Kuntum 32 - 第三十二章
Pra produksi film biasanya lebih banyak menghabiskan waktu. Sebagai sutradara sekaligus director seluruh pembuatan film, Lynn mengumumkan kalau proses pengemasan dan peneluran skenario dibatasi hanya 12 hari. Karena waktu yang tersedia hanya 2 bulan untuk sampai pasca produksi, maka Lynn ingin pengambilan gambar dilakukan lebih cepat untuk mengatasi bentrok tugas dan ujian memasuki musim panas nanti.
Setelah merekrut beberapa teman sekelas yang bersedia sekelompok dalam tim kru, Lynn membagi tugas sesuai kemampuan masing-masing. Ada acara rapat kecil setelah pulang kampus di perpustakaan. Di meja panjang yang berada di tengah julangan lemari, mereka berkerubung. Duduk berhadapan dengan Lynn yang duduk di kepala meja, sibuk mengentak-ngentakkan pulpen memikirkan kebutuhan sementara untuk proses persiapan produksi nanti.
Ada delapan orang tim kru Lynn, termasuk Lynn, Feifei dan Luo Yi sendiri. Karena yang tahu latar dan tumbuhnya imajinasi cerita dari otak Lynn, maka mereka dengan rendah hati mempercayakan pada gadis itu. Selain itu, kenapa harus repot-repot? Lynn bagaikan ahli sutradara yang sedang mampir ke kampus mereka. Jadi, justru mereka bekerja sama dengan Lynn merasa sangat terbantu dengan kekreatifan gadis itu.
Dan sorot mata penuh fokus itu yang membuat Luo Yi tak beralih sejak dua menit hening di antara mereka. Lynn sibuk mencatat kebutuhan produksi, sementara Feifei memberitahu ke bagian set lokasi mengenai tempat-tempat yang akan mereka ambil. Suara kebetan kertas lembar jadwal produksi film mereka sesekali beradu di hening, tapi tak mengalihkan perhatian sedetikpun dari Lynn.
"Ini, bahan dan kebutuhan sementara yang aku butuhkan. Mungkin ada penambahan jika skenario kami sudah benar-benar jadi. Tapi, itu sudah sebagian besar. Kalian bisa mempersiapkannya terlebih dulu." Lynn menyerahkan kertas ke arah dua pemuda yang duduk di samping Luo Yi. Mereka adalah kru bagian properti. Kedua pemuda yang wajahnya sulit dibedakan karena mata mereka sama-sama kecil dan sipit, mengangguk, kemudian meresapi kebutuhan yang Lynn tulis di sana.
Sebelum kembali membahas cast, Lynn mengangkat wajah, menatap semua temannya di meja sembari tersenyum kecil. "Terima kasih atas bantuan kalian semua. Sebelumnya, mungkin kalau ada yang ingin mengajukan pendapat, silakan bilang saja, aku akan mendengarkan. Tapi, aku minta maaf jika suatu ketika aku mengalami kesulitan karena, ini adalah pertama kalinya aku mendirect film, sekaligus memainkan film yang bukan filmku sendiri. Alias bekerja di dua tempat sekaligus."
Semua orang menatap Lynn geming. Antara tatapan penuh rasa mengerti, atau terkejut. Luo Yi tak bisa mendeskripsikan mereka semua. Tapi yang Luo Yi tahu, semua orang pasti lebih berpihak pada Lynn. Bagaimanapun, semua teman sekelasnya tahu kebiasaan Yan Zi Wei. Dan gadis itu terlalu terbuka untuk membenci seseorang.
"Lynn, kau tidak perlu menerima tantangan Zi Wei sebenarnya, dia bisa saja sedang mempermainkanmu," sahut Melody Tai, salah satu gadis bertubuh pendek yang satu-satunya berambut pirang, duduk di ujung meja. Melody Tai adalah makeover artis. Dia pemilik akun youtube yang semua kontennya merupakan fashion style look. Seluruh pakaian yang ada di tubuhnya pun terkesan sangat fashionable. Apalagi perpaduan wajah asia khasnya, makin terlihat seperti artis.
Beberapa teman yang lain ikut mengangguk, menyetujui gagasan itu. Tapi Feifei dari mejanya mendengus keras. "Kalian harus tahu kalau Zi Wei sudah terlalu jauh menolak keberadaan Lynn. Ayolah, siapa pula yang tidak tahu soal itu? Katakan, Zi Wei itu sangat iri pada Lynn, kan?"
Sedetik, suasana serius yang mengelilingi mereka seketika berubah.
Melody Tai kembali menyahut datar. "Aku muak padanya, sebetulnya. Mentang-mentang dia anak bos dari perusahaan produksi acara TV, dia jadi angkuh begitu. Maka itu aku tidak mau Lynn jadi alat permainan Zi Wei lagi."
"Tapi aku setuju dengan keberanian Lynn, dengan begitu seharusnya Zi Wei jadi tidak meremehkan Lynn lagi." Kali ini Li Bei, pemuda berkacamata bulat, menyahut. Dia adalah penata lighting yang berkamuflase jadi asisten properti. Li Bei biasa di panggil Penguasa Matahari dari Barat, karena keterampilannya menata lighting. Dan juga, kepalanya yang botak, menyinari hal-hal yang sebetulnya tak perlu di sorot.
Di sisi meja yang lain, A Shi, gadis berambut keriting gantung yang wajahnya agak keturunan barat menyeletuk. "Aku juga setuju. Setidaknya, kalau dia macam-macam dengan Lynn lagi seperti waktu itu, aku tak segan-segan mengacungkan tonjokkanku ini ke wajahnya yang menyebalkan."
Luo Yi melirik Lynn yang terdiam dengan senyum meringisnya. "Teman-teman, kita harus fokus. Aku juga ingin mengalahkan Zi Wei. Tapi satu-satunya cara yang paling sah adalah lewat film ini. Kita harus bersama-sama membangun chemistry untuk dua bulan ke depan. Kita harus saling toleransi dan menghargai pendapat. Karena semua orang punya hak. Dan di bagianku dan caraku menyatukan film imajinasi ini sesungguhnya adalah lewat ketulusan kalian semua."
Hati Luo Yi terasa mencelus. Kenapa Lynn selalu bisa memimpin dan mengarahkan semua orang pada kesederhanaan yang mendewasakan? Cara Lynn berbicara, suaranya yang lemah lembut agak tegas tapi tak terkesan gila hormat itu sangat membuat semua orang yakin dan setuju. Omongan-omongan dan cara Lynn menyatukan pendapat adalah salah satu karisma dari gadis pemalu yang selama ini Luo Yi kenal.
Tanpa sengaja, ketika ia melihat ke tumpukan buku dan kertas yang tersebar di depan Lynn, ia melihat ada satu buah memo yang hanya ujung bukunya saja terlihat. Luo Yi menyipitkan matanya sejenak, merasa asing dengan benda itu. Karena penasaran, dan kebetulan Lynn sedang sibuk meladeni ucapan-ucapan temannya, ia melangkahkan jemarinya pelan-pelan hingga mencapai buku itu. Ketika berhasil menyentuh tanpa menimbulkan perhatian, barulah ia menarik benda itu keluar dari tumpukan kertas dan muncullah sebuah memo bersampul putih dengan inisial BJ di sudut buku.
BJ?
Huruf BJ yang dicoret sedemikian khas rupa adalah gambaran yang tak bisa dikulik lagi celahnya. Dada Luo Yi berdentum cepat, sedetik, ia merasa jemarinya lemas dan seluruh tubuhnya mengawang pergi dalam bayang-bayang sendu. Bayang-bayang yang tak pernah ia inginkan seketika merusak seluruh emosinya. Memo itu, dan inisial yang sangat khas itu.
Apakah Luo Yi bisa saja pura-pura tidak tahu kalau Lynn ternyata lebih memilih memo dari Brandon Jun ketimbang darinya?
Apakah ia bisa meniti harapan sekali lagi kalau memo itu bukan ungkapan pilihan melainkan hanya semata-mata karena Lynn lebih suka warna putih ketimbang merah muda?
Kalau sebegitu mudahnya, kenapa hatinya kian terasa perih?
***
Kekhawatiran Lynn dalam membagi waktu untuk proses produksi film dan merangkap jadi pemeran dalam film yang bukan garapannya mulai mengambang-ambang di permukaan. Mau tak mau, proses syuting lah yang dikorbankan untuk cepat-cepat pengerjaannya. Membatasi lima hari dalam jadwal yang ketat, seharusnya lancar. Selain itu, pemeran yang diambil seharusnya orang yang bisa dengan mudah merangkap dalam satu kerjaan.
Padahal, keinginan terbesar Lynn dalam filmnya ini adalah Brandon Jun masuk dalam kameranya.
Sejak awal melihat visual pemuda itu, adalah kali pertama Lynn terbingung-bingung kenapa ada sosok visual yang sebegitu cerah dan sempurnanya untuk masuk kamera. Tak heran jika Brandon Jun sering jadi brand ambassador sana-sini, main film sana-sini, karena semua orang akan tertarik pada visual tanpa celahnya. Tapi, sepertinya harapan itu harus pupus terlebih dahulu karena Brandon Jun tidak akan boleh memainkan peran Pangeran di film garapannya sendiri jika ia tidak ingin berdebat dengan Zi Wei.
Namun, harapan tidak pernah sesuai keinginan.
Feifei telah memutuskan kalau pemeran Pangeran akan jatuh kepada Luo Yi, dan pemeran wanita akan jatuh kepada Shasha. Gadis belia yang wajahnya lembut, berambut panjang yang dalam pikiran Feifei nanti bisa diikat ala-ala permaisuri Kaisar, dan sangat cocok untuk memerankan Dewi Bunga karena wajah Shasha sangat oriental. Lynn tidak pernah sempat menyuarakan pendapatnya tentang sosok imajinasi karakter tokoh tersebut, karena sudah pasti sosok itu tidak bisa ia dapatkan. Jadi sampai detik rapat hari ini mau selesai pun, semua ia serahkan pada Feifei. Berhubung Shasha teman Melody Tai, maka Shasha akan dihubungi oleh gadis itu.
Sudah hampir sore, rapat segera ditutup. Area perpustakaan sudah tidak banyak orang. Hanya beberapa mahasiswa yang mengisi meja di beberapa bagian ruangan, mengerjakan tugas. Lynn tidak menyadari segerombolan gadis fashion stylish yang memasuki ruangan dan berjalan ke arahnya.
Dari depan gerombolan gadis itu, tampak batang hidung Zi Wei yang tiba-tiba menyelundup masuk ke dalam rapat.
"Lynn," panggil Zi Wei dari sebrang meja. Para gadis itu berdiri agak menyempit di sebelah lemari-lemari buku. Dengan menjijing tas tangannya, sebelah tangan Zi Wei menggenggam sebuah kertas A4 agak tebal, mengacungkannya pada Lynn seakan ingin memberitahu sesuatu. Seluruh mahasiswa yang ada di meja itu seketika menoleh, balas menatap Zi Wei agak sinis.
"Skrip skenariomu." Dari ujung meja, Feifei menoleh terkejut ke arah Lynn. Begitu juga Lynn sendiri. Ia lebih kaget daripada dirinya sendiri hingga merasa kaku ditempatnya.
"Skrip? Kau.. sudah menyelesaikan skripmu?"
Yan Zi Wei sedikit memiringkan kepalanya agak acuh. "Menurutmu? Aku sudah menyiapkan ini dari sebulan yang lalu." Zi Wei melenggokkan kakinya, berdiri agak menyamping.
Dari kursi Melody Tai, gadis itu menyipitkan mata, merasa curiga. Tapi tidak berkata apa-apa, membiarkan gadis angkuh itu berjalan mendekati Lynn di kursinya kemudian menjatuhkan skrip skenario tebal miliknya ke atas meja.
"Punyamu sudah kutandai. Baca dan pelajari. Nanti malam akan kukabari kapan proses syutingnya di mulai. Oke?" Tak menunggu jawaban, nampaknya Zi Wei hendak beranjak lagi. Tapi suara Luo Yi menahan langkah gadis itu.
"Kau bagaimana bisa bergerak lebih awal? Ini namanya tidak adil." Luo Yi menatap Zi Wei yang balas bergeming, seraya tersenyum miring.
"Apanya yang tidak adil? Zhao laoshi tidak pernah mengatakan apapun soal peraturan 'kau boleh mulai lebih dulu'. Aiyah, Luo Yi, jangan kuno. Kau tentu tahu kalau semua sutradara di dunia ini punya berbagai draft yang tak terbendung. Kau kan asisten dosen, masa tidak tahu hal ini?" Zi Wei terdiam sejenak, baru mengubah nada suaranya seperti mengasihani Luo Yi. "Oh, aku baru ingat. Kau tentu tidak punya draft skenario karena kau kan sibuk asistensi dosen. Malang."
Feifei melemparkan tatapan kilat ke arah Zi Wei. Gadis angkuh itu tertawa miring, kemudian melambai sekali ke arah Lynn dan ke arah teman-temannya seakan memberi kode untuk segera pergi.
Giliran Lynn yang memandangi skrip itu. Antara bingung dan tertohok pada kenyataan, kalau ia sudah kalah langkah dari Zi Wei.
Dulu, sewaktu Lynn masih sekolah di SMP, bakatnya dalam menguasai pelajaran biasanya lebih cepat ditangkap dari pada kebanyakan anak pada umumnya. Lynn yang sering unggul dalam menggambar dan menulis puisi, di cap sebagai seniman muda di sekolahnya. Tapi, seorang pembuat seni juga butuh waktu untuk memikirkan apakah hal ini bagus untuk di komentari atau tidak. Walau kenyataannya Lynn tidak pernah peduli dengan komentar itu, tapi yang Lynn tidak ingin lewatkan adalah kesaksian para teman yang melihat karya itu lahir.
Waktu itu, guru Bahasa Indonesia menyuruh semua murid untuk membuat cerpen dengan mengubah sudut pandang. Dengan lincah Lynn yang mengetahui dasar-dasar kepenulisan mengubah sudut pandang cerita asli; orang ketiga menjadi sudut pandang orang pertama. Tidak semua murid memiliki ide demikian, karena kemampuan mereka yang berbeda juga dengan Lynn. Tapi, sahabat karibnya, tiba-tiba melihat cerpen Lynn dan menyetujui kalau itu ide yang bagus. Tanpa sepengetahuannya, ternyata sahabat Lynn itu menirukan cara bercerita Lynn. Dan tak terduga, pada akhirnya cerpen buatan sahabatnya itulah yang ditepuk tangani oleh semua orang karena mendapat pujian dari guru Bahasa Indonesia.
Lynn tidak pernah masalah dengan kemiripan itu, tapi ia tidak pernah menyangka kalau sahabatnya sendiri yang menyingkirkannya dengan cara seperti itu. Seperti cara yang dilakukan oleh Zi Wei sekarang ini. Diam-diam menyelundup, diam-diam melewatinya dan bahkan mengunggulinya.
Dan perasaan kalah seperti itu adalah ego yang paling tidak ia sukai. Karena rasanya, perjuangan yang belum dimulai seperti terasa sia-sia sebab Zi Wei sudah mendahuluinya lebih dulu.
Terbaring naskah itu di atas mejanya, Lynn menerawang bayangan akan kerja kerasnya untuk hari ke depan.
"Lynn, jangan pikirkan skenario itu. Kita bisa menyelesaikan skenario kita lebih cepat dan bagus." Feifei menyahut, mengangkat hening Lynn yang terasa mengalir lesu.
"Ya, Lynn. Kau kan ahlinya. Kau pasti bisa." Melody Tai ikut menyeletuk. Lynn mengangkat wajah, memandang semua teman satu timnya. Lalu seakan-akan memberi detik pada dirinya sendiri, semua tatapan itu seperti menguatkannya pada keminderan. Tanpa sadar, dada Lynn yang tadinya menciut, kini terasa terpompa semangat. Mungkin dulu ia tidak pernah mendapat dukungan sebesar ini. Tapi dunia masih berputar, dan ia tahu bagaimana rasanya ada seseorang yang mengulurkan tangan untuk membantumu bangkit.
"Lynn, tenanglah. Kau pasti bisa." Luo Yi berkata dengan suara rendah. Yang entah bagaimana, melengkapi satu sudut kehangatan dalam hati Lynn untuk terus berjuang.
Dan pada semua tatapan itu, Lynn tahu, kalau perjuangannya akan segera di mulai.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top