02 : Dikira Selamat Ternyata Malah Keramat!
Hidung bangir yang lancip, pipi tirus tapi bukan kurus, rahang persegi yang dipenuhi bulu-bulu halus, terbingkai bersama sorot mata lurus lagi berkilau. Demi Tuhan, pria yang dipanggil bos ini tampan luar biasa.
Netra Ratu terpaku berhadapan dengan pemilik wajah meski ia juga sadar sorot itu mengarah pada kebinasaan, membeganya yang kian kesakitan dalam cekikan tangan panas sang bos.
Ratu sedikit ciut, tapi juga tak bisa memungkiri gumaman hatinya betapa indah maha karya sang kuasa. Ck! Sayang! Watak pria ini tak seperti paras wajahnya yang memesona.
"Kau punya cukup nyali? Mau mati juga rupanya? Basic ners macam kamu sok-sok jadi pahlawan kesiangan! Dasar serangga pengganggu!" Mata biru kehijauan berkilau itu masih menyorot tajam, menembus netra bulat Ratu yang terkinjat ketika merasakan cekikan di leher terus merenggut semua napas dari rongga paru-parunya.
"Ak-aku, bu-kan serang-ga. Ma-lah a-ku takut serangga." Gadis itu terbata demi menjelaskan situasi sebenarnya. Sorot matanya yang masih bertaut dengan bola mata permata entah bagaimana terdeteksi sang bos adalah binar kepolosan, sama dengan kalimat yang keluar dari mulutnya barusan.
Gadis ini? Beraninya masih berceloteh ngeyel seperti tak sedang berhadapan dengan penjahat!
"Kamu meremehkanku? Hhm? Aku bisa melenyapkanmu sekali bidikan."
Tangan kiri sang bos terangkat mengarahkan ujung pistol ke samping pelipis Ratu.
"Kau bilang ayahmu polisi? Kau juga dari kalangan pers? Oh, begitu? Lalu apa hubungannya dengan tulang punggung keluarga?"
Seringai remeh tertarik di sudut bibir sang bos. "Kau pikir aku bisa kau bohongi? Kamuflase!"
Bentakan keras itu membuat Ratu mengatup kelopak mata kaget untuk sepersekian detik. Sial! Apa kini Ratu kebabaran?
"Atau kita buktikan saja sekalian. Kau siap? Nasibmu bisa sama dengan pria tadi."
Wajah tampan itu kini cukup mengintimidasi dengan sorot berani. Ingatan Ratu mengembara tentang luka yang ia lihat di betis kakek tua. Sekali melihat ia tahu itu luka tembakan. Bahkan Ratu sempat menangkap kemeja pria itu juga basah oleh darah. Jelas bukan hanya luka di betis yang menancap di tubuhnya.
"Beraninya kamu melawanku! Kau itu cuma serangga! Lihat!"
Sang bos yang kembali melihat kecoa melintas, kini menegakkan badan sekaligus melepas cengkeraman di leher Ratu yang lunglai dan langsung mengambil kesempatan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Pria itu kemudian menginjak keras kecoa sampai penyet.
"Seperti ini. Hanya seperti ini melenyapkan serangga sepertimu!" ancam pria itu emosi, membuat perumpamaan.
Peluh kian jatuh dari dahi gadis itu. Bahkan keringat sampai membuat sebagian rambut yang meruntai di wajahnya ikut basah.
"Makasi," ucapnya tanpa sadar. "Ah, syukurlah ...." Ratu mengembus lega karena tadi juga sempat kembali menyadari keberadaan kecoa. Sontak membuat semua orang di sana menarik seringai sengklek lagi tak percaya. Gadis ini sadar tidak sedang dalam bahaya? Mungkin gadis ini gila!
Sang bos Mafia terkekeh kosong cukup jengkel. Wanita ini ternyata penuh kejutan.
"Your welcome! Baru kali ini kutemukan seorang manusia yang berterima kasih untuk pelenyapan nyawanya." Pemuda itu berkacak pinggang.
Awalnya ia sempat merasa buang-buang waktu mengurus wanita si serangga penganggu ini. Namun melihat setiap respons yang hadir dari diri gadis itu membuat ia merasa sedikit terhibur geli bercampur emosi. "Rupanya seputus asa itu hidup putri polisi dari keluarga pers, ya!" seru sang bos sarkastis.
Diikuti gerakan mengarahkan pistol, siap membidik. Saat bersamaan netranya menangkap sebilah card yang familiar menyembul dari balik saku jaket abu-abu gadis itu. Lelaki itu menduga-duga sesuatu. Wanita ini ....
"Ck. Aku berterima kasih untuk kecoa tadi. Sorry, tadi itu bukannya aku sengaja menjagal Anda. Tapi karena kecoa itu mendekat ke sini. Maaf." Dalam sungkan, Ratu merunduk lemah.
Gadis ini masih berani bicara juga rupanya. Mengapa gadis ini bagai punya segudang nyawa menghadapinya meski di bawah todongan senjata?
Netra sang bos melirik tajam. Tetap saja ia geram.
Maka dalam diam, netranya memindai ke sekitar setelah otaknya menemukan sebuah ide, dan ... dapat! Pria itu mengirim kode pada anak buahnya yang langsung dimengerti.
Sang anak buah menyambar kecoa lain yang melintas di sana dan mengacungkannya di depan wajah Ratu.
"Aaa! Jauhkan! Iii! Jangan!" Gadis itu memekik sambil menggeliat geli juga ngeri. Kecoa itu kini bahkan sengaja ditelusupkan ke bagian dalam kemeja Ratu lewat kerahnya.
"Aaa!" Gadis itu kian merinding.
Tanpa sengaja kuluman senyum dingin terlukis di wajah sang bos melihat reaksi gadis itu. Kecoa ternyata cukup untuk mengancamnya dibanding pistol. Pria itu menggeleng kecil cukup puas, tanpa sadar menurunkan bidikan.
"Udah. Iya, iya. Aku janji rahasiain. Lepasin aku. Tolong! Kalian harus lepasin aku. Aku punya ibu dan adik yang harus kunafkahi. Mereka bergantung padaku." Suara Ratu sedikit memelas. Bahkan di ujung kalimat terkesan merengek.
"Kau yakin?"
"Iya! Tolong!" Ratu masih histeris dan hampir menangis.
Aksi menggunakan senjata kecoa tadi berakhir dengan napas tersengal Ratu yang kelelahan.
"Okay."
"Ta-tapi. Kakek tua tadi, dia ... gimana? Masih hidup?" tanya Ratu terbata. "Di-dia ... terlu ... ka."
Cicitan Ratu menciut saat sang bos berjaket kulit hitam melirik kejam dan cukup menikam. "Bukan urusanmu! Yang jelas, jika kau berkhianat, maka nasibmu, keluargamu, akan sama dengan nasib dia. Pengkhianat akan mendapatkan balasan akibat pengkhianatan!"
Pria itu melangkah menjauh meninggalkan Ratu yang termangu.
"Selesaikan dia!" perintah sang bos pada anak buahnya seraya memberi isyarat mata.
Tak lama Ratu dapat bergerak lagi setelah ikatannya terlepas.
Gadis itu berjalan tergopoh dan secepatnya menghimpun kembali isi tasnya yang berserakan. Tergesa, ia pergi dari sana lewat arahan seorang pria bertato yang memenuhi lengan.
Seperginya Ratu.
"Bos." Seorang pria menyerahkan benda persegi pada sang bos yang sedang mengisap cerutu.
Ia meraih benda itu lalu netranya berkedip misterius. Benda yang ia perintah pada anak buahnya untuk diambil diam-diam dari saku jaket gadis tadi. Sudut bibir pemuda itu tertarik miring cukup bengis dan sarat arti. Gadis itu akan menyesal telah ikut campur hari ini.
***ZainIsika***
"Pak. Tolong. Saya bukan pengemis. Saya udah diterima kerja di sini loh. Coba tanya dulu Bu Ester kalau nggak percaya?"
Sudah lima belas menit setelah tiba ke pos security rumah besar keluarga Eduard, Ratu berdebat dengan penjaga karena tak diberi izin masuk. Bahkan kehadirannya disambut gonggongan dua anjing Staffordshire Bull Terrier dengan tangkas.
Namun Ratu tetap keras kepala demi bisa menghasilkan uang untuk keluarganya dan membalas penghinaan yang ia terima. Maka dengan terpaksa ia memberondongi security dengan penjelasan dan bujukan.
Ratu sempat terlonjak saat satu anjing hampir saja menerkamnya tapi tertahan oleh rantai pengikat. Gadis itu memejam mata lelah, miris sekali nasibnya hari ini. Kejutan demi kejutan bagai kembang api meledak dalam lorong waktu yang ia tempuh. Tak cukup kejadian tadi, kali ini ia harus menghadapi security dengan dua anjing peliharaan yang lapar.
Ia tahu, masuk ke rumah ini bukan sembarangan. Karena itu, kemarin Ester sudah menitipkan ID Card pengenal yang bisa menjadi alat legal untuk ia masuk ke rumah ini. Masalahnya, benda persegi itu kini raib entah ke mana. Mungkin terjatuh saat ia diculik tadi.
Peluh sudah membasahi kemeja Ratu. Setelah dilepas dari ruang bawah tanah yang letaknya di hutan, Ratu harus berjalan hingga 4 km untuk bisa sampai ke jalan raya karena tak ada kendaraan yang bisa ia tumpangi sepanjang jalur sunyi.
Sampai di sana jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Ratu cemas, ia terlambat tiba ke komplek elit di pinggiran Utara Pantai Kuta tempat ia akan bekerja. Akhirnya gadis itu harus merelakan membayar bemor agar bisa segera sampai.
"Pergi aja, Nona!"
"Tolong, Pak. Saya perawat baru di sini. Kartu yang diberi Bu Ester hilang entah ke mana. Ta-tadi. Saya diculik!"
Seringai sengklek tersungging di wajah dua security yang berjaga di sana, jelas-jelas tak percaya. Menurut mereka itu hanya alasan penuh kebohongan belaka.
"Kalau nggak pergi, anjingnya kami lepas nih!"
"Idih, Bapak. Jangan main anjing sama perempuan dong! Setia aja, Pak. Pasti rezekinya makin lancar."
Perkataan Ratu makin membuat wajah security berkedut aneh. Saat bersamaan anjing penjaga makin meradang dan melompat ganas.
"Aa!" Ratu mundur agar tak terkena serangan.
"Tuh 'kan! Ngeyel sih! Anjingnya udah nggak sabar ini."
"Panggil Bu Ester dulu dong, Pak."
Hampir putus asa, akhirnya Ratu mencoba menghubungi Hulia agar mau menghubungi Ester. Namun ternyata pulsanya habis.
"Nona. Ngapain nunggu di sini? Kalau Tuan Muda pulang dan lihat, nanti bisa bahaya! Sana, pergi!"
'Akupun ingin sekali pergi kalau kalian terus kasar begini!' gerutu Ratu di hati, tapi terpaksa melunakkan diri.
"Pak, tolong, kabarin Bu Ester dulu. Saya nggak bohong, Pak."
Semua kalimat Ratu tak ada gunanya. Ingin mundur dan pergi, tapi ia butuh pekerjaan ini. Atau harapannya terlalu tinggi hingga babas dia ke alam mimpi?
Gadis itu keukeuh tak ingin beranjak sedikit pun sambil terus membujuk. Hingga lima menit kemudian. Ester tiba ke pos jaga karena mendengar keributan dan langsung disambut wajah semringah Ratu.
Kepala ART di rumah itu menatap Ratu dengan dingin bagai hendak membekukan persendian gadis itu. "Kamu terlambat!"
***ZainIsika***
Kacau! Semua terasa kacau!
Ratu yang baru mendapat ceramah panjang dari Ester langsung dipertemukan dengan Nenek Fatma, lansia sekaligus orang tertua yang ada di rumah ini. Wanita itu kini terbaring di ranjang.
"Kamu careworker baru yang dipilih Ester? Kenapa malam begini datangnya? Nggak tau tata krama apa? Ha?" Suara lengkingan lansia itu berdenging di telinga Ratu yang kaget pada reaksi kontras nenek tua ini. Berbanding terbalik dengan tubuhnya yang terduduk tak berdaya. Suaranya ternyata punya tingkat energy level tertinggi tangga nada.
Seringai miring penuh teror tergambar di wajah keriput wanita itu. Sensasinya persis menonton film horor. Bahkan kini mata Fatma memindai penampilan Ratu dari ujung kaki sampai ujung kepala bagai sedang melucutinya hidup-hidup.
Ratu mengangguk juga tertunduk sambil memetik ujung jemari senewen.
"Kumuh! Kotor! Dekil lagi! Masa perawat aku dikasi yang begini, Ester? Buang!" serapah Fatma kasar. Mulutnya ternyata cukup pedas melebihi cabai.
Ratu menelan ludah kental tapi jiwanya yang bebas bergumam lepas. 'Mampus! Bu Ester, kenapa juga langsung bawa aku ke sini? Gak dibiarin ganti baju atau makan dulu gitu? God, rasanya aku mau pingsan ngadapin serapah lansia. Mana perut laper lagi!'
"Tapi Nyonya yang ndesak segera sejak tadi. Masalahnya tak ada orang lain lagi, Nyonya." Ester merunduk sopan.
Ya, sudah berpuluh orang dikirim menjadi perawat Fatma tapi kebanyakan hanya bertahan sebulan. Jasa penyalur careworker sampai angkat tangan karena tak ada yang mau dikirim ke sana.
Tatapan sinis itu kembali mengarah pada Ratu. "Tapi nggak yang begini juga kali! Masa ners kucel banget begini. Yang ada nanti aku dibuat makin keriput sama dia!"
"Maaf, Grandma cantik. Tadi ini, saya memang tersandung kemalangan. Makanya begini. Maaf. Besok kalau saya sudah mandi dan bersih, nggak begini kok, Grandma. Izinkan saya merawat Grandma, ya. Biar ketularan cantiknya." Senyum manis dipaksakan Ratu.
"Kamu menjilat?" Ratu hampir tersedak. "Nggak, Grandma. Bukan apa-apa, saya lihat Grandma tampak lebih segar dan muda dari usia sebenarnya kalau memacu pada info yang saya dapat."
Fatma bergeming sinis masih menatap miring. Panggilan spontan dan pujian Ratu ternyata berhasil membuatnya tersipu. Ia menegakkan bahu jumawa.
"Kita lihat aja. Gih! Bawa dia keluar, Ester. Suruh mandi! Baunya sampai ke sini!"
Ratu makin mengkerut malu. Diam-diam ia mencium aroma ketiaknya sendiri dan
wajahnya langsung kecut.
.
.
.
Kayaknya habis ini Ratu ketemu lawan. 😂Gimana hari-hari Ratu selanjutnya?
Mohon tinggalkan jejak kalian di sini, ya. Krisan dan masukan akan sangat kuterima dengan tangan terbuka.
Tengkyuu, dan see you.
Ayo berteman juga di
Instagram📷 Zain_Isika
Wattpad : Zain_Isika
KBM App : Zain_Isika
Cerita ini sedang on going di Youtube Zain Isika Official Stories. Sekarang sudah part 27 (kemarin tayang setiap hari) ada banyak tambahan bahkan part yang belum pernah tayang juga sudah tayang di sana. Ayo, ramaikan, ya 🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top