Takdir 16 [END]
Aku memandangi lukisan krayon yang baru saja selesai kubuat. Disana, terlukis wajah orang tua baruku, aku, dan Kiki. Semakin lama kupandang, semakin jauh aku terlarut di dalamnya. Satu persatu potongan drama hidupku terlintas di bayanganku.
Sesaat, aku tersadar dari lamunanku, lantas mulai merenung.
Pantaskah aku kesal kepada ayah pertamaku karena ia begitu polos?
Pantaskah aku dendam kepada penculik itu karena telah memperbudakku?
Pantaskah aku menggerutu saat bunda melepas kami begitu saja kepada orang asing?
Pantaskah aku benci kepada orang tuaku karena ceroboh saat menjaga diriku yang masih bayi?
Pantaskah aku marah kepada Tuhanku karena telah mempermainkan hidupku?
Dan kini, aku tahu jawaban dari semua pertanyaan itu: tidak. Seharusnya aku bersyukur dengan semua ini. Dari insiden yang telah lalu, aku bisa belajar bagaimana aku bertahan hidup. Aku mengerti bagaimana rasanya disayang oleh orang yang tidak berhubungan darah padamu. Aku baru sadar bahwa inilah skenario terbaik yang Tuhan ciptakan untukku. Harusnya aku tak pernah menggerutu, kesal, benci, marah, apalagi dendam. Aku sadar, bahwa setiap orang punya naskah dramanya masing-masing untuk diperankan di panggung sandiwara bernama hidup.
Tuhan, maafkan aku. Maaf aku telah salah menilai keputusan-Mu. Maafkan aku yang terus menyalahkan-Mu karena takdir burukku di masa lalu. Aku merasa begitu berdosa kepada-Mu. Kini, aku sadar bahwa Engkau sangat sayang padaku. Aku sadar bahwa Engkau hanya ingin yang terbaik untukku, untuk setiap umat-Mu.
Hari ini, detik ini, aku mulai mensyukuri seluruh karunia-Mu. Dibalik insiden buruk itu, Engkau memberikan hadiah terbesar dalam hidupku; pertemuan dengan keluargaku yang sesungguhnya.
THE END.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top