Kuntum 10 - 第十章


Pasar Weihu sore itu lengang. Di temani Luo Yi yang kebetulan habis pulang dari asistensi dosennya, ia dan Luo Yi seperti biasa kembali membeli bahan untuk anak asrama yang melakukan pengiritan. Hari ini Lynn ingin masak omelet sederhana saja. Dengan beberapa tambahan daging dan sayuran supaya kelihatan lezat dan berkelas. Hari ini, Luo Yi yang bawa sepeda. Jadi Lynn yang menumpang dengan pemuda itu.

Kadang Lynn bingung kenapa kalau di dalam kampus, Lynn merasa sangat jauh dengan Luo Yi. Mungkin karena jarang dikelas dan sibuk mengisi waktu bercengkrama dengannya, jadi Lynn merasa lebih dekat dengan Luo Yi jika di luar kampus seperti sekarang ini.

"Tadi pagi, kudengar kau dan Zi Wei... adu mulut?"

Ah, tentang itu juga. Bahkan kalau diingat lagi, Luo Yi pagi tadi agak telat, masuk kelas langsung belajar dan istirahat buru-buru keluar untuk asistensi dosen. Tanpa tahu menahu atau sekedar menyapa. Di kampus, pokoknya Luo Yi sangat sibuk.

"Bukan aku, hm. Feifei yang adu mulut. Dia membela Xiao Song karena.. " Lynn tidak menyelesaikan kalimatnya, tahu ketika itu seharusnya Luo Yi paham maksudnya.

Luo Yi membantu Lynn membawa barang bawaannya, dimasukkan ke keranjang belanja go green yang ia punya.

"Zi Wei berulah lagi?" terka pemuda itu cepat. Lynn menoleh sekilas, tersenyum kuda.

"Sudah tidak aneh. Kau cerdas, jadi dia takut kau menyainginya untuk magang di New York Akademi."

"Hah?"
"Oh, maaf. Sebenarnya tugas Zhao laoshi memang berefek cukup besar, jadi yah, hampir seluruh anak kelas agak minder dan merasa kagum padamu."

Lynn terdiam, menikmati langkahnya dalam gumam-gumam sepi yang mendadak menyerangnya. Keramaian pasar rasa-rasanya hanya seperti musik gratis tanpa makna beriringan menemani langkahnya. Pikiran Lynn melayang kemana-mana. Belum soal tugas menyutradarai itu, tiba-tiba matanya menangkap seorang pedagang bunga di kios lebar sepanjang koridor sempit itu. Lynn menatapi bunga-bunga indah itu, lalu langsung teringat Peony.

Peony itu..

Wajah Brandon Jun yang samar seketika muncul, menghardik pikirannya seperti kaset rusak. Berulang-ulang terputar tanpa meninggalkan jawaban. Dalam diri Lynn, ada sesuatu yang membuncah ambigu. Sesuatu yang sebagian sisinya terasa bahagia, dan sebagiannya lagi terasa aneh dan mengambang. Walau 80 persen, dugaan Feifei memang masih mengambang, tapi ketika kau menyukai seseorang, kau sadar, kalau kau berharap orang itu adalah kebenaran yang mutlak untuk ditetapkan sebagai tersangka pemilik hati. Dan Lynn, merasa konyol hal itu terjadi dalam dirinya sendiri.

Mana mungkin Brandon Jun yang meletakkan bunga itu? Dia kan artis, pasti punya banyak sekali kegiatan dan mana mungkin memiliki waktu untuk melakukan hal konyol seperti itu? Siapa tahu pagi tadi Feifei salah lihat?

"Lynn?"

Suara itu menyentakkan Lynn pada lamunannya, lalu bangkit dan melempar senyum ke arah Luo Yi yang lebih tinggi di sebelahnya.

"Hm?"
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Luo Yi.

Mereka masih menyingkap keramaian pasar, berjalan keluar Weihu dengan ringan.

Lynn tidak tahu apakah ia ingin memberitahu Luo Yi soal bunga itu, tapi apa salahnya juga? Siapa tahu Luo Yi pernah lihat ada orang iseng yang membuka loker Lynn tanpa sadar?

"Itu.. seseorang sudah dua kali meletakkan sesuatu di lokerku," sahut Lynn agak ragu. Ia membenarkan jepitan poninya. Luo Yi menatapnya bingung.

"Sesuatu? Sesuatu apa? Eh, tunggu, bagaimana bisa seseorang itu membuka lokermu?"

Lynn mengendikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Tapi hari ini kali kedua di membuka lokerku lagi."

"Whoah," komentar Luo Yi terkejut. "Sepertinya kau harus menghubungi pihak keamanan kampus."

"Tidak perlu. Dia hanya meletakkan sesuatu. Bukan mencuri sesuatu. Barang-barangku aman. Hanya saja, dia selalu meninggalkan pertanyaan yang kian membuatku makin penasaran..." Lynn menggumam pada ujung kalimatnya.

Luo Yi menatap Lynn serius dari sampingnya. "Memangnya, sesuatu apa yang kau maksud itu?"

Lynn menoleh cepat, setengah ragu menatap pemuda itu. Tapi kemudian, beberapa detik menjeda, Lynn membuka suara.

"Sebongkah Mudan."

Mata Luo Yi melebar pelan, buru-buru ia menghilangkan degup jantung di dadanya yang tak konstan.

***

"Mudan? Bunga musim semi?"

Gadis itu mengangguk pelan. Luo Yi kembali tenggelam pada pikirannya sendiri.

"Mungkin hanya orang iseng." Luo Yi berkomentar, antara menenangkan Lynn dan memberi kesan kalau bunga itu sama sekali tidak penting.

Lynn berbalik menatapnya ragu. "Kalau iseng, kenapa dia selalu meninggalkan bunga itu seakan memberi pesan sesuatu?"

Luo Yi kembali terdiam. Mereka sudah sampai di beranda pasar. Penduduk lokal yang meriungi beberapa kios sayuran sibuk berseru dalam aksi tawar menawar mereka. Tapi bagi Luo Yi, hanya suara Lynn yang ia dengar. Dan rasa-rasa penasaran Lynn yang terbagi dengannya.

"Lynn, sudahlah jangan dipikirkan, itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah, kau harus memikirkan skenario yang Zhao laoshi berikan padamu. Seminggu lagi untuk pembahasannya, bukan?"

Tiba-tiba mata Lynn melebar seperti baru menyadari sesuatu.

"Astaga! Luo Yi! Aku lupa! Seharusnya aku bertemu dengan Leixin Laoshi di ruang rapat hari ini!" seru Lynn membuat jantung Luo Yi hampir copot.

"Astaga, kupikir apa. Jam berapa kalian bertemu?"

Lynn melihat arlojinya gelisah. "Sekitar, lima menit lagi sebenarnya. Astaga, aku benar-benar lupa!" Gadis itu tak berhenti memukul keningnya dengan gemas. Tanpa sadar, aksi itu membuahnya seulas senyum di bibir Luo Yi. Melihat tingkah gadis itu entah kenapa membuat pikiran Luo Yi selalu merasa lebih ringan. Melihat pancaran mata gadis itu seperti mengisi daya bagi Luo Yi. Mendengar suaranya seperti menikmati lagu tentang cinta yang selalu ia tunggu tiap harinya. Cerita soal kehidupan beda negaranya, soal pelajaran, atau bahkan soal bawang-bawang yang suka naik di pasar Indonesia. Bagi Luo Yi, semua itu seni. Dan ia sangat senang mendengarkan Lynn seperti itu. Bahkan, rasanya, ia tidak pernah ingin melepas Lynn pergi seperti ini. Rasanya ia ingin terus berada di pasar Weihu, memilah mana bawang yang baik dan mana lobak yang baik. Baginya, kesederhanaan itu cukup mengisi hatinya.

"Tenang saja, aku antar!"

Lynn mengangguk, lalu keduanya buru-buru membelah keramaian pasar menuju parkiran sepeda di dekat kafe seperti biasa itu.

Dengan cekatan, Luo Yi pu membocengi Lynn, membawa gadis polos itu kembali ke kampus, melintasi jalanan yang kebetulan sedang tidak padat merayap. Luo Yi berbelok ke jalan Xitun, lalu dengan cepat menggowes pedalnya dan berhenti tepat di depan gerbang Utara BFU. Lynn melihat arlojinya, kemudian tersenyum ke arah Luo Yi di antara sinar matahari sore.

"Tidak sampai lima menit bahkan. Nah, aku berhutang bakpao padamu besok. Oke! Terima kasih ya!"

Luo Yi mengangguk tersenyum, membiarkan Lynn pergi. Tapi sedetik kemudian, ia memanggil gadis itu karena baru teringat sesuatu.

"Ada apa?" tanya Lynn setengah berlari menghampirinya. Tangan sebelah gadis itu menenteng belajaannya.

Pelan-pelan, Luo Yi mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya, kemudian menyerahkannya pada Lynn.

Gadis itu terdiam beberapa saat sebelum menerima benda itu.

"Ini..?"

Luo Yi tersenyum, menatap Lynn lembut. "Untukmu supaya kau tidak selalu lupa. Aku tahu penyakit itu akut. Tapi, lebih baik kau tidak terlena dan tidak membiarkan sesuatu penting untuk diingat kemudian dilupakan bukan? Kuharap, memo ini membantu ingatanmu."

Ia menatap Lynn yang beralih memandangnya dengan senyum samar. Rambut kecokelatan Lynn yang di urai terbang terbawa angin bersama daun-daun musim semi. Hingga tanpa terasa, angin seperti sedang bernyanyi betapa indahnya kedua pemandangan itu. Membuat degup jantung Luo Yi terus menerus tak bisa beralih dari candu itu.

Lynn tersenyum, menerima benda itu dengan rendah hati. Memo A5 bergambar kucing duduk di bawah pohon musim semi yang ia beli di toko buku pagi tadi--yang menyebabkan ia terlambat masuk kelas tadi--akhirnya diterima dengan baik oleh si penerima. Dan perasaan itu, memaksa Luo Yi untuk terus-terusan berkata kalau ia tidak bisa berbohong pada hatinya sendiri.

Ia menyukai Lynn.

"Kau baik sekali, Luo Yi." Lynn memandang Luo Yi dengan senyum yang selalu membuatnya berdebar-debar itu. Senyum gadis tropis yang menghangatkan jiwa.

"Baiklah, aku masuk dulu, ya. Kau, hati-hati."

Entah untuk detik ke berapa, senyum Luo Yi makin mengembang, dan punggung yang diberikan Lynn ketika gadis itu berbalik masuk ke dalam kampus, barulah perasaan ingin memiliki yang cukup besar itu menguasai dirinya. Membuncah dan lepas, pergi seperti alunan angin musim semi.

Tetapi..

Luo Yi menatap cakrawala di atas sana.

Tetapi, sebenarnya ia takut, setelah memiliki, semua rasa indah itu berubah. Ia takut, ketika itu, Lynn tidak lagi sama seperti yang ia inginkan sekarang ini. Dan sejujurnya ia takut, Lynn, bukan menginginkannya.

Tapi orang lain.

***

Yeay, saya update hehe. Moga besok saya niat apdet lagi yak, soalnya dari kemaren lagi kecanduan push ranked di ml. Jadi, yaa gitu. Wkwkw.

Makasih buat yang selalu menunggu Peony apdet tiap harinya. Dukungan kalian is dabest😍😘

P.s pict di mulmed cr. weibo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top