Kuntum 51 - 第五十一章


Lynn melirik arlojinya. Pukul setengah sebelas malam. Lembaran skenarionya sudah mengujung, lambat laun, pekerjaan ini akan segera selesai juga. Tahu juga karena Zi Wei tak ingin menyia-nyiakan waktu yang ia punya sebelum memindahkan fokusnya ke filmnya sendiri. Beranjak dari kursi istirahatnya, Zi Wei sudah berteriak on set. Scene terakhir, pikir Lynn. Ia harus menuntaskan seluruh kelelahannya dan menutupnya untuk persiapan fokus ke filmnya sendiri.

Kamera yang berdiri di sekeliling rotasi set sudah menancap sempurna. Menyorot sesuai arahan Zi Wei sendiri. Di dukung sorot lampu besar di tiap kepala kamera. Lynn berjalan ke tengah set, berusaha menjernihkan pikirannya dan fokus pada garis kalimat yang mengujung di bibirnya. Ia melihat ke arah datangnya Lei Han, yang nampaknya juga agak lelah namun masih bisa tersenyum seakan menyebar semangat kepadanya.

Mereka berdiri saling berhadapan. Beradu tatap bukan untuk yang pertama, Lynn tetap berkonsentrasi dan mengukuhkan dirinya kalau ia adalah si tokoh. Yang menyedihkan, yang patah hati. Yang cintanya tak terbalas karena takdir, dan yang diacuhkan dalam segala kondisi.

Zi Wei berteriak kepada kameramen. Lalu dalam sekejap, suasana kembali hening, seluruh kru berada di posisinya masing-masing dan, "action!" akhir Zi Wei menegakkan punggung Lynn.

Dengan penuh penghayatan, Lynn memulai konsentrasinya. Menatap dalam sosok di depannya, dan meresapi si tokoh, menjiwainya lebih dalam setelah Lei Han selesai mengucapkan kalimat dialognya.

Lynn berusaha membuat hidungnya tersumbat. Menjiwai tiap kalimat dan ucapannya.

"Aku menyukaimu, Brandon."

Jeda sejenak, menghantar kesan dramatis yang menggulung sendu dalam alur. Lei Han meratapi Lynn sejenak, kemudian, "maaf." Pemuda itu melanjutkan dialognya, "Yue, kau terlalu baik untukku. Kau tahu aku tidak.."

"Aku tahu." Lynn menunduk, "orang dulu kala mengatakan, orang yang tampan lebih mudah memikat hati seseorang. Tapi, kau berbeda, Brandon."

Ketika membacanya dalam skrip skenario entah kenapa bagi Lynn, kalimat yang akan diucapkannya ini terdengar sangat aman dan baik-baik saja. Tapi, ketika ia menatap manik cokelat hangat itu, di antara ruang waktu yang mengelilinya, di antara angin kenangan yang membenturkannya pada ingatan hari-hari bersama Lei Han beberapa waktu lalu, kenapa rasanya ia jadi takut untuk mengucapkan kalimat dialog itu? Seakan-akan Zi Wei ingin memaksa dirinya untuk mengucapkan kata yang tidak pernah mau ia suarakan. Tapi, suara itu tetap harus terucap. Ia harus mengatakan itu karena ia adalah si tokoh. Ia adalah gadis menyedihkan yang cintanya bertepuk sebelah tangan itu.

Berpikir sedemikian jauh, entah kenapa membuat Lynn terperosok pada kesungguhan dari logika yang berteriak-teriak dalam kepalanya.

Brandon Jun.

Ia terlalu bersinar, terlalu spesial. Seluruh dunia mengetahuinya. Ia bagai sinar matahari yang keberadaannya selalu dibutuhkan, bahkan selalu dinantikan. Semua orang memujanya, semua orang menyayanginya. Dan apakah seonggok daging kecil seperti Lynn layak berpikir untuk memiliki seorang matahari kala cakrawala adalah tempat pertama yang di singgahinya? Apakah Lynn sanggup untuk berpikir kalau ia layak untuk mencintai bahkan mengharapkan Brandon Jun ada di sisinya?

Kenapa? Kenapa dengan satu kalimat dialog dari skenario Zi Wei membuatnya seakan tersadar akan kebutaannya selama ini?

Jika logikanya benar, apakah ia telah membuang waktu untuk mencintai bahkan mengharapkan Brandon Jun ada di sisinya?

"Kau selalu bersinar. Kebaikan dan keramahanmu perlahan-lahan membuatku lupa kalau kau adalah seorang matahari yang dunia butuhkan. Bagiku, kau bukan Brandon Jun yang orang-orang kenal atau matahari yang menyinari dunia. Bagiku, kau adalah satu rasa yang menempati seluruh duniaku. Dan aku--" tenggorokan Lynn tersekat. Entah bagaimana, ekspresi Lei Han, seluruh suasana yang mengelilinya, membuat hampir seluruh otaknya membeku dan membuat matanya panas.

Bagaimana bisa ia mengatakan dialog yang rasanya ingin logikanya ucapkan? Ia menatap pemuda di depannya dalam-dalam, berusaha mencari suara hati yang ia harapkan tinggal dalam pancaran mata Lei Han. Atau setidaknya, masih ada secuil harapan yang membuat Lynn sadar kalau semua ini hanya akting belaka. Semua ini cuma settingan.

Namun, ketika Zi Wei berdiri dari kursi sutraradanya tanpa mengatakan Cut, Lynn pun terkesima beberapa detik dalam kebingungan.

"Zi Wei?" Lynn menatap Zi Wei dalam alis mata rata tegasnya. Gadis itu bersedekap, berdiri di samping Brandon Jun yang sama bingungnya.

"Apa yang kau lakukan, Zi Wei?" Lei Han bertanya, bingung. Namun, dengan dagu agak ditaikan sedikit, Zi Wei memicingkan matanya, dan bersuara rendah.

"Yue, seorang matahari tempatnya tidak akan pernah kemana-mana. Ia hanya ada satu, dan tinggal di cakrawala. Di rotasi tempatnya yang layak. Seorang matahari, tidak akan singgah ke bumi hanya untuk menemui cintanya meski ia iba untuk menerimanya. Yue, kau hanya bulan. Dibutuhkan saat malam, bahkan tak ada kau pun, cakrawala tidak pernah masalah. Karena kau, cuma singgah, tidak pernah menetap, sepertiku."

Lynn mengerut dalam. Ia menatap Lei Han bergantian ke arah Zi Wei. Bahkan ia meluaskan pandangan, melihat ke arah seluruh kru yang mengambil gambar. Mereka tidak terganggu, tapi Lynn sangat janggal.

"Zi Wei, kau bilang apa? Kalimat itu tidak ada di dalam skrip--"

"Memang tidak ada." Zi Wei memotong cepat, "aku mengarangnya demi puncak konflik yang sesungguhnya."

"Apa maksudmu, Zi Wei?" tanya Lei Han agak menunduk, menatap Zi Wei yang lebih pendek darinya. Kepala Lynn mendadak terasa kosong. Panas dalam tubuhnya meningkat lebih cepat. Matanya yang tadi terasa kering, kini mulai tergenang rasa sesak yang menimba dalam hatinya.

Untuk apa Zi Wei mengatakan hal itu dalam filmnya sendiri?

"Lei Han, ini adalah puncak yang sebenarnya. Menyadarkan seorang gadis yang sesungguhnya tidak pernah ada namun tempatnya hanya sementara. Kau tidak bisa membuatkan posisi spesial untuknya di hidupmu." Zi Wei memutar kepala, menatap Lei Han seolah-olah semua ini bukan akting. Semua ini kenyataan yang telah direncanakan. Kepala Lynn pusing seketika, seluruh tubuhnya panas dingin, tapi mulutnya tak menemukan satu kata pun untuk melecutkan kalimat Zi Wei, membela diri setidaknya. Ia terlalu terperosok kaget pada kata-kata Zi Wei yang sulit di pahami namun ia sudah ketahui.

Zi Wei mengambil tangan Lei Han, lembut dan perlahan, "Lei Han, jangan diam saja. Ini adalah kenyataan yang sesungguhnya."

Pemandangan itu, segala yang berputar dalam keadaan saat ini entah kenapa membuat pikiran Lynn seketika meledak.

Jadi ini maksud Zi Wei menyuruhnya mengambil peran dalam filmnya. Jadi ini maksud dari film Zi Wei yang sesungguhnya. Meski sakit, tapi Lynn tidak bisa menepis kenyataan kalau film Zi Wei sama sekali bukan fiktif. Film Zi Wei adalah perumpaan dirinya. Dalam wujud yang berbeda namun dengan takdir yang sudah seharusnya. Lynn, cuma orang biasa. Zi Wei tahu kalau ia menyukai Lei Han, dan ia tahu cara palinh tepat untuk membuatnya mundur.

Dalam dunia ini, sosialita tingkat tinggi memiliki lapisan. Dan tingkat Lynn, bahkan sama sekali tidak menginjak lapisan paling bawah. Kehidupannya yang lahir dari Indonesia, keluarga kecil sederhana dari satu kota kecil, bahasa dan darah yang berbeda, bahkan Lynn sadar, jika ia berusaha ia tidak akan mampu mencapai kehebatan seorang Jun Lei Han. Ia terlalu tinggi, jauh dan syahdu. Sudah seharusnya Lynn mengenyahkan bayangan akan harapan semua itu dari dulu. Mengenai Peony, mengenai musim semi yang selalu Brandon Jun sukai. Segala tentang Brandon Jun, bukanlah kenangan yang harus ia miliki. Lei Han dalam empat bulan ini hanya seorang makhluk yang memberikannya warna. Dia bukan harapan yang seharusnya Lynn impikan, dia bukan jawaban yang Lynn pertanyakan, dan tidak seharusnya, Lei Han adalah orang yang ia selalu dinantikan. Karena pada dasarnya, Lynn tidak memiliki apapun untuk bersanding dengan orang lain selain satu hati dalam dirinya.

Ia tidak memiliki apa-apa selain rasa tulus dalam hatinya.

Selain luka yang sama seperti dalam dialog terakhir untuk diucapkan.

"Mungkin aku memang bukan orang yang seharusnya ada dalam hatimu. Tapi percayalah, aku dan seluruh orang di dunia ini tidak pernah lelah mencintaimu. Karena cuma itu yang bisa kami lakukan untuk terus membuatmu sadar, kau adalah dunia yang berputar dalam hidupku."

Lynn menahan napasnya, sesak menguasai dadanya. Ia tidak tahu sejak kapan pandangannya mengabur, tapi ketika Lei Han menatapnya, ketika pandangan itu menyemburkan seluruh ingatan paling manis berubah menjadi luka. Dan ketika harapan jatuh tidak sesuai keinginannya, Lynn tidak bisa melakukan apa-apa selain merasakan perih dalam dirinya.

Pandangan Lei Han berputar, memandangnya dengan kening berkerut dalam.

"Lynn? Kau kenapa?"

Masih tetap menahan napas, ia tak sanggup menjawab pertanyaan Lei Han. Malah beralih ke arah Zi Wei, dan berkata lirih, "sekarang aku tahu kenapa kau ingin aku memerankan peran ini. Apa kau puas sekarang?"

Di depannya, gadis itu tidak tersenyum, tidak menyahut. Hanya berbalik menatap Lynn seakan-akan sedang menikmati rasa puasnya.

"Zi Wei, apa maksudmu? Kita kan sedang berakting."

"Tidak." Zi Wei menepis cepat, tanpa mengalihkan pandangan, ia melanjutkan, "kita tidak pernah sedang berakting. Lei Han, kau harus tahu satu hal. Filmku, adalah tentangmu. Namun yang paling aku ingin orang lain tahu adalah, aku ingin Lynn sadar kalau semua posisi yang ia harapkan sama sekali tidak akan pernah terjadi."

Malam itu, lima menit sebelum pukul dua belas, air mata Lynn jatuh terurai. Namun sebelum ia kembali menahan sesak yang hampir meledak, ia memilih pergi meski Lei Han tak berhenti memanggilnya.

***

Maaf ya, kemarin sengaja nggak update karena bab ini panjang. Dan kebetulan emang draftnya udah menipis. Jadi belum siap update gegara stoknya belum ada hehe.

Makin penasaran nggak? Hum, keknya udah makin tertinggal krn jarang update. Maaf ya manteman :')

Sebenarnya aku punya rencana lagi. Aku ada ide buat cerita Slice of Life gitu. Jadi isinya keseharian seseorang di satu pekerjaan. Rencananya bakal ada 3 SOL. Ya, coba coba aja sih, karena lagi belum ada ide buat bikin novel lagi. Setelah ini, paling aku update buat SOL itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top