynn mengucapkan sampai jumpa dan terima kasih. Para rektor, dosen, bertepuk tangan meriah menutup hari itu. Dengan sebuah pot tempat Peony baru akan lahir, Lynn meletakkannya di dekat kusen jendela kamar asramanya supaya mengarah ke matahari.
Setelah tugas besar itu, liburan musim panas resmi di mulai. Mahasiswa yang tidak memiliki kepentingan dengan dosen dan nilainya di perbolehkan menikmati liburan di hari-hari musim panas yang akan datang. Lynn mendapat kabar dari Melody Tai bahwa besok dia tidak bisa datang ke bandara karena saudaranya melahirkan di Taiwan. Jadi, ia hanya akan mengandalkan video call besok.
Lynn sudah merapikan kamar asramanya. Teman sebelah kamar Lynn kemarin membantu mengemasnya ke dalam kardus-kardus untuk di simpan di kamarnya sendiri. Ada banyak buku dan peralatan yang masih bisa dipakai, jadi teman Lynn ambil sebagai kenang-kenangan juga. Sisanya hanya sebuah tempat tidur, lemari kosong, dan meja belajar yang bersih. Jendela gedung asrama lantai tiga yang mengarah ke jalanan kota membuat Lynn ingin menikmati keindahan detik kota ini untuk terakhir kalinya.
Semalam, Lynn sudah menelepon keluarganya kalau mereka akan menjemput di bandara Soekarno Hatta. Katanya, akan ada dosen lainnya yang menjemput. Sekedar mengucapkan selamat. Padahal Lynn tidak tahu jadwal penerbangannya dikarenakan Pak Usman yang masih bersenang-senang di China ini.
Dua hari yang lalu Pak Usman sudah sampai. Beliau menginap di hotel dekat perkotaan yang banyak tempat wisatanya. Baru bertemu Lynn sekali di kampus, itu juga dalam sesi mengobrol hangat dengan para dosen dan rektor. Sisanya, mereka makan bersama dan Pak Usman bilang kalau dia mau membeli cidera mata dulu. Lynn sendiri juga lupa untuk menanyakan jam kepergiannya. Mungkin karena rasanya masih tak rela, dia jadi merasa, kakinya tak pernah ingin beranjak dari mana pun selain berdiri di sini. Menatap bayang-bayang kali pertama ia sampai di sini. Menghirup udara yang begitu sejuk, mencium harapan-harapan yang menggantung jiwa pada sepatah semangatnya.
Dua koper Lynn sudah diletakkan di depan kamar. Besok ia pulang. China, tinggal kenangan. Tapi pot kecil dari teman-temannya itu sedikit membuatnya merasa tenang. Setidaknya, jika melihat itu lagi, ia yakin, BFU dan segala hal yang ada di sini seketika terbit dan memuncak hangat dalam jiwanya. Lynn tidak pernah merasa ingin begitu tetap tinggal di sini, tapi begitulah kenyataannya.
Meski di satu sisi, ia selalu menatap ponselnya yang bergeming, tetap berharap seseorang menyadari akan kepergiannya.
"Lei Han bahkan tidak menghubungiku. Kalau sudah begitu, tandanya ponselnya sudah bukan lagi dipegang sama dia. Melainkan oleh Managernya."
Suara Xiao Song terngiang dalam kepalanya ketika kemarin sore bertemu dengannya di ruang loker. Kemauan hati Lynn yang memaksakan pertanyaan dari kabar Lei Han membludak begitu saja ketika melihat Xiao Song. Setelah mendengar jawaban itu, entah bagaimana, dari detik itu, ia benar-benar harus menutup mata untuk itu semua.
Menutup mata untuk tidak pernah lagi berharap pada matahari yang sudah jelas tak bisa ia dekap.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top