Kuntum 43 - 第四十三章


Dengan perundingan yang ketat, Lynn, Feifei dan Luo Yi tidak menyia-nyiakan jam pelajaran hari ini untuk merangkap keseluruhan skenario. Semalam, Lynn sudah membagi konflik dalam beberapa poin yang kemudian di pecah oleh Feifei dan Luo Yi, lalu di rangkap urut sesuai peristiwa dan konflik cerita.

Setelah menguasai imajinasi mereka masing-masing, tersusunlah sebuah plot dari skenario tersebut. Sementara tim yang lain menyibukkan diri, seperti kru properti dan kru kameramen dan lighting yang menyimak perkembangan skenario. Supaya bisa membayangkan apa-apa saja yang akan di siapkan. Melody Tai yang terus menerus mempelajari cara merias ala premaisuri abad 200M dan berbagai busana yang harus ia pikirkan matang-matang. Ditemani oleh A Shi, asistennya, yang mengumpulkan data-data fashion style pada zaman itu. Sementara Shasa, si aktris sudah dihubungi dan menerima posisinya dalam kru pembuatan film Lynn, resmi sudah seluruh anggotanya yang berjumlah lima belas orang.

Yang tersusun demikian;
Produser : Vincent Hu
Skenario : Lynn. Dikembangi oleh Feifei dan Luo Yi. Revisi Zhao laoshi.
Sutradara : Lynn
Ass. Sutradara : Feifei
Tata artistik:
1. Set dan Lighting : Li Bei (Penguasa Matahari dari Barat) -- rekrut 3 orang lagi.
2. Makeup dan Wardrobe : Melody Tai dan A Shi
3. Editor : Ying Ying
4. Sound : Leo Lee
5. Kameramen : Dua kembar sipit. A Bo dan A Bi. Rekrut 2 orang lagi.

Sementara sisa tim yang lain mencari orang tambahan, perencanaan set dan lokasi kini dirundingkan oleh Lynn dan kedua pembuat skenario lainnya. Bahkan, habis waktu membahas persiapan film, Zhao laoshi sampai tidak membagi materinya hari ini. Terlebih mereka harus buru-buru meminta saran terbaik untuk perkembangan skenario. Sedangkan tiga jam awal kelas Zhao laoshi dipersibukkan dengan kegiatan kelas yang ricuh persiapan film. Di dalam kelas seperti terbagi dua kubu. Satu grup Lynn dan yang satu grup Zi Wei.

Ban Xiao Song meriung di antara teman-teman Zi Wei, mereka sudah membahas materi skenario. Dalam tahapan menuju set, bagaimana gerak dan kemauan Zi Wei sebagai sutradara nantinya. Sedangkan yang lain sibuk mengurus bagiannya masing-masing. Harusnya Lynn mendengarkan brifieng tersebut, tapi Zi Wei tahu akan prioritas paling utamanya, jadi gadis itu tidak mengganggu kesibukkan Lynn sementara waktu ini.

"Sementara aku meminta revisi kepada Zhao laoshi, tim set dan lokasi silakan terjun ke lokasi dulu ya. Karena pengambilan sepanjang video kita di Summer Pallace, aku ingin Vincent dan tim set mencari posisi yang pas dan mendapat perizinan. Lima hari proses syuting, pastikan keadaan aman. Dan, saranku..."

Lynn meletakkan pulpennya di atas meja, dekat kertas coret-coret naskah mereka. Kepalanya yang berkedut ringan berputar pada waktu itu. Saat angin sore berembus lembut, menyentuh pipinya, seakan kerinduan akan pesona musim semi di Summer Palace adalah hal yang ingin ia ulang. Bahkan hanya memikirkan hal tersebut, ia tidak tahu kalau sebagian dari hatinya bersikeras mengulang waktu. Mengulang rasa kebahagiaan dimana waktu tidak memberinya batas. Mengulang letupan hangat di mana waktu mengijinkannya untuk menatap mata Brandon Jun sepuasnya, mendengar kalimat Brandon Jun sebanyak-banyaknya hingga ia simpan dalam memori supaya bisa ia putar ulang. Sekian banyak waktu yang terulang, sekian banyak hal yang tidak bisa ia lupa. Walau hanya di mesin waktu yang tidak memiliki tombol putar balik atau repeat, Lynn masih ingat bagaimana rasa itu membekas di langit petang musim semi. Yang kemungkinan tidak akan pernah ia lupakan setelah pergi dari sini.

"Di Yihe Quan menurutku itu tempat yang cocok dengan latar yang kumau." Lynn berbicara sambil menerawang. Tapi sedetik, ia mengerjap sadar dan menggangguk ke arah Vincent yang duduk di sebrang mejanya.

"Bagaimana Vincent? Seharusnya kau tahu tempat itu kan?"

Vincent, pemuda tinggi berkacamata yang hampir mirip pengusaha karena penampilannya selalu necis itu menggangguk. "Aku pernah ke tempat itu."

Alasan kenapa Lynn memilih Vincent sebagai produser kali ini adalah karena Lynn dengar dari banyak pihak kalau Vincent sangat pintar berargumentasi. Baik tawar-menawar atau memaksa dengan pesona. Keahlian Vincent ada pada dirinya, jadi Lynn seharusnya tidak perlu khawatir. Meski Summer Palace sangat publik, tapi memerlukan perijinan itu sangat perlu. Juga keamanan selama proses syuting adalah hal utama.

"Oke. Aku atur."

Lynn mengangguk, lalu tersenyum. Salah satu hal yang ia sukai selama bekerja di bidang ini adalah orang-orang yang pikirannya menyatu dengan keinginannya. Seperti ada satu koneksi yang terjalin nyata dalam menggapai suatu tujuan. Dan Lynn menyukai kekompakkan yang saling mengerti itu.

Dari dalam kelas yang kondusif oleh diskusi, tiba-tiba Lynn merasa pundaknya dicolek oleh seseorang. Dari belakang, Lynn menoleh, kemudian sedikit tergagap ketika mendapati Brandon Jun berdiri denhan segenggam skrip di tangannya.

"Lynn, maaf mengganggu sebentar." Ucapan Brandon melepas perhatian seluruh tim yang duduk melingkar di meja tersebut.

"Tidak apa, Lei Han. Ada apa?"

Lei Han mengajukan sejilid kertas A4 ke arahnya. "Skrip skenario milikmu tadi tertinggal di atas lokermu lagi."

Lalu seakan baru menyadari benda itu seharusnya ada di dalam tasnya, ia mengerling cepat ke arah teman-temannya, kemudian tertawa lebar seraya menerima skrip tersebut.

"Lei Han, kenapa barangku yang tertinggal selalu kau yang menemukan." Lynn menggaruk ujung alisnya agak kikuk. Ia melirik ke arah Luo Yi dan Feifei. Gadis berkacamata itu terbatuk sekali, sedangkan Luo Yi nampak mencuri pembicaraan walau matanya fokus pada pengolahan naskahnya.

"Lei Han. Terima kasih, ya."

Dengan sekali gerakan, Lei Han mengangkat sebelah alisnya tersenyum, seraya menyentuh kening Lynn dengan gerak main-main dan bergumam pelan, "sama-sama, Putri Pikun." Pemuda itu berbalik dan pergi meninggalkan Lynn yang tersengat selama beberapa detik.

Dari tengah ruang diskusi, Feifei mengambil alih lalu memberi instruksi kepada timnya sementara mengacuhkan Lynn yang mulai membuka lembaran skrip skenario itu seakan ia baru pertama kali menerimanya. Entah hal apa yang membuat Lynn ingin mengeceknya, dari lembaran awal dan di beberapa lembar lainnya, Lynn menemukan sesuatu yang asing.

Ragu untuk memutuskan hal itu, ia kembali membalik lembaran per lembaran skrip skenario itu dengan gerak cekatan. Keningnya berkerut dalam, mencoba memeriksa lagi pagi tadi ketika skrip itu benar-benar bersih dari noda spidol.

Lynn menoleh ke arah perginya Lei Han, tapi pemuda itu sudah menghilang dari pandangan.

Dalam ruang waktu yang berdebur tak menyangka, otak Lynn terpaku pada satu kenyataan.

Seluruh dialog dan monolog Lynn ditandai oleh Lei Han. Benarkah?

Sekali lagi ia menatap lekat kertas di depannya.

Di setiap dialog dan monolog Lynn, semua kalimat ditandai dengan stabilo merah muda. Persis, semuanya. Awalnya Lynn mengira ia akan menandai miliknya sore ini, sembari menghapal dan membayangkan seperti apa gerakan yang akan dibuatnya untuk pemenuhan proses syuting Zi Wei. Tapi nyatanya, ada seseorang yang lebih dulu membantunya.

Dan seseorang itu adalah seseorang yang sangat diluar perkiraannya.

Bagaimana bisa seorang Brandon Jun yang sangat terkenal melakukan hal sederhana tanpa tahu membuat seluruh batinnya bergejolak enyuh?

Brandon terlalu sederhana.

Dan itu tidak menyulitkan Lynn untuk merasa jatuh cinta padanya.

***

Udah seabad aku ngga update. Tenang, hari ini aku update sekali tiga. Mau, kan? Buat nembus dosa aku juga kemarin udah ngegantungin kalian lama-lama. Udah ceritanya sepi, aku jarang update, makin aja lah kayak kuburan ni cerita. Tapi, selon, aku bakal menyelesaikan cerita ini sampai tamat karena itu sudah menjadi tanggung jawabku.

Jangan lupa beri dukungan atas cerita ini ya, supaya cerita ini bisa berkembang dan semakin banyak orang yang menyukai tulisan bergenre begini :)

Terima kasih^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top