Takdir 4
Mobil itu melaju ke arah pusat kota. Di kanan kiri jalan aku melihat banyak gedung-gedung tinggi, layar televisi yang super besar, serta pohon-pohon dan bunga-bunga yang tertata rapi. Aku berkhayal, pergi bersama keluarga baruku ke pusat perbelanjaan sambil menenteng beberapa belanjaan, rekreasi ke taman hiburan, atau makan di restoran-restoran mewah. Semuanya membuatku tak sabar ingin segera bertemu kedua orang tua kandungku.
Tak lama, mobil yang kutumpangi berhenti di salah satu rumah. Aku meloncat turun dari mobil itu sambil menenteng bawaan yang tadi kubawa.
Inikah rumah kedua orang tuaku?
Terlihat kecil dan sederhana, namun masih lebih bagus dari rumah yang dahulu kutinggali. Kakiku baru akan melangkah saat laki-laki di sampingku mulai berkata padaku.
“Hei, nak. Kita belum akan bertemu orang tuamu sekarang. Ini adalah rumahku. Kau bisa istirahat di sini untuk sementara.”
Aku memandanginya dengan wajah bingung. “Mengapa harus istirahat di rumah bapak dulu?” tanyaku, “mengapa kita tidak langsung menuju rumah kedua orang tuaku? Bapak tidak tahu rumahnya? Jangan-jangan...”
“Bukan begitu,” timpalnya, “aku belum menghubungi mereka. Lagipula, mereka kemarin memberitahuku bahwa sekarang mereka masih di luar kota.”
Aku mengangguk kesal. Sepertinya, aku harus menahan khayalanku untuk beberapa lama lagi. Sabar, Kaka, kita tunggu saja.
Aku mengikuti laki-laki itu masuk ke rumahnya. Aku melihat sekeliling. Tampak sepi dan sedikit berantakan. Koran, gelas, puntung rokok bertebaran dimana-mana. Dapur penuh dengan piring kotor. Sepertinya, laki-laki itu pemalas sekali.
Pria itu menuntunku ke sebuah kamar kosong berisi lemari dan dua buah kasur di atas lantai. Di sisi kanan terlihat banyak baju yang digeletakkan di atas kasur. Sepertinya sudah ada yang menempati, entah anaknya atau siapapun aku tak peduli. Akhirnya, aku meletakkan barang-barangku di sisi kiri.
“Istirahatlah dulu disini. Mulai sekarang, ini kamarmu,” ujar laki-laki itu, lalu pergi meninggalkan kamarku.
Aku merebahkan diriku di atas kasur. Tidak terlalu empuk, persis dengan kasurku dulu. Semua yang ada di kamar ini tidak ada bedanya dengan kamarku dulu, kecuali suhu kamar dan dindingnya. Ya, disini lebih dingin dan dindingnya sudah permanen. Serasa seperti surga dunia.
Tanpa sadar, aku sudah tertidur pulas.
To be continued...
nyaris lupa update hm
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top