Kuntum 4 : 第四章
Lynn sedang mengamati buku kecilnya yang tadi terjatuh. Tanpa sadar, pikirannya kembali melayang pada kilasan beberapa waktu yang lalu.
Dosen selanjutnya masih belum masuk kelas. Pelajaran terakhir menutup siang hari. Dasar penyutradaraan, adalah salah satu pelajaran yang sangat Lynn suka. Selain bisa mengkoordinir tim untuk pemenuhan filmnya nanti, selain bekerja, ia merasa seperti bermain. Baginya, mengkoordinir semua temannya adalah kesenangan yang abadi. Tiap persiteruan adalah tantangannya, walau tingkat kesulitannya sangat sulit, tapi Lynn percaya. Semakin teman-temannya berjuang, ia semakin tahu, bukan hanya dirinya yang ingin berkembang, tapi orang lain juga.
Beberapa menit kemudian, seorang pria paruh baya dengan kacamata bulatnya memasuki kelas. Gemuruh ramai tadi seketika mereda, beralih terpusat pada dosen itu. Pria itu memandang berkeliling, lalu matanya terhenti ketika mendapati Lynn ditengah kelas. Ia tersenyum.
"Oh ini teman baru kita dari Indonesia itu, ya?"
Seluruh penghuni kelas menoleh ke arah Lynn berbarengan. Lynn merudung pelan, kemudian tersenyum kering sambil bangkit berdiri dan membungkuk ke arah dosen itu.
"Senang bertemu denganmu, laoshi. Aku Federica Lynn, mahasiswa pertukaran pelajar semester 4 dari Institut Seni Jakarta. Mohon bantuannya." Lynn berseru lantang memperkenalkan dirinya sementara pria itu mengangguk tersenyum.
"Wah, ternyata kau lebih cantik dari pada di foto, ya," sahut pria itu membuat ledekan rendah seluruh teman sekelas Lynn. Lynn hanya tersenyum sipu, agak merendahkan bahunya, sedikit malu. Ia melirik Feifei yang terkikik tanpa suara sementara suara Ban Xiao Song menceletuk, "laoshi! Kenapa kau selalu menggunakan jurus model anak SMA seperti itu? Lynn memang cantik, tapi hatiku tetap untuk Feifei."
Seketika kelas makin bergemuruh menyahuti gombalan Ban Xiao Song. Feifei langsung menyerangnya dengan mata melotot dari balik kacamatanya sementara Xiao Song mengedipkan mata genit. Di sebelahnya, Lei Han atau biasa dipanggil Brandon itu tertawa sampai matanya menyipit kemudian menyahuti tak kalah garing.
"Laoshi, dia bukan temanku."
Seluruh kelas tertawa, termasuk Lynn yang tak kuasa menahan tersipunya ketika mata Brandon menatapnya dari belakang. Mereka saling bertatap beberapa detik, tapi kemudian laoshi di depan langsung meleraikan kegaduhan kelas kembali.
"Eh, eh, tenang dulu. Kuberitahu ya, selain cantik, dia itu sangat hebat. Coba, siapa yang tahu kenapa dia bisa terpilih menjadi mahasiswa pertukaran kali ini? Karena dia sutradara andal yang katanya segera di kontrak oleh salah satu production house terkenal di Indonesia!" seru dosen itu sambil menunjuk Lynn dari depan kelas.
Lynn agak kaget karena laoshi itu tahu soal production house yang akan merekrutnya kalau sudah lulus nanti, bahkan ia tidak tahu kalau rektor ISN akan mempromosikannya sejauh itu. Padahal, Lynn hanya baru di iming-iming angin. Belum tentu juga PH itu akan menungguinya sementara Sutradara yang mereka punya sangat berpengalaman dan hebat. Lynn hanya ingin fokus dulu pada perkuliahannya saat ini. Terutama memiliki kesempatan untuk mendapat ilmu dari BFU.
Teriakan takjub yang riuh rendah kembali bergemuruh. Lynn mendengar kian pujian dari mulut mereka. Apalagi Ban Xiao Song yang tetap berteriak akan terus menyukai Feifei, beberapa pandang mata yang menatapnya penuh respect, membuat Lynn tak habis-habisnya mengangguk rendah, berterima kasih.
"Maka itu, rencana untuk tugas film pendek kalian akan aku ikutkan Lynn sebagai calon sutradara dari 2 kelompok nanti--"
"Apa?!"
Suara itu menghentikan sorak gembira sekelas, beralih langsung ke arah gadis berambut panjang sepunggung, berdiri memunggungi Lynn. Tatapan seluruh teman sekelas seketika berubah tegang, beralih menatap Yan Zi Wei, yang duduk di kursi depan.
"Laoshi, kenapa kau memasukkan anak baru sementara ini dalam tugas serius ini?" Suara Yan Zi Wei berseru lantang, mendadak membuat Lynn agak gugup. Gadis itu melirik tajam ke arahnya, Lynn mulai merasa tidak enak.
"Benar, laoshi. Kurasa aku tidak pantas kau pilih untuk tugas itu," timpal Lynn menyeka keadaan.
Yan Zi Wei kembali berseru nyaring. "Lihat? Dia saja tahu batasnya. Kau tidak bisa membiarkan dia menjadi sutradara dalam tugas ini."
Mendadak, kelas hening mencekam. Wajah laoshi di depan berubah datar agak kesal. Ia menatap Yan Zi Wei dingin. "Kenapa aku tidak bisa membiarkan dia memegang kendali sutradara itu?"
"Karena aku tidak percaya kemampuannya." Yan Zi Wei menjawab lantang, semakin membuat seluruh kelas melongo kaget. Feifei menyentuh tangan Lynn, berusaha menenangkan Lynn walau sebenarnya Lynn tidak terlalu terpengaruh.
Bukannya wajar kalau teman-temannya belum percaya kemampuan dia? Lynn sama sekali tidak tersinggung karena ia bukan tipe orang yang gampang terpancing emosi. Bagi Lynn, pertemanan adalah segalanya. Ia tidak ingin merusak masa-masa indah di Beijing karena terpancing oleh Yan Zi Wei itu.
"Lalu kau siapa berani menyuruhku tidak mencalonkan dia ke dalam tugas ini, hah? Kau dosennya? Sini, berdiri di sini coba ajarkan pada teman-temanmu tentang ilmu sinematography kemarin!" Nada bicara laoshi kian meninggi dan agak keras. Punggung Yan Zi Wei agak menegak, seperti terkejut. Lynn menoleh sekilas ke arah Brandon Jun entah kenapa, mendapati pemuda itu malah sudah lebih dulu mengamatinya. Cepat-cepat Lynn kembali berbalik, takut ketahuan ingin melihat reaksi salah satu temannya.
Yan Zi Wei terdiam, kelas kembali mencekam hening. Laoshi melotot ke arah gadis yang kini menunduk pelan dan duduk kembali di kursinya.
"Laoshi, ijinkan aku bicara." Lynn memberanikan diri menyelak tatapan galak laoshi itu, berharap bisa mencairkan suasana.
Laoshi menunjuknya agak reda, air mukanya sedikit melunak. "Bicaralah."
Sebelum bersuara, ia menoleh ke arah Fei yang terdengar berbisik pelan untuk menyuruh Lynn diam, tapi Lynn tidak akan menurutinya karena ia sudah dapat kesempatan bicara seperti ini.
"Aku sangat berterima kasih kau mempercayaiku dalam tugas ini. Tapi, kalau ada satu teman di sini yang tidak setuju, aku harus mundur. Karena dalam tim dan persaingan, segala konsekuensi harus di ambil dengan damai, supaya menjauhkan rasa ingin mengalahkan atau rasa ketidakpercayaan yang nantinya berujung saling membenci," tutur Lynn agak menunduk, tak berani terus menatap pria itu.
"Kenapa kau beropini begitu?" tanya laoshi balik. Membuat Lynn agak kikuk sejenak. Tapi kemudian ia kembali menjawab dengan rileks.
"Karena aku tidak ingin kepercayaan itu berubah jadi benci. Aku hanya akan berusaha dan menikmati masa pertukaran pelajar di sini. Kau tahu, laoshi, Beijing sangat cantik kalau suatu hari nanti kuceritakan betapa baik dan manisnya teman-teman di sini." Lynn berungkap lancar hingga sebagian mahasiswa yang tadinya mengernyit menjadi tersenyum sendu ke arahnya. Begitu juga Fei yang mengembangkan senyum lebarnya.
Laoshi itu berjalan ke tengah kelas, menyunggingkan senyumnya ketika ia sudah saling bertatapan dengan Lynn yang lebih pendek darinya.
"Bukankah lebih indah kalau kau ikut menyentuh berbagai kegiatan di sini bersama kami?" ujar laoshi itu lembut. Membuat Lynn agak tersentuh.
Dari belakang, Brandon Jun berseru lantang, "benar! Aku sangat senang untuk memberi teman baru kesempatan, terlebih kau bertalenta."
Kelas tiba-tiba riuh godaan ringan kepada Brandon Jun. Lynn merasa pipinya terbakar, kali ini ia tidak berani menoleh ke belakang. Takut Brandon Jun melempar senyum yang bisa-bisa membuatnya benar-benar pingsan.
"Lihat? Lei Han mendukungmu." Laoshi mengedipkan mata seakan memberi sepercik semangat ke arah Lynn. Lalu ia berbalik ke mejanya dengan suara lantang mengumumkan keputusannya.
"Kalian sudah semester empat seharusnya tidak perlu ku nasehati seperti murid SMA yang baru kenal teman-teman kalian saja. Ini bukan soal kompetisi atau kau percaya dengan kemampuannya atau tidak. Ini tentang bagaimana kau mengembangkan diri dengan baik, bekerja sama dengan semua temanmu untuk menghasilkan karya yang baik. Kalau kalian tidak percaya pada temanmu, itu artinya kau egois dan sama seperti sutradara yang tidak pernah memikirkan pendapat orang lain dengan bijaksana. Paham?"
"Paham, laoshi." Seluruh kelas menjawab kecuali Yan Zi Wei di depan kelas. Lynn tahu karena sedari tadi gadis itu terus melirik tajam dan dingin ke arahnya.
"Zi Wei," panggil laoshi, "kau bukan anak SMA lagi. Kita harus sama-sama berkembang di sini. Apa perlu kau kunasehati terus?"
Zi Wei tidak menjawab langsung, gadis itu mengangguk pelan lalu menggerutu dingin. "Dia hanya beruntung."
"Lynn, duduk kembali. Sekarang akan kuumumkan siapa 2 sutradara itu, dan masing-masing dari sutradara nanti harus segera menyiapkan bahan cerita untuk minggu depan dan di presentasikan lalu hire teman-teman kalian sendiri, oke?"
Seluruh mahasiswa menjawab serentak, "oke laoshi."
Lynn duduk dikursinya dengan perasaan bahagia meluap-luap. Entah kenapa, ia ingin sekali melihat ke arah Brandon Jun yang duduk di kursi belakang dan tersenyum berterima kasih. Tapi tindakan itu dihentikan ketika Lynn tanpa sengaja bertemu dengan tatapan diam penuh kilat Yan Zi Wei yang lebih dulu menoleh ke arahnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top