Tak Berjudul
By: @/rasya
-not edited-
Pagi ini, matahari bersinar sangat cerah. Beberapa bagian dari cahaya tersebut menyelusup masuk melewati ventilasi kamar. Rachel mengerjapkan matanya beberapa kali guna menetralkan jumlah sinar matahari yang masuk ke retina matanya.
"Hoamm." ia menguap dengan suara khas orang bangun tidur.
Ia melirik singkat ke arah jam yang berada didinding kamarnya. Seperkian detiknya ia tersentak lalu melihat kembali ke arah jam tersebut. Pukul 07.30.
"Astaga, aku terlambat!" dengan terbirit ia pergi ke kamar mandi guna membersihkan dirinya. Tak butuh waktu lama untuk itu, cukup memakan waktu 10 menit, ia sudah siap dengan seragam sekolahnya yang rapi.
Dengan tergesa-gesa ia menuruni tangga rumahnya yang menghubungkan lantai dua dengan lantai dasar.
Ia berlari pelan menuju ruang makan. Ialu melirik sepotong roti selai coklat yang sepertinya baru saja dibuat oleh ibunya.
"Loh? Hari ini sekolah? Mama kira kamu libur jadi enggak mama bangunin."
"Hari ini hari kamis, mah. Masa aku gak sekolah sih?" Tanpa memperdulikan Mamanya lagi, ia bergegas mengambil sepotong roti tersebut, menggigit setengah dan berjalan cepat menuju pintu keluar rumah.
"HATI-HATI." mamanya berteriak sembari menggelengkan kepalannya.
Rachel berangkat menuju sekolahnya dengan berjalan kaki. Ia selalu menolak untuk diantar menggunakan mobil. Bagaimana tidak? Jarak rumah kesekolah hanya butuh waktu 10 menit jika berjalan kaki.
Di tengah perjalanan, Rachel sesekali melirik ke arah jalan raya yang sudah dipadati oleh kendaraan yang melaju dengan kecepatan berbeda. Saat ia menoleh ke arah depan, bola matanya menangkap sesosok gadis kecil yang tidak ia kenali berusaha menyeberangi jalan raya tersebut. Sebuah mobil melaju ke arah sang gadis kecil. Dengan sigap, Rachel berlari kearahnya.
Ketika mobil tersebut mulai mendekat, Rachel menarik tangan gadis tersebut guna membuatnya menepi dari jalan raya. Namun sayang, pergerakannya sedikit terhambat karena tasnya yang tiba-tiba terjatuh. Selang berapa detik, mobil tersebut menghantam keras tubuh Rachel yang mengakibatkan dirinya terpental 2 meter.
Rachel meringis kesakitan. Hal terakhir yang dilihatnya adalah banyak orang yang kini tengah Mengerumuninya. Didetik berikutnya, semuanya menjadi gelap.
[-]
Rachel terbangun. Ia mengubah posisinya yang semula berbaring menjadi duduk. Ia memegangi kepalanya yang serasa nyeri seperti habis membentur sesuatu.
Ia memandang sekeliling, mencoba mencari tahu dimana ia berada. Namun, yang hanya ia tangkap adalah tempat dimana pohon-pohon menulang tinggi dengan beragam bentuk dan warnanya. Memesona, satu kata yang dapat mendeskripsikan tempat ini.
"Bagaimana aku bisa sampai ditempat seperti ini?" Rachel bermonolog pada dirinya sendiri. Ia memejamkan mata berusaha mengingat detail kejadian yang ia alami sebelumnya. "Aku rasa, tadi aku tertabrak mobil saat menyelamatkan gadis kecil tersebut." ia bergumam dengan kebingungan. "Apa aku sudah mati?"
Rachel begitu ketakutan. Ia sendiri ditempat ini. Ia tidak menemukan seorang pun ditempat yang indah ini.
Ia bangkit lalu berjalan perlahan menelusuri setiap bagian dari hutan indah tersebut. Disana, ia mendapati banyak tumbuhan juga hewan yang unik seperti yang biasa ia lihat di kisah dongeng saat ia masih kecil dahulu. Kini, ia dapat melihat sendiri bagaimana keindahan para makhluk dunia fantasi seperti peri, unicorn, dan para makhluk mitologi lainnya.
Rachel tersenyum menikmati setiap keindahan yang ditangkap oleh bola matanya. Tetapi itu hanya berlangsung sebentar. Sebuah suara dari semak-semak membuatnya mengernyit kebingungan. Ia berjalan perlahan mendekati semak-semak tersebut. Rachel terkejut. Ia mundur beberapa langkah guna menghindari makhluk menyeramkan yang ia lihat beberapa detik lalu.
"A-apa itu?" kini, dengan gerakan cepatnya, ia melangkah guna menjauhi makhluk menyeramkan tersebut. Ia terus menghadap ke depan, berusaha mencari tempat berlindung yang aman. Disana,ia melihat tanaman berduri—mirip seperti kaktus—durinya sangat panjang dan tajam. Bisa kalian bayangkan panjangnya hampir menyamai setengah tangan kalian.
Ia berlari kearah tanaman tersebut, bersembunyi dibalik sebuah pohon besar di samping tanaman berdua itu. Binatang—yang menyerupai serigala—itu mendekat. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Rachel berusaha mencabut satu daun berduri dari tanaman tersebut. Tak peduli kini cairan merah segar sudah merambat keluar dari permukaan telapak tangannya.
Dengan sigap, ia menusukkan duri tersebut ketawa serigala yang kini melolong tanda kesakitan.
Suaranya begitu nyaring, membuat beberapa burung terbang menjauh karena ketakutan. Di menit berikutnya, seseorang muncul dengan berpakaian seperti prajurit pada zaman kerajaan.
Prajurit tersebut membawa seperangkat alat panah yang pastinya gunanya adalah untung melindungi dirinya dari serangan para musuh.
"Siapa dirimu?" prajurit tersebut bertanya seraya mendekat kearah Rachel yang kini sudah ketakutan setengah mati.
"Ikut saya sekarang." prajurit tersebut menarik paksa Rachel yang berusaha untuk melepaskan pegangannya pada pergelangan tangan gadis itu.
Iya berterima meminta bantuan meski ia tahu, bahwa itu sia-sia.
Rachel dibawa kedalam sebuah bangunan besar menyerupai sebuah istana pada jaman prasejarah. Bangunan yang memiliki tembok dan gerbang kerajaan kuno. Kini Rachel seperti tersadar, bahwa dirinya sudah terlempar ke masa lalu.
"Mau kau bawa ke mana aku?" ia berucap lirih sembari menatap sang prajurit dengan perasaan gugup.
"Kau akan kubawa ke hadapan sang raja." prajurit itu terus berjalan, tanpa mau memandang Rachel sama sekali.
3 menit berlalu, kini Rachel sudah bisa melihat seisi bangunan tersebut. Mengagumkan, satu kata yang dapat mendeskripsikannya. Dindingnya diukir dengan ukiran-ukuran indah yang beragam macamnya. Langit-langit yang tinggi tidak seperti bangunan pada biasanya. Tepat didepan sana, Rachel dapat melihat seseorang duduk diatas sebuah singgasana dengan ukiran kepala ular dibelakangnya.
"Apa yang terjadi, Bram? Siapa yang kau bawa itu?" seseorang—yang diyakini adalah raja—tersebut menatap ketawa Rachel dengan kebingungan.
Bram—sang prajurit—mendorong Rachel mendekat kearah singgasana. "Aku menemukannya dihutan yang mulia. Tadi aku mendengar sebuah suara ruangan serigala milik istana yang sedang berkeliaran dihutan." ia menjeda kalimatnya sebentar lalu melanjutkannya. "Aku berkesimpulan bahwa ia adalah suruhan sang peri hitam."
Sang raja—yang memiliki nama Erick—itu menatap Rachel dengan tatapan tajamnya. Membuat Rachel harus menunduk karena ketakutan.
"Bagaimana gadis cantik sepertimu bisa bersekutu dengan peri hitam jahat itu?"
"T-tolong maafkan aku yang mulia." Rachel kini bersuara. "Aku bukanlah suruhan siapapun. Aku Rachel, aku datang dari masa depan dan tersesat di zaman ini. Aku tidak tahu apa-apa."
Usai mendengar pengakuan Rachel, sang raja mendekat, menatap Rachel mata dalam seakan mencari sebuah kebohongan dibalik matanya. "Bagaimana aku bisa percaya akan hal itu?"
Rachel kebingungan. Ia teringat bahwa ia masih mengenakan seragam sekolahnya. Ia kemudian merongoh saku kemejanya dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas. "Ini yang mulia. Bukankah uang seperti ini belum ada di zaman mu?"
Erick menyentuh benda pipih tersebut berusaha mencari bukti akan hal itu. "Darimana engkau mendapatkannya?"
"Ibuku dari masa depan yang memberikannya padaku, yang mulia."
Erick mengangguk, seakan mulai mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. "Bram, kau boleh pergi. Dan pelayan, tolong siapkan sebuah kamar beserta pakaian untuk Rachel." tanpa aba-aba lagi, mereka semua sudah berpencar guna melaksanakan perintah rajanya.
"Rachel, maukah kau mengelilingi istana bersama denganku? Aku akan menceritakan beberapa mengenai peri hitam kepadamu."
"Dengan senang hati yang mulia." Rachel tersenyum. Ia terus memandang wajah tampan Erick yang menyerupai malaikat. Siapapun yang melihat paras tangannya, tidak mungkin tidak akan terkesima. Dengan rahang tegas dan pandangan mata yang tajam, wajahnya menjadi begitu sempurna.
Rachel dan Erick berjalan berdampingan mengitari seisi istana. Erick sesekali mencuri pandangannya pada Rachel. Ia terpesona akan wajah cantik dan sifat lemah lembutnya. Mungkin, bisa kalian bilang, Erick mulai menyukai Rachel.
"Erick, katanya kau akan memberitahuku mengenai peri hitam?" Rachel membuka pembicaraan.
"Ya benar. Aku akan menceritakan sekarang." Erick menarik nafas sejenak dan kemudian kembali berkata. "Peri hitam itu bernama Alida. Dia seseorang yang sangat berpengaruh bagi kemajuan kerajaan sebelum kejadian itu terjadi." Erick menggantungkan kalimatnya membuat Rachel mengernyit kebingungan.
"Maksudnya? Kejadian seperti apa?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.
"Alida, dia adalah bibi kandungku. Ia sudah sangat dekat dengan saudarinya, yaitu ibuku. Tetapi, semenjak ibuku meninggal, ia berusaha mengambil hati ayahku dan ingin mencuri berlian berharga istana. Berlian itu sangat istimewa sehingga penjagaan sangat ketat untuk melawan terjadinya hal-hal buruk yang akan terjadi. Dan sekarang, Alida tinggal di dalam hutan sana setelah mendiang ayahku mengetahui rencana buruknya." Erick kali ini berhenti, memandang Rachel yang juga mengikutinya berhenti.
"Ada apa?" Rachel bertanya kebingungan sebab Erick menatapnya sangat lekat. Membuatnya sedikit gugup.
"Apakah kamu mau membantuku menjaga berlian tersebut demi kerajaan ini?" Erick bertanya dengan lembut sembari menatap ketus bola mata milik Rachel.
Rachel tersenyum hanya sembari mengangguk. "Tantu saja." Ia mengulurkan tangannya kearah Erick. "Kita akan menjaganya bersama-sama."
Erick tersenyum lantas membalas ukuran tangan tersebut dengan perasaan senang. Ia semakin jatuh cinta pada Rachel.
Dibalik kemesraan mereka berdua, mereka tidak menyadari seseorang yang kini tengah memperhatikan mereka sembari bersembunyi agar tidak diketahui keberadaannya.
[-]
"Alida, hei, kemari." seseorang memasuki gubuk kecil nan kumuh yang kini bahkan sudah tidak layak untuk ditempati.
Sang pemilik nama menoleh menatap seseorang yang kini sudah berada didepannya. "Ada apa? Kau dapat informasi mengenai berlian itu?"
Griet—sang mata-mata—mendekati Alida seraya berujar pelan. "Aku menemukan seseorang disana."
Alida menautkan alisnya, bingung. "Siapa?"
Griet tersenyum miring. "Rachel, gadis yang dipercaya oleh Erick untuk menjaga berlian bersamanya. Aku rasa, Erick sudah jatuh cinta pada gadis itu. Melihat bagaimana cara ia menatapnya."
Alida yang mulai mengerti persoalan tersebut kini terkekeh senang. "Aku tahu apa yang harus dilakukan."
Griet mengangguk samar. "Apapun itu, aku berharap kita akan cepat mendapatkan berlian tersebut."
[-]
Seminggu berlalu. Kerajaan kini bergembira dengan hadirnya sosok Rachel. Ia adalah sosok yang baik hati dan juga lemah lembut. Ia biasa berkeliling kerajaan guna melihat bagaimana orang-orang melakukan perdagangan. Bahkan, sesekali ia mengunjungi rumah mereka untuk memastikan mereka tercukupi kebutuhannya.
Seperti hari-hari sebelumnya, di pagi ini, Erick berjalan santai menuju kamar Rachel. Sesekali ia tersenyum pada para pelayan yang menyapanya.
Jarak kamar Rachel dengan kamarnya tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu 3 menit dan ia akan segera sampai.
Tepat didepan kamarnya, terdapat seorang penjaga yang berdiri disana menjaga kamar itu. "Rachel sudah keluar?" Ia bertanya seperti yang biasa ia lakukan seminggu ini.
Penjaga itu menggeleng "belum yang mulia, mungkin saja nona Rachel sekarang masih tertidur dikamar
Erick mengernyit heran. Biasanya, Rachel akan keluar kamar hanya sekedar meminta pelayan menyiapkan peralatan mandinya. Ini tidak seperti biasanya. Dengan kebingungan, ia mengetuk libur kamar tersebut. Tak ada jawaban. Ia semakin panik. Tanpa persetujuan lagi, ia membuka kamar tersebut.
Nihil. Gadis tersebut tidak berada disana. Kemana ia sepagi ini? Apakah terjadi sesuatu kepadanya?
Erick perlahan masuk kedalam guna memastikan apa yang terjadi. "Penjaga!" panggilnya. "Semalam kau melihat dia keluar dari kamar?"
"Tidak yang mulia. Semenjak maka malan berakhir nona Rachel tidak keluar dari kamarnya sama sekali."
Pernyataan tersebut membuat Erick semakin panik. Detik berikutnya pandangannya tertuju pada suatu objek. Jendela kamarnya terbuka! Apakah Rachel kabur? Tapi untuk apa? Dan bagaimana caranya? Bukankah jarak jendela kamarnya dengan bagian luar istana begitu jauh? Ia tidak mungkin dapat melompat dengan jarak sejauh itu.
Erick mendekati jendela tersebut. Tak ada petunjuk bahwa Rachel menggunakan alat apapun untuk turun dan kabur. ia kini berkesimpulan bahwa Rachel telah diculik oleh seseorang.
Di tengah dirinya yang panik, seekor burung gereja datang dengan surat diparuhnya. Erick dengan cepat mengambil gulungan kertas tersebut dan membacanya.
"Halo yang mulia, bagaimana pagimu tanpa kehadiran belahan hatimu ini? Maafkan aku yang terpaksa menculiknya tanpa sepengetahuanmu. Tetapi tindakanmu membuatku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Maka dari itu, jika kau ingin ia terbebas, serahkan berlalu tersebut padaku! Atau kau akan melihat jasadnya yang sudah tak bernyawa didepan matamu"
-Alida.
Erick menghempaskan kertas yang telah dihiasi tulisan bertinta hitam tersebut. Dengan geram, ia pergi keluar dari kamar Rachel.
Erick langsung mencari dimana keberadaan Rachel dan sampai sekarang,3 hari berlalu dan masih belum ada tanda-tanda keberadaan Rachel, ia seperti hilang ditelan oleh bumi.
“sial,dimana kau Rachel kenapa kau menghilang begitu saja. Ya tuhan berikan aku petunjuk” yang mulia berdoa meminta petunjuk dari tuhan.
Ia terus-menerus mencari keberadaan Rachel, ia juga meminta bantuan para penyihir istana.
salah seorang penyihir mendapatkan informasi tentang keberadaan Rachel dari pesan yang diberi Alida kepadanya.
Mengetahui informasi tentang keberadaan Rachel membuat Erick sangat senang dan gembira. Meskipun ia harus memberikan berlian yang sangat berharga milik kerajaan. Tetapi, keselamatan Rachel adalah satu-satunya tujuannya sekarang.
Kemudian ia pergi ke tempat yang dimana menurut informasi tersebut Rachel berada. Tempat itu berada di gua sebelah timur ditengah pulau kegelapan.
Sesampainya disana Erick harus sangat hati hati karena disetiap gerakannya diperhatikan oleh mahluk suruhan Alida yang ditugaskan menjaga gua ersebut. Tetapi Erick lengah dan akhirnya muncul mahluk seorang wanita berbadan menyerupai kalajengking. Melihat Erick wanita itu sangat lapar dan berkata “wah,wah,wah ada mangsa yang memyerahkan dirinya untuk kumakan." ujar mahluk itu. Tanpa pikir panjang Erick langsung menebas kepala Makhluk tersebut. tetapi, mahluk itu dapat menumbuhkan kepalanya dengan sangat cepat.
“Hahahahhahah,kau pikir aku dapat mati dengan cara begitu ”tawa makhluk itu. Kemudian mahkluk itu menyerang Erick dan melukainya. Kemudian Erick membalas serangan mahkluk itu, dan kemudian dia menebas badan Mahluk hingga terpisah. Dan akhirnya mahkluk itupun mati.
Malam pun tiba Erick masih melakukan pencarian sampai salah seorang prajurit berkata “tidurlah yang mulia siapkan tenagamu untuk besok. Kita tidak dapat fokus mencari dikegelapan seperti ini.” ujar prajurit itu. Erick pun menuruti apa yang disuruh oleh prajurit itu.Diapun memasuki tendanya dan tidur.
[-]
Pagi pun tiba dia bangun tidur dan bangkit dari tempatnya tertidur. Dia pun berangkat lagi melakukan pencarian terhadap Rachel. dan akhirnya, dia sampai disebuah gua. Pada saat dia hendak memasuki gua itu segerombolan kelelawar terbang keluar dari mulut gua tersebut seakan menyambut kedatangan mereka. suara ngaungan serigala yang membuat siapa saja yang mendengarnya akan ketakutan setengah mati.
Kurang lebih 30 menit berjalan menyusuri isi dalam gua akhirnya Erick sampai di tempat yang dikatakan oleh penyihir kerajaan. Ia melihat Rachel yang terikat lemas dan tak berdaya. Melihat itu membuat hati yang mulia sangat sakit seperti tersayat. Ia tidak mungkin bisa melihat orang yang ia sayangi terbaring lemah seperti itu.
Tetapi, ia tidak terburu-buru. Ia menyusun sebuah rencana agar ia tidak akan dibohongi oleh Alida.
"Aku akan pergi kepada Alida. Penyihir, kau bebaskan Rachel. Dan pengawal, kalian harus bersiap-siap dengan apa yang akan terjadi."
Semua mengangguk. Erick lantas tersenyum gembira. Ia perlahan mulai menampakan dirinya didepan Alida.
"Hey, Alida!" Serunya.
"Oh, hai yang mulia. Datang membawa berlian tersebut bukan?" Alida tersenyum penuh kemenangan. "Oh, dimana benda indah itu?" ia mulai memperhatikan barang-barang yang dibawa oleh Erick tetapi tak menemukan berlian tersebut.
"aku akan memberikannya. Asal, kau lebih dahulu melepaskan Rachel." ujarnya sambil menatap Alida dengan serius.
"Tentu saja. Aku tidak akan melanggar janji itu. Hahaha." dengan kekuatannya, ia melepaskan Rachel dari tali tersihir yang membuatnya terikat selama 3 hari ini.
Erick pun pastinya akan menepati janjinya. Ia mulai mengeluarkan berlian tersebut dibalik saku celananya. Berlian tersebut bersinar terang membuat orang yang melihatnya harus menyipitkan matanya.
"woho, ini yang kutunggu." Alida menyengir kegirangan. Namun, tepat saya dirinya akan menyentuh berlian tersebut, Rachel dengan cepat menarik berlian tersebut dan menggenggamnya erat.
Seperkian detik berikutnya, tubuh Rachel dikelilingi oleh sinar terang. Rachel terangkat keudara. Perlahan, pakaiannya berubah menyerupai seorang dewi.
Erick yang bingung tersebut bertanya-tanya. "Ba-bagaimana ini bisa terjadi?"
Penyihir yang juga sama kabarnya itu, kini terasadar akan suatu hal. "Yang mulia, sepertinya legenda yang diceritakan itu menjadi nyata."
Erick menatap dengan tatapan bingungnya. "Legenda apa itu?"
"Legenda ketika seorang gadis melawan kejahatan dengan menyerap seluruh kekuatan yang ada didalam berlian berharga tersebut." Penyihir tersebut masih memasang ekspresi kagetnya.
Erick yang mulai mengerti itupun memandang Alida. "Itu mengapa kau selalu berusaha untuk mengambil berlian tersebut?"
"Ya! Itu sebabnya aku selalu berusaha mencuri berlian tersebut. Aku ingin menguasai dunia dengan bantuan berlian itu!" nada suaranya kini melemah. "Namun, kini kekuatan itu sudah berpindah pada gadis sialan itu! aku akan membunuhmu untuk membayarnya!"
Didetik berikutnya, Alida mengucapkan sebuah mantra yang pastinya ditujukan pada Erick. Tak lama, sebuah tali bercahaya hijau melingkari seluruh tubuh Erick. Semakin lama, ikatannya semakin mengencang membuat Erick kehabisan nafas.
"Hen..tikan!" bahkan kini suaranya mulai melemah.
Para prajurit berusaha menolong Erick. Namun, binatang-binatang mulai bermunculan dan menyerang mereka.
Penyihir yang tidak tahu harus melakukan apa, ia mengguncangkan tubuh Rachel yang sudah jatuh ketanah berusaha mengembalikan kesadarannya.
Rachel yang mulai tersadar akan situasi tersebut kini bangkit. Dengan kekuatan yang beberapa menit lalu ia dapat, ia mengucapkan beberapa para kata, dan...
"Arghhhh." Alida mengerang kesakitan. Tubuhnya terasa kaku dan perlahan jatuh ketanah.
Tatapan Rachel kini beralih pada Erick. Dengan mantranya, ia membebaskannya dari jeratan tali tersebut.
Beberapa kali Erick terbatuk-batuk berusaha menstabilkan kembali kondisi tubuhnya.
Tak lupa Rachel membunuh binatang-binatang yang kini sudah berserakan mati ditanah.
Semua orang berbahagia. Akhirnya kerajaan bisa kembali aman.
Rachel mendekati Erick dan membantunya duduk. "Penyihir, tolong berikan aku satu wadah air."
Penyihir dengan kekuatan sihirnya menciptakan satu wadah air yang kemudian ia berikan kepada Rachel.
"Ini nona."
"minumlah." Rachel membantu Erick meminum air tersebut dengan perlahan. Perlahan-lah, keadaannya mulai membaik, Erick maupun Rachel pun segera bangkit.
"Rachel Terima kasih. Kau tahu? aku sangat mengkhawatirkanmu." Erick memeluk Rachel.
Rachel yang kaget tersebut hanya bisa diam tanpa berniat membalas pelukannya.
"Aku mencintaimu, maukah kau menikah denganku?" Erick berucap dengan serius. Membuat beberapa prajurit juga penyihir menatapnya dengan tatapan tidak percaya sekaligus bahagia.
Rachel kini perlahan tersenyum dan membalas pelukannya. "Ya, aku mau."
Semua yang berada disana bersorak sorak gembira atas hadirnya calon ratu baru mereka.
TAMAT.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top