Kuntum 34 - 第三十四章


Di dalam mobil Ban Xiao Song yang meluncur di tengah jalan Xitun, perdebatan resmi di mulai.

"Xiao Song! Kau tidak tahu diri, ya. Bawa-bawa Lei Han sebagai alasan untuk membahas naskah dengan Lynn, benar-benar keterlaluan." Di bangku belakang, duduk Lynn dan Feifei yang terus menggerutu.

Xiao Song yang sedang menyetir malah tersenyum lebar, sedikit mengibaskan poni tebal ala koreanya, mengabaikan gadis yang sedari tadi mengerutkan alisnya.

"Feifei, sudah lama sekali kita tidak makan siang bersama. Ayolah, seharusnya kau tahu ini semacam perayaan pembukaan tugas besar kita nanti. Sementara aku menjadi pemeran pembantu dalam film Zi Wei, aku juga harus membantu Lei Han dan Lynn beradaptasi."

"Lalu apa hubungannya denganku?" sentak Feifei galak. Kursi Xiao Song sesekali ditendangi Feifei dari belakang.

"Kau kan calon istriku--"

Feifei menyentakkan tubuh ke depan, lalu mencekik leher Xiao Song yang terpekik heboh bukan karena takut mati, tapi takut geli. Dari sebelahnya, Lei Han tertawa sambil menjaga arah kemudi Xiao Song yang agak oleng. Untung saja jalan menuju apartemen Lei Han yang dilalui jalan sepi dan kluster mewah jauh dari keramaian, kalau tidak mungkin mobil Xiao Song sudah dihantam klakson nyaring dari kawanan mobil lainnya.

"Rasakan itu! Rasakan! Sepertinya aku harus merekatkan bibirmu kalau sekali lagi bicara begitu," seru Feifei seraya menaikan tungkai kacamatanya yang agak geser karena tertabrak bantalan kursi Xiao Song. Gadis itu bergerak mundur, puas melihat Xiao Song kegelian tak main.

Pemuda itu berdeham sekali. Sambil membenarkan posisi kerah kemejanya, Xiao Song menceletuk lagi. "Kalau dibungkam dengan ciumanmu, aku rela."

Kali ini mobil mengerem mendadak karena tangan Feifei menjenggut rambut Xiao Song dari belakang dengan ganas. Lynn dan Lei Han terpingkal pelan, karena bertepatan dengan itu mereka tiba di depan gedung apartemen yang tak jauh dari kampus. Sementara Feifei dengan napsu menjenggut pucuk kepala Xiao Song sampai pemuda itu mengerang ampun, mobil sudah rapi terparkir di kawasan parkir yang sepi.

"Feifei, aku heran kenapa kau menolak, Xiao Song. Xiao Song.. tidak buruk, kok." Kali ini Lynn melempar pernyataan yang kian mendidihkan darah Feifei.

"Lynn! Jangan ikut campur!" pekik Feifei seperti marah betulan.

"Sudah teman-teman, ayo kita turun," sahut Lei Han seraya menghabiskan tawanya akibat menontoni temannya disiksa oleh wanita kesukaannya.

"Ya Tuhan. Iya. Ampun. Aku tidak akan mengatakan hal itu lagi. Astaga. Lynn, tolong aku." Rambut Xiao Song amburadul, Lynn berhasil menarik redam amarah Feifei sambil menahan tawanya. Gadis kacamata itu menyipitkan mata lalu berkata penuh dalam. "Kurebus kau di air mendidih, tahu rasa!"

Feifei beranjak keluar, sedikit membanting pintu mobil, lalu berdiri di samping mobil menunggu Lei Han yang juga keluar sambil tertawa terbahak.

Tak kuasa menahan tawanya, Lynn mencondongkan tubuh melewati kursi depan dan memandang Xiao Song yang malang, berkata, "Xiao Song, perjuangan cintamu berat sekali ya. Selain menahan patah hati, kau harus menahan patah tulang." Lynn tergelak, bersamaan dengan Xiao Song yang tertawa meringis.

"Takdirku, Lynn." Mesin mobil di matikan, kemudian keduanya turun dari mobil.

Lei Han yang berdiri tak jauh dari Feifei menunggu Xiao Song dan Lynn di trotoar pendek menuju gedung apartemen. Dengan masker dan topi yang menutup hampir sebagian wajah Lei Han, pemuda itu menengglengkan kepalanya seraya memberi kode untuk segera masuk.

"Xiao Song, kenapa Lei Han tidak naik mobil jemputannya?" Sambil berjalan menuju gedung apartemen, cahaya matahari sore menyinari setengah jalan trotoar dengan bayangan pohon-pohon rindang tertepa angin.

Xiao Song menyampirkan ranselnya ke pundak, dan berjalan beriringan dengan Lynn. "Sengaja. Supaya tidak dikejar stalkers dan menjauhkan kita dari para manusia ganas itu."

Lynn mengangguk patuh. Sementara melewati pintu kaca besar yang tembus pandang ke lobi mewah dan megah apartemen itu dan tak lupa dicek oleh petugas keamanan dengan teliti, Lei Han dan Feifei sudah menekan pintu lift lebih dulu. Topi dan masker Lei Han dicopot. 

"Eh, Wang Xian dan Han Zi Tong hari ini mau mampir." Lei Han berkata entah pada siapa. Sama-sama menunggu lift di depan, kepala Xiao Song menoleh penuh semangat. "Benarkah!? Wah, keberuntunganku berlipat ganda hari ini! Setelah berhasil mengajak Feifei," Xiao Song mendapat tatapan kilat dari gadis itu, "Wang Xian dan Han Zi Tong datang juga. Hah, seandainya bisa bermain sampai malam."

Lift mereka datang. Keempatnya memasuki lift yang kosong lalu Lei Han menekan tombol 12.

Diam-diam memperhatikan, Lynn yang berdiri di pojok ruangan terus menduga-duga seperti apa isi apartemen Lei Han. Antara kagum dan tak percaya ia bisa sedang menuju kesana, bahkan kemegahan lobi tadi saja agak membuatnya terenyuh pada kekayaan di depan mata.

Kehidupan artis yang penuh glamor, dan inilah yang terlihat. Baru apartemennya, bagaimana rumah Lei Han? Pasti lebih mewah lagi. Tak terbayangkan pokoknya.

"Lynn, tadi Zi Wei yang menyerahkan skenario itu sendiri kepadamu?" tanya Lei Han tiba-tiba dari depan pintu.

Baru saja Lynn ingin menjawab, Feifei lebih dulu menyeletuk. "Melemparkan lebih tepatnya."

Lynn melihat Lei Han yang melirik Feifei, kemudian ia tersenyum maklum. "Maafkan dia, Fei."

Tak mendapat kesempatan menjawab, Feifei makin terus menyatakan ketidaksetujuannya dalam ikut serta Lynn pada film garapan Zi Wei.

"Kenapa sih kau selalu meminta maaf atas kelakuan dia? Heran aku. Dia yang buruk, kenapa kau yang meminta maaf."

"Dia..."

Tanpa sadar, degup jantung Lynn berdebar tak keruan saat Lei Han memelankan dan memberi jeda tanpa arti dalam kalimatnya itu.

"Dia,... Yah. Sulit dijelaskan. Bagaimana pun juga, aku tahu dia kenapa seperti itu pada Lynn."

Mata Lynn mengerjap dalam sedetik.

Feifei bersedekap, terus berbicara, mewakili seluruh pertanyaan batin yang dimilikinya.

"Kenapa? Dia kenapa seperti itu pada Lynn?"

Lynn menemukan dirinya ditatap sekilas oleh Lei Han. Pemuda itu tersenyum kecil, lalu pintu berdenting terbuka. Dan pertanyaan itu tidak pernah terjawab sampai Lei Han mengarahkan mereka ke apartemennya.

Hal yang paling Lynn benci pada dirinya sendiri adalah, ia masih saja tak bisa menyembunyikan ketakutan pada jawaban akan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya.

Dan sebaiknya, ia memilih tutup telinga, dan tidak mengetahui jawaban yang sebenarnya.

***

Ada tokoh spesial di sini. Wang Xian dan Han Zi Tong. Atau Eric Wang dan Jackson Han. Kalau nama China berubah ke Inggris, mereka akan pake nama Inggris di depan diikuti marga Chinanya di depan. Kayak Eric berarti pakai marga Wang. Setiap marga itu diletakkan di awal nama.

Besok ku update lagi ya. Makasih sudah menunggu^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top