Kuntum 35 - 第三十五章
Di apartemen yang luas dan hampir sebagian dindingnya yang menghadap kota dilapisi kaca besar, Lynn bisa melihat separuh bayangannya dari balik kaca jendela itu. Bertabur dengan refleksi dari kenyataan hiruk pikuk kota Beijing di bawah sana. Rangkaian mahkota gedung saling membalap menyentuh langit, seakan-akan menunjukkan kian tinggi bangunannya, kian menjulang juga ambisi para pencetus bisnis itu. Dalam keramaian kota yang asing, sekali lagi, Lynn masih harus bertahan dalam beberapa bulan lagi. Rasa rindu yang pelan-pelan menguak, membuatnya melihat keramaian kota di bawah sana, seperti melihat Jakarta dalam pandangan masa lalu.
Hal yang sama dalam waktu yang berbeda, seseorang hanya bisa mendapatkan rindu. Dan kesempatan itu hanya bisa ia dapatkan ketika membalik lembaran kenangan.
Ternyata di dalam apartemen itu ada banyak orang. Tidak banyak. Sekitar empat sampai lima. Ada satu manager Brandon Jun, satu asisten dan dua pengawal. Ketika memasuki ruangan, Ban Xiao Song yang nampaknya sudah tidak asing dengan mereka menyapa akrab keempatnya. Begitu pula, Feifei yang mendapat sindiran manis tentang hubungannya dengan Xiao Song. Dari yang Lynn tangkap, sepertinya ini bukan kali pertama Xiao Song mengajak Feifei makan bersama Lei Han. Karena nampaknya, keempat orang itu juga seperti tahu karakter Feifei yang tertutup soal perasaan. Setelahnya, Lei Han menggiring mereka ke ruang sebelah ruang tamu, yang adalah ruang keluarga lumayan besar, menyatu dengan dapur sempit minimalis. Perabotan di apartemen Lei Han tertata rapi dan bersih. Sofa yang terawat dan lantainya yang dilapisi karpet wol hitam bulu, dan ada beberapa rak pajangan menempel di dinding.
Ban Xiao Song yang nampaknya sudah biasa ke apartemen sahabatnya itu asal mendepak di atas karpet lalu menyalakan TV tanpa meminta izin. Sementara Lei Han memanggil salah satu asistennya untuk menyiapkan sabu-sabu (sejenis makanan rebusan yang isinya bakso, berbagai seafood, dan daging tambahan. Kuah rebusan dibagi jadi rebusan biasa dan tomyam. Biasanya di masak di atas kompor) juga menyiapkan meja kecil untuk keempatnya meriung tengah ruang keluarga.
Karena belum terbiasa, jadi Lynn masih menikmati pemandangan di sekelilingnya, seakan-akan mendalami setiap posisi dan cara Lei Han meletakkan sesuatu. Seperti sandal rumah yang agak diletakkan asal di sebelah karpet--yang sepertinya jarang dipakai karena Lei Han lebih nyaman dengan tanpa alas--dan beberapa tumpuk buku berserakan di atas meja bundar dekat pintu kamarnya. Ada segelas air putih yang sudah ditenggak setengah, tapi belum dicuci. Juga ada jaket hitam menggantung di lengan kursi dekat jendela.
Semua itu sangat normal. Berantakan, namun di sisi lain tertata. Jika di sadari, lama kelamaan, kenapa Lynn semakin tertarik mengetahui seluruh isi apartemen pemuda itu?
Kembali sadar pada apa yang seharusnya ia pikirkan, Lynn bergabung dengan Feifei yang duduk bersila di atas sofa sambil menuliskan beberapa data untuk tugas pembuatan film. Sejak proses menuju film, Feifei nampaknya sangat bersemangat.
Suara-suara TV mulai menguar, mengisi ruang keluarga diikuti sahut menyahut gertakan panci dan piring dari dapur. Sementara Lei Han mengganti pakaian di kamarnya, Xiao Song melepas hoodienya, membiarkan kaus putih bertuliskan hangeul korea terekspos begitu saja.
"Feifei, kau nampak paling bersemangat dalam tugas ini." Lynn tersenyum, memandangi fokus Feifei yang beralih.
"Hmm."
"Tugas seperti itu adalah kesukaannya, Lynn." Xiao Song menyeletuk.
Wajah Feifei terangkat cepat, menatap pemuda itu galak. "Diam kau." Lynn tertawa pelan, sementara Xiao Song mengerucutkan bibir kembali sibuk pada fokus acara TVnya.
Diam-diam, Lynn menipiskan jarak dengan Feifei, sedikit merendahkan suaranya sebelum mengecek kesibukan di dapur dan tanda-tanda Lei Han yang sepertinya belum mau keluar kamar.
"Feifei, kau sering kemari?"
Feifei mendelik kecil ke arahnya. Seakan tak ingin menceritakan yang sebenarnya, gadis itu menghela napas berat. "Dulu. Hampir beberapa minggu sekali aku ke sini. Mengerjakan tugas bersama dan waktu itu aku lumayan mendapat ilmu dan pengalaman gratis dari Lei Han. Yah, dia sangat baik." Feifei memberi penjelasan yang membuat kening Lynn mengerut samar.
Kalau Feifei sedekat itu dengan Lei Han, kenapa ia selalu mewaspadai hubungannya dengan pemuda itu? Apa yang salah? Seharusnya Feifei sudah tahu kehidupan seperti apa yang diterima Lynn, bukan? Kenapa perlu takut kalau kehidupan yang diterimanya tidak sebaik yang ia kira?
"Lalu kenapa kau selalu menyuruhku menjauhi Lei Han dengan beralasan kalau stalker merekalah yang bisa membuatku terancam?"
Feifei melepas fokusnya dari buku ditangannya. "Karena kau orang baru, makanya aku harus menakut-nakutimu lebih dulu. Berteman dengan artis itu memang berat kok, aku tidak mau kau ikut terbebani. Apalagi kau hanya mahasiswa pertukaran. Kau tidak mau pulang ke Indonesia membawa berita buruk, kan?"
Tepat setelah berkata begitu, Lei Han keluar dari kamarnya sambil berbicara di telepon. Senyumnya merekah setengah. Kaos oblong dan celana training panjang sekarang melekat di tubuh pemuda itu. Ia memandang Xiao Song dari tempatnya duduk, lalu menaikan alis dan menunjuk teleponnya sendiri.
"Benar. Kemari saja, sekalian makan siang. Aku dan teman-temanku kebetulan sedang belajar bersama juga. Kalian mau ke studio?"
Seseorang berbicara ditelepon lagi, setelah itu Xiao Song mengacungkan jempolnya meladeni kode Lei Han. Pemuda itu berputar ke arah ruang tamu, sambil tetap berbicara di telepon hingga suaranya menghilang ditelan redaman pemisah dinding.
Lynn memajukan tubuhnya, menatap Feifei ragu. "Kedua teman Lei Han mau ke sini?"
Feifei berbicara tak lepas dari fokusnya lagi. "Wang Xian dan Han Zitong. Kau tidak tahu? Member anggota groupnya."
Ah, Lynn baru ingat sekarang.
Jun Lei Han adalah seorang idol pop yang lahir dari boyband ternama sewaktu ia masih cilik. Istilahnya, Lei Han adalah artis cilik paling terkenal di jamannya. Bahkan hubungan group itu masih terjalin sampai sekarang. Tak heran kalau para stalkers itu masih mengahantui kehidupan mereka sampai sekarang. Karena hawa ketenaran mereka masih mengikuti dari tahun ke tahun.
"Kau sudah kenal mereka?" tanya Lynn.
"Beberapa kali aku sempat bertemu." Feifei menjawab pendek. Xiao Song yang mendengar itu, segera beranjak dan ikut pada obrolan.
"Lynn, jangan khawatir. Mereka sangat ramah, seperti Lei Han saja."
Lynn tersenyum kecil, meladeni ucapan Xiao Song yang tak berpengaruh sama sekali terhadap dirinya. Karena sebenarnya, yang ia ragukan bukan hubungan sosialita kerabat Lei Han. Tapi yang ia ragukan kali ini adalah dirinya yang kian dekat dengan seluruh hal tentang Brandon Jun.
Dan ia takut, ketika ia pergi, ia tak mampu melepaskan semua itu.
***
Kalau berkenan, silakan tinggalkan votes dan komentar ya. Terima kasih sudah menunggu bab ini :) ditunggu part selanjutnya besok ya^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top