Kuntum 25 - 第二十五章
Lynn sangat beruntung ketika tiba di bangunan Yihe Quan, pintu masuk untuk umum sudah di tutup. Sekarang sudah pukul setengah lima lewat. Cahaya mentari menghuyung ke sisi Barat, meninggalkan secercah persona dari bayangan riak danau. Setelah Lynn telaah, ternyata Yihe Quan, yang adalah taman dengan dikelilingi bangunan tua terbuka dan paviliun beratap gelombang model China Selatan dikelilingi oleh satu danau berwarna hijau, yang tepiannya berpasir putih bernama Danau Kunming.
Sempat jalan-jalan sebentar di area yang sudah di tutup untuk umum, ia baru tahu kalau Istana Musim Panas ini sangat besar dan luas. Dikuasai perbukitan dan rindangnya pohon Wilow, pohon yang daunnya berjuntai-juntai mengelilingi istana. Lynn dan Brandon sempat berjalan di long coridor terbuka yang disetiap sisi dan pojok plafond atapnya berlekuk dan berornamen khas model tahun 1000M. Dengan perpaduan warna merah, biru tua dan kuning emas, sekitaran dunia masa lalu seketika seperti hidup kembali hanya dengan berjalan di sana. Kemudian berjalan melewati 4 paviliun yang berlambangkan masing-masing musim, yang konon katanya tempat istirahat ratu waktu itu hingga tiba kembali di depan danau Kunming.
Setidaknya, sejauh ini Lynn bisa meraba-raba set yang pas untuk pengambilan scene filmnya. Di beberapa sudut taman yang dinaungi pohon berbunga, dengan latar belakang perbukitan, pas suasananya sangat cocok.
"Seluruh istana memang dikelilingi danau ini. Dan setahuku, kita bisa menyebrang ke istana lainnya di sebrang sana pakai Dragon Boat. Lihat?" Brandon menunjuk sebuah kapal kecil yang memiliki atap seperti paviliun mengapung di atas air, menepi di sebuah dermaga. Lynn mengangguk, kemudian menoleh ke arah pemuda yang berdiri di sampingnya itu. Keduanya sedang bersandar siku di pagar jembatan kayu yang menghadap perairan danau. Di depannya ada berbagai menara kuil dari kejauhan, disertai samar-samar lekuk perbukitan. Semburat jingga mencoret cakrawala dengan nuansa hangat.
"Kau sepertinya tahu banyak sekali tempat di sini." Lynn mengangkat senyum tipis, seolah meminta Brandon untuk menjelaskan beberapa tempat unik lagi. Sembari menatap langit, pemuda itu tersenyum sampai matanya menyipit.
"Dulu, waktu aku masih kecil, aku dan keluargaku untuk pertama kali mengajakku ke tempat ini. Waktu itu tepat dua hari setelah musim semi. Banyak sekali cherry blossom yang tumbuh dari pohon-pohon itu," Brandon menunjuk beberapa pohon rindang yang berdiri di tepian danau, "sampai kelopaknya jatuh-jatuh dan bertebaran ke atas air. Kau tahu, waktu itu aku umur lima tahun. Dan pemandangan masa kecil seperti itu tanpa sadar kau ingat sebagai pemandangan yang indah sekaligus dirindukan. Pernahkah kau merasa demikian? Seperti hal itu sangat ingin kau ulang lagi di hari ini? Dan aku rasanya ingin sekali melihat bunga-bunga itu mengapung di air, dan meninggalkan kesan yang amat... dirindukan."
Baru kali ini Lynn mendengar ucapan Brandon sepanjang itu. Ia tidak tahu kalau pemuda itu diam-diam memiliki rasa rindu pada waktu kecilnya. Seorang artis besar seperti Brandon Jun bahkan sangat normal, lalu apa yang harus ditakutkan dan apa yang harus dijauhkan?
"Kau punya kenangan kecil yang manis. Aku juga sering merasa begitu." Lynn membuang wajah, menatap bawah jembatan yang adalah sungai kecil menuju Danau Kunming, menatap samar-samar bayangannya hingga nostalgia melambung tinggi menguasai cakrawala.
"Bahkan walau hanya jalan-jalan di tepi gunung di Indonesia bersama keluargaku, makan mi instan dengan telur di antara suasana dingin seperti itu membuatku ingin sekali melakukannya lagi."
Lynn jadi ingat waktu umur 10 tahun, ketika ayah dan ibunya sangat menyukai gunung dan adalah pendaki gunung semasa mudanya, saat itulah orangtuanya menyentuhkan Lynn dengan pesona alam Indonesia yang sesungguhnya. Di puncak gunung Gede, Lynn yang waktu itu hanya tahu kedinginan dan dipakaikan jaket wol tebal, sembari memakan mi rebus di warung kecil di bawah gunung, merasa suasana hangat saat itu sangat ingin ia ulang lagi. Rasanya, seperti itu saja ia sangat senang. Bahkan ia tidak tahu kalau kesederhanaan seperti itu justru yang terkenang lekat dalam batinnya.
"Banyak orang di dunia ini yang memiliki kehidupan lebih baik dari masa kecilnya. Tapi aku, sangat merindukan semua kepolosan itu. Saat-saat aku belum tahu apa itu marah, stres, jadwal padat, salah bicara karena bocah kecil yang teriak sekalipun hanya akan di cubit ibunya ketika rese, tidak seperti sekarang. Lidah lebih tajam daripada pisau belati. Dan itu membuatku terlatih hingga seperti ini." Brandon menunduk, setengah menerawang menatap riak air. Lynn seketika menoleh ke arahnya, terdiam beberapa saat ketika manik cokelat itu masih menikmati euforia masa kecilnya.
Menjadi artis papan atas sepertinya pasti ada banyak hal yang dilewati. Walau baru berumur 19 tahun, Lynn tahu kalau Brandon sudah menerima sekian banyak pengalaman.
Waktu itu, di kamar asramanya, Lynn sempat mencari tahu Brandon Jun lewat internet. Banyak sekali surel-surel terpercaya yang membicarakan pemuda itu. Di salah satu akun Weibo, bahkan ia memiliki akun fanbase yang setiap hari update tentang keberadaannya. Lalu di sebagian berita di web, banyak juga info-info Brandon Jun dan kesehariannya. Mungkin itu surel stalker. Kemudian Lynn sempat mendengarkan lagu-lagu Brandon yang membuat semua wanita di negri ini jatuh cinta padanya, yang juga menurut Feifei salah satu lagu Brandon itu menghanyutkan seluruh kasmaran jiwa pada setiap pendengarnya, yang juga Lynn rasakan saat mendengarkan itu.
Bahkan, ketika menatap wajah samping pemuda itu, Lynn merasa lagu itu seperti mengalun lembut dalam kepalanya.
Di antara hening yang mendalam,
Ruang terdalam rindu melesak memaksa diri
Mengeluarkan segala mimpi malam
Menjadikannya nyata dalam simphoni doa
Langit hanya saksi mata
Angin hanya daun yang berbicara
Desirnya adalah pesan tersembunyi
Dari masa lalu yang selalu kembali sebelum kau membukanya
Lewat matahari, kau akan lihat
Di sana, sepuluh tahun sebelum hari ini
Kau pernah menjadi anak kecil yang tidak tahu apa-apa
Sekarang, Lynn tahu kenapa lagu itu sangat dalam. Karena artinya adalah hidup Brandon Jun sendiri.
"Brandon, apakah sulit menjadi artis?"
Pemuda itu mengangkat wajah lalu tersenyum sekilas menatapnya. Jaket Lynn masih melekat ditubuhnya, sementara topi dengan aroma sampoo ringan milik Brandon pun tetap bertengger di atas kepala Lynn.
"Tergantung. Namanya juga pekerjaan. Selalu imbang. Tapi, ya aku hanya selalu mensyukurinya. Karena banyak bertemu orang, tidak menutupiku untuk mencari sesuatu yang masih menurutku normal." Brandon menjelaskan.
"Apa itu?" tanya Lynn sedikit memiringkan kepalanya. Pemuda itu menoleh sejenak, lalu hanya tersenyum beberapa detik dan membuka suaranya. "Cinta?"
Lynn merasa matanya membulat. Refleks, ia langsung membuang wajah dari tatapan Brandon yang seperti itu. Tatapan dengan mata lembut, dan alis mengerut ke bawah, serta senyum tipis seolah-olah ada sebuah kepingan renjana terbit dari relung jiwanya, membuat jantungnya kembali berdenyut dua kali lebih cepat seperti konstan putaran baling-baling yang lambat kemudian cepat.
"Aku masih mencari cinta. Seperti artinya ketika kau mencintai pekerjaanmu, mimpimu, orangtuamu, masa lalumu. Dan aku mencari bagaimana caranya mencintai seperti itu."
Pipi Lynn diam-diam memerah. Untung saja...
Ia tidak menyahut setelah beberapa saat meredam jantungnya yang terpompa kencang, lalu berusaha menenangkan gemetar di ujung jarinyanya.
"Ketika pertama kali aku melihatmu, kupikir kau orang yang sangat arogan." Lynn mengalihkan perhatiannya, supaya Brandon berhenti menatapnya dengan ekspresi itu.
"Oh? Kau merasa begitu?" Pemuda itu tertawa sejenak, "pantas saja kau selalu merasa canggung bersamaku."
Lynn menoleh refleks ke arah pemuda itu. Tapi Brandon juga menatapnya hingga menciptakan hening di sama-sama pancaran tatapan itu. Lynn yang terdiam oleh seribu pesona di bawah langit sore milik Brandon, dan Brandon yang terdiam oleh perasaan yang membawa hatinya untuk menuruti untuk menikmati wajah gadis di depannya itu.
Alis Brandon merenggang, sekali lagi ia tersenyum, "kenapa kau merasa canggung ketika bersamaku, Lynn?"
"Hah?" Lynn terpaku. Otaknya kosong tak menemukan satu pun jawaban. Udara disekitarnya mendadak hilang ditelan gugup. Ia sesak, tak bisa bernapas normal semakin Brandon menatapnya begitu.
Kepala Brandon miring sedikit, tetap mengharapkan jawaban, "hm?"
"Anu.. aku selalu begitu kepada semua orang baru."
"Tapi tidak dengan Luo Yi."
Jantung Lynn seketika berhenti ketika mendengar nama Luo Yi. Tiba-tiba ia menyentakkan ingatannya di beberapa jam sebelum ia tiba di sini.
Lynn, nanti kujemput di asrama putri ya?
Ya tuhan.
Ia melupakan ajakan Luo Yi! Seketika Lynn menyentakkan kepalanya, menatap Brandon dengan wajah panik, setengah menyesal.
"Lei Han.."
"Apa? Ada apa?" Brandon mengangkat sikunya, berdiri tegap dan ikut menatapnya khawatir.
"Bisa tidak, kita pulang sekarang? Aku.. ada janji dengan seseorang.." agak gagap, Lynn melirik ponselnya, dan benda itu layarnya mati, gelap tak bernyawa. Pantas saja! Baterai habis! Astaga, kenapa ia bisa begitu lupa?
"Dengan Luo Yi?" Alis pemuda itu naik sebelah, menciptakan ekspresi yang membuat Lynn makin menyesal ketika Brandon berhasil menebaknya.
Ia menunduk, kemudian hatinya yang tadi berdetak-detak keras seketika berkerut seperti tak bernyawa. Dia sangat menyesal. Benar-benar menyesal, baik pada Luo Yi atau pemuda yang menatap bingung di depannya.
"Siang tadi, Luo Yi berjanji menjemputku di asrama untuk ke pasar Weihu bersama. Tapi, karena aku ke toko buku dan.. dasar! Kenapa aku selalu begini?" Lynn merutuk dirinya, menggaruk kepalanya dengan frustasi. Tapi dengan lembut Brandon menyentuhkan tangannya ke dagu Lynn, lalu mengangkat wajahnya hingga setengah menengadah menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu.
Brandon Jun tersenyum, lalu berkata dengan suara rendah. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ayo kita pulang."
Dan pada detik terakhir sepasang mata cokelat itu benar-benar menjalar ke lubuk hatinya, Lynn baru sadar kalau seluruh jiwanya benar-benar tidak ingin pergi dari tempat ini. Ia ingin dan selalu ingin merasakan cinta selembut pancaran mata itu. Tak tahu apakah ia akan sebegitu merindukannya momen ini lagi ketika ia kembali ke sini lagi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top