Kuntum 38 - 第三十八章
"Eh, Feifei, apa maksud Xiao Song tadi menyindir Li laoshi? Apa jangan-jangan kau ketahuan naksir--"
"Ssstt! Xiao Song bodoh. Jangan pikirkan. Aku tidak peduli," sambar Feifei dari sebrang telepon lebih cepat.
Di kamar asramanya, terbaring di atas kasur menghadap langit-langit kamar, Lynn menahan senyumnya.
Makan siang hari ini berangsur di luar rencana. Padahal Lynn dan Brandon Jun tadinya ingin mempelajari naskah. Tapi semuanya kacau karena kedatangan Eric Wang dan Jackson Han. Mereka terlalu mengalihkan perhatian. Ada saja topik yang lebih menarik untuk diperbincangkan, diguraukan, atau digosipkan dengan mereka. Pergaulan Lynn dengan teman-teman biasa pada umumnya seketika seperti berubah setelah mengenal ketiga pemuda artis itu.
Terkadang Lynn diluar jangkauan untuk mengikuti perbincangan. Tapi sejauh ia tidak mengerti, ia tetap merasa senang. Karena obrolan itu adalah obrolan yang tidak pernah ia miliki. Seperti Eric Wang yang terus membicarakan fans-fansnya yang suka diluar kondisi, mengejek fans Jackson atau Brandon, sampai berbagai pertikian yang menurut mereka tidak perlu tapi tetap ada. Lalu keadaan orangtua mereka, teman-teman mereka yang sudah berada di luar jangkauan sosial, atau pengalaman mereka sewaktu di atas panggung. Dua setengah jam di apartemen Brandon Jun, rasanya masih kurang saja. Bagi Lynn, apa yang diperdebatkan mereka semua adalah hal yang menarik. Entah kenapa, Lynn sangat penuh minat. Terhadap hal yang baru, bagi Lynn itu adalah sebuah pengalaman penuh tantangan. Gambaran kehidupan seseorang yang tidak akan pernah ia dapatkan, dan mendengarkan adalah cara paling bonus untuk dibayangkan.
"Feifei, kau selalu saja begitu."
"Begitu apanya? Lynn, kalau kau mau membicarakan Ban Xiao Song si Konyol itu, lebih baik kututup telep--"
"Kau suka Ban Xiao Song, kan?" selak Lynn cepat. Menghentikan ucapan Feifei yang nampaknya terkejut. Gadis di sebrang telepon sana menarik napas tinggi-tinggi.
"Lynn! Kau gila aku suka dengan b boy seperti dia?!"
Alis Lynn terangkat seolah berkata acuh. "Kenapa kalau dia b boy? Xiao Song orang yang baik."
Terdengar Feifei mendecih.
"Kau hanya tidak menyadarinya kalau kau suka dia, iya kan?" Lynn kembali melanjutkan, rasanya belum puas menggoda sahabatnya itu.
"Lynn, bisa diam tidak?"
"Kenapa sih, kau selalu emosi jika membicarakan Xiao Song? Tidak ada salahnya kalau kau suka dia juga. Mengakui itu lebih baik daripada sakit hati diam-diam, betul tidak?"
Tiba-tiba dari sebrang telepon, hening menjadi jawaban Lynn. Awalnya gadis itu mengira Feifei akan mengakui perasaannya, tapi ternyata Feifei mengatakan sesuatu yang lain.
"Lynn, aku menyukai laoshi Li. Bukan Xiao Song. Itu yang harus kau tahu."
Punggung Lynn langsung menegap, ia terbangun dan terduduk cepat dari lamunannya.
"Apa?!"
"Aku benci kalau kau kaget begitu."
Lynn tergagap sejenak. "Li..? Laoshi Li penjaga perpustakaan? Tapi.. dia kan.."
"Dia manis dan sangat dewasa, Lynn. Siapa yang tidak mengidolakannya menjadi suami idaman?"
"Tapi, Xiao Song... bagaimana?"
"Apanya bagaimana? Dari awal dia tidak pernah menyatakan padaku terang-terangan soal perasaannya. Dia hanya menggodaku untuk kesenangannya. Ayolah Lynn, Xiao Song memang begitu. Kau kan baru kenal dia beberapa bulan. Sedangkan aku sudah kenal dia sejak SMP. Sudah jelas tahu kriteria dan gadis kesukaannya." Feifei menjelaskan. Membuat otak Lynn terasa kosong beberapa menit, memilih berlari dan memutar ingatannya ke saat di mana Xiao Song sering melakukan sesuatu yang Feifei tidak tahu.
Seperti setiap pagi, ketika Feifei pergi ke toilet, Xiao Song diam-diam akan meletakkan bakpau di dalam tasnya. Karena kata Xiao Song, kalau Feifei tahu bakpao itu dari dia, ia tidak mau menerimanya. Atau terkadang, kalau lagi kelas kamera, Xiao Song diam-diam akan menyorotkan kamera ke arah Feifei yang sedang memberi arahan soal sudut pandang. Diam-diam mengagumi gadis itu dari balik kamera. Lalu ketika ketahuan Lynn, Xiao Song hanya tersenyum pendek, dan berkata dengan suara rendah penuh bisik. "Lynn, ini rahasia kita ya. Kalau aku ketahuan, aku tidak tahu kapan aku bisa memandangnya sedekat ini lagi."
Xiao Song yang diam-diam memberikan bakpao, Xiao Song yang diam-diam memperhatikan dan memandang belahan hatinya, dan Xiao Song yang tidak pernah tahu isi hati Feifei.
"Aku tidak mau dekat-dekat dengan Xiao Song karena aku tidak mau dia berpikir aku menyukainya Lynn. Walah aku tidak tahu apakah dia menyukaiku seperti yang kau pikir. Kami hanya teman."
Lynn tak menyahut beberapa detik. Otaknya terus berputar kilasan perjuangan pemuda malang itu. Perjuangan menahan sakit karena gebukan Feifei, menahan lapar, kadang menahan perasaan meledak dalam hatinya.
"Feifei, apa kau tahu kalau Xiao Song punya penyakit maag akut?"
"Tahu. Penyakit dari kecilnya." Feifei menjawab cepat dan entah kenapa itu membuat Lynn merasa lega sedikit.
"Mungkin kau bisa berbagi bakcang dengannya. Setiap pagi, Xiao Song selalu beli bakpao. Sejujurnya, aku bosan sekali jajan itu setiap pagi dengannya."
"Tidak usah khawatir. Dia bukan orang yang peduli untuk menikmati makanan. Dia adalah orang yang prinsipnya yang penting dia kenyang."
Tapi rasanya, Xiao Song dan Feifei seharusnya sangat cocok. Apalagi mereka sudah kenal dari SMP. Hal itu lebih mudah untuk menjangkau hubungan seperti keduanya. Walau terkadang, ketika kau ingin melihat seseorang bahagia, kau tidak bisa memaksakan apapun karena mereka sudah memiliki garis takdirnya masing-masing.
Mungkin Feifei hanya tidak tahu. Feifei belum melihat semuanya. Dan itu yang membuat dia tidak pernah sadar kalau seseorang sangat melindunginya tanpa ia tahu.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top