Kuntum 52 - 第五十二章
Di cerita sebelumnya, Yue yang di maksud adalah Yue dalam arti Indonesianya Bulan
Lorong panjang itu berdebum langkah lari seseorang. Di belakang gadis itu, seorang pemuda dengan kemeja flanel kotak kotak biru putih terbuka tak berhenti mengejar gadis yang terisak jauh di depannya.
Hatinya merasa kacau. Tangisan itu bukan akting. Ekspresi itu bukan salah satu bagian kepura-puraannya. Lei Han bisa merasakan itu. Ia sangat yakin Zi Wei hanya bercanda. Tapi, kenapa hatinya begitu perih saat melihat seorang yang ia lindungi meninggalkan punggung untuknya dengan urai air mata yang tak ia mengerti?
Apakah maksud Zi Wei selama ini Lynn juga menyukainya sama seperti yang tokoh Yue dalam film Zi Wei rasakan?
Kaki Lei Han tak berhenti berlari, otaknya terus menerus bersuara lantang.
Kalau Lynn memang merasa demikian, ia sama sekali tidak salah.
Lynn bukan Yue. Lynn sangat berbeda dengan Yue. Karena Lei Han yakin, apa yang hatinya dentumkan saat ini adalah perasaan untuknya. Perasaan untuk seorang gadis yang tidak pernah tahu bagaimana rasanya memendam rasa ingin memiliki yang begitu dalam hingga sulit untuk mengatakan betapa berharga dirinya. Bagaimana dunianya bisa membawa pengaruh besar dalam hidup Lei Han. Tentang masa lalu yang redup, di antara musim semi tahun ini dan kemunculannya, entah kenapa Lynn seperti muncul bersamaan dengan kenangan yang ingin ia buang. Kenangan masa kecilnya yang menyedihkan, kenangan akan musim semi yang terlalu indah untuk di saksikan, semua itu berputar jauh ketika Lei Han sadar, ia sudah terlalu terpikat dengan sejak awal bertemu. Membuatnya tak mampu meninggalkan semua kenangan itu karena Lynn sudah menyimpannya bersamaan dengan semuanya.
Lynn bukan bulan. Dia bukan Yue yang cintanya bertepuk sebelah tangan.
Lynn adalah musim semi dalam dunianya. Yang mampu menyebar kehangatan dalam sekali tatap. Hanya Lynn yang mampu melakukannya, membuat Lei Han tak pernah bisa berhenti berpikir dan merasa takut untuk menyatakan perasaannya. Bahkan, ia tidak sadar, ketika menyukai seseorang yang terasa dekat dengannya, ia tidak tahu kalau ia tidak punya kekuatan untuk menyatakannya.
"Lynn! Dengarkan aku! Berhenti!"
Tentu gadis itu tidak berhenti. Rambutnya yang terurai terhempas angin, langkahnya mungkin melemah saat di belokan koridor pendek menuju perpustakaan yang kosong. Lei Han tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan sekuat tenaga, ia mempercepat langkahnya, lalu dengan sekali tangkis ia mencekal lengan Lynn yang langsung berhenti saat itu juga.
Hening menguar beberapa detik. Sayup-sayup, suara isak itu terdengar. Tanpa sadar, Lei Han menatap punggung yang gemetar itu penuh luka.
Tidak. Kau bukan Yue. Cintamu tidak bertepuk sebelah tangan.
"Lynn," Lei Han memanggil dengan suara rendah. Berharap gadis itu berbalik dengan sendirinya. Padahal dalam hati, ia sama sekali tidak mampu melihatnya menangis jika akibat dari air mata itu adalah perkiraan Lynn yang terpengaruh oleh kata-kata Zi Wei.
Tidak. Ia tidak pernah rela Zi Wei membuat gadis itu menangis. Tidak. Tidak seorang pun mampu membuat musim semi terluka oleh hujan yang berderai menutupi semua keindahan itu. Karena sesungguhnya, seorang matahari begitu menginginkan musim semi bersamanya selalu. Seperti sepasang takdir yang tercipta untuk saling melengkapi. Menebarkan kebahagiaan setelah dingin menyusut pergi.
Perlahan-lahan ia berjalan ke hadapan gadis yang tertunduk itu. Menatapinya dalam, dan teringat lagi bagaimana seluruh tenaga dan aktingnya tekuras habis hari ini. Bukan hanya otak dan tenaganya. Zi Wei sukses menghancurkan perasaan gadis itu juga.
"Lynn, jangan dengarkan kata Zi Wei."
Lynn tidak menyahut beberapa saat. Tapi sedetik setelahnya ia menarik napas panjang, lalu mengangkat wajah dengan ragu. Tersenyum di antara bekas air mata yang melumuri pipinya.
Sekali lagi, Brandon Jun tidak pernah ingin melihat luka itu ada di sana.
"Lei Han, film Zi Wei sangat bagus. Dia.. sangat hebat." Lynn tersenyum lebar, mengangguk seraya menghapus air matanya yang tersisa.
Lynn, jangan berpura-pura tegar. Kau sama sekali tidak cocok memerankannya dalam keadaan seperti ini.
"Kau bukan Yue, Lynn."
"Tidak. Aku memang Yue. Zi Wei... dia terlalu banyak menyadarkanku. Ya ampun, bagaimana bisa selama ini aku berpikir.."
Mulut Lei Han pahit. Ia tak mampu menyaksikan air mata gadis itu kembali terbendung. Maka dengan gerakan tak sadar, ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Dalam sekejap, ia merasa dirinya utuh kembali.
Lynn tidak memeluknya. Tapi ia tidak menolak untuk menangis dalam dadanya. Setidaknya dengan cara begini, ia ingin tahu kalau perasaan yang sebenarnya bisa terbagi lewat kehangatan itu. Brandon ingin tahu betapa ingin ia mengucapkan semua perasaannya, betapa ingin ia mengungkapkan semua hal yang paling sulit di ucapkan dengan kata-kata. Bahkan bagi Lei Han sendiri. Ia tidak sadar kalau ia tidak pernah punya kekuatan untuk menyuarakan. Di atas cinta, ia kalah.
"Lei Han, maafkan aku. Aku menyukaimu, lebih dari yang kau tahu." Gadis itu berkata lirih.
Lei Han makin merekatkan dekapannya, membiarkan Lynn terus menangis, menyusupkan wajahnya dalam dadanya. Wangi yang merebak, segala tentang Lynn yang tak pernah berhenti bersuara dalam kepalanya, tidak pernah lepas dalam ingatan dan memori. Bahkan ketika gadis itu mengatakannya, membuat satu letupan keras dalam dadanya, bibir Lei Han tidak pernah sanggup mengatakan itu. Ia tidak sanggup menyakiti Lynn jika tahu kalau ia juga menyukainya lebih dari yang ia tahu.
"Peony itu.. kenapa? Kenapa kau selalu memberikan bunga itu kepadaku? Kenapa kau meletakkannya di lokerku?"
Pandangan mata Lei Han beralih sejenak. Kepalanya yang menyusup di antara pundak gadis itu terangkat sedikit karena Lynn memaksa untuk melepas dekapannya.
Lynn menatapnya dalam tanya. Meski dalam hati letupan bertubi-tubi justru kian merasukinya hingga tak sanggup menemukan suara, detik ini, ia harus memberitahu yang sesungguhnya. Detik ini, ia harus mengucapkan hal yang seharusnya dari dulu ia perjelas. Namun, jika diperjelas, apakah itu bisa membuat Lynn berhenti menyukainya?
"Lynn," Lei Han berkata pelan, mengerjap beberapa saat, sambil terus berusaha mencari kata demi kata yang siap ia lontarkan.
Gadis itu menengadah sedikit, menatapnya dalam sesak yang masih terisak. Di mata itu, kenangan mereka pernah disaksikan. Dalam kurun waktu yang hanya bisa kembali di putar dalam ingatan, tapi Lei Han yakin, sebuah pesan dalam bunga itu mampu membuat seorang yang ia ingin miliki dalam seluruh hidupnya ikut merasakan apa yang pemiliknya rasakan. Bagaimana kekuatan itu tak kasat memaksa Lei Han untuk tidak berhenti menyukai gadis itu.
Tetapi, setelah ini, apakah gadis itu akan menyesali segala kebenarannya?
Hal ini yang selalu Lei Han takutkan. Hal ini yang selama ini membuatnya tak pernah mampu membuatnya menyatakan perasaan karena sedari awal, bunga itu bukanlah darinya.
"Peony itu... bukanlah dariku."
Mata Lynn melebar, bersamaan dengan rahang Lei Han yang mengeras, ia mampu melihat penyesalan lama-lama terbit dalam ekspresi gadis itu.
"Peony itu sebenarnya..."
Perlahan-lahan, Lei Han membuka rahangnya, mengucapkan satu nama yang selama ini tak pernah ingin ia beritahu pada siapapun.
"Peony itu adalah milik Luo Yi, Lynn."
***
YAKK SIAPA YANG UDAH TAU KALO PEONY ITU DARI LUO YIIII!? Maap caps jebol krn aku seneng bgt udah sampe pada part ini. Jujur, krn lg kena writers block jadi susah mau lanjut. Takut kejadiannya kayak A Days With You. Malah ku unpub :( tp buat yg ini aku masih tetap berjuang buat lanjutin karena ya, aku udah bikin otlennya. Dan kalo aku baca otlennya sndiri tuh nggak rela aja kalo aku gantung gitu. Jadi, kalian sabar sabar menanti ya hehe kalo masih ada yang nunggu ceritanya, makasih banyak, dukungan kalian walaupun cuma satu, aku sangat menghargai :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top